Pertemuan tak di sengaja, menjadi awal buruk untuk kehidupan Dea. Bagaimana tidak? Dea di minta Ibunya mengantar hadiah ulang tahun untuk atasan ayahnya di kira wanita panggilan.
Tanpa di duga pertemuan awal membuat sosok Bryan anak dari atasan Ayah Dea, tertarik padanya.
Namun tidak untuk Dea, wanita tersebut tidak menyukai Bryan. Berusaha melakukan banyak cara agar tidak di pertemukan dengan Bryan, nihil. Mereka kembali di pertemukan semua karena takdir.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? penasaran? yuk langsung saja baca yuk🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia rysa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Perubahan aneh
Bab 20: Perubahan aneh
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Setelah kejadian di gedung besar. Dea benar-benar tidak ingin bertemu Bryan. Dia melakukan berbagai akses dimana Bryan tidak bisa menghubungi nya atau bertemu.
Bukan tanpa alasan perbuatan nya sejauh ini sengaja di lakukan, karena ingin Bryan sadar atas tindakan nya itu yang selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan tanpa berpikir panjang.
Tidak semua masalah di selesaikan dengan bertengkar, karena sesungguhnya masalah bisa di selesaikan lewat kata-kata asalkan pikiran dan hati bisa di ajak kerja sama dalam kompromi.
Dea yang sedang berbaring di kasur sejak kemarin merasa aneh pada dirinya.
Dia terus merindukan Bryan. Perutnya ingin merasa elusan hangat nya.
"Ada apa dengan ku? kenapa pengen makan yang pedas-pedas sekarang? dan perut ku juga terus ingin mendapatkan elusan hangat nya," bingung Dea bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan dirinya.
Dia bingung tiga hari tak bersama Bryan, dirinya merasa aneh pada sekujur tubuh, seolah ada seseorang yang menarik dan membujuk nya untuk mengakhiri semua pertengkaran ini.
"Apa semua karena faktor terlalu marah? sebelumnya aku tidak pernah seperti ini," pikir Dea bangun dari kasur dan duduk di ranjang melipat kedua kaki.
Makin kesini, dia makin bingung. Duduk pun baru sebentar membuat nya tidak tenang, bangun dari ranjang dan berlalu ke dapur.
Rumahnya sepi, tidak orang selain dirinya. Bunda dan ayah masih berada di luar kota, akan kembali 3 hari lagi, sebelum keesokan hari acara wisuda di gelar.
Di dapur, berdiri melihat-lihat belum menyentuh apapun benda di hadapan nya. Dea berpikir apa yang akan di masak pas dengan lidahnya.
Entah apa yang di pikirkan Dea masih diam. Berasa seperti yang di pikirkan itu adalah sesuatu yang besar, susah di putuskan.
Lama memaksa otak, akhirnya dia memutuskan untuk mencari di google makanan apa yang enak.
Satu persatu makanan muncul di beranda google di pencarian, hingga dia berinisiatif membuat tahu isi jeleton. Pikir nya makanan itu tidak terlalu ribet karena dia lagi malas ribet dan persediaan bahan pun tersedia di kulkas jadi tak perlu berbelanja.
Entah kenapa selain malas memasak yang ribet menguras tenaga, dan juga pergi ke luar. Dea juga malas mandi.
.
.
.
Di satu sisi, tempat berbeda Bryan beberapa hari tak dapat menemui Dea menghabiskan waktu dengan minum-minum.
Semua tindakan Bryan di tutupi sahabatnya mereka tidak ingin di ketahui Dea maka itu akan menjadi runyam.
"Apa sebaiknya kita hentikan nya? dia sudah terlalu banyak minum dari kemarin," cemas Jery melihat keadaan Bryan parah.
"Emangnya kau punya cara untuk menghentikan nya minum? ku rasa tidak, yang bisa menghentikan segala kegilaan Bryan saat ini hanya Dea," kata Fredo.
"Kau gila apa? kau sadar dengan apa yang kau ucapkan? jika kita memanggil Dea kemari itu sama saja membuat Bryan frustasi karena kesalahpahaman mereka akan semakin menjadi dan tidak akan pernah bisa di selesaikan. Dan orang pertama yang di salahkan, dicari Bryan adalah kau," seru Egin kesal.
"Lalu bagaimana? apa kau punya solusi lain?" tanya Fredo menaikan alis menatap sahabatnya itu.
"Solusi memang belum di temukan tapi tidak begitu juga caranya. Kau tau mengetahui Bryan masih bertengkar Dea sudah sangat marah. Bagaimana mengetahui yang satu ini bukan lagi sangat marah tapi lebih dan lebih," jelas Egin tidak habis pikir dengan pemikiran Fredo.
Dia menarik nafas dalam-dalam menghembuskan pelan, temannya satu ini kalau bicara selalu asal, kenapa tidak berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Tidak selalu yang di kata benar dan bisa di terima.
Adakala apa yang kita pikirkan menurut orang benar, tidak seperti itu adanya.
"Kau ini sangat berlebihan, Dea tidak seperti itu. Dia wanita baik, tidak akan marah berlebihan seperti yang kau katakan. Kau pikir Dea itu Evi atau Julia apa? kalau iya sih mungkin yang kau pikirkan bisa terjadi," kata Fredo membantah perkataan Egin tidak sependapat.
"Lagipula siapa juga yang menyamakan? kita semua juga tau kalau mereka itu berbeda. Meski bersahabat sejak lama, ya namanya sifat itu sudah menjadi karakter pada diri masing-masing."
"Sudah, kalian berdua kenapa jadi berdebat seperti ini? kita di sini ingin mencari jalan keluar bukan menambah masalah," tegur Jery pada kedua pria di depan tidak ada yang mau mengalah sejak tadi.
Dia dan Safri mendengar itu jadi bingung, menggeleng kepala. Suara mereka makin kesini menganggu bukan mengecil malah sebaliknya.
Di tempat berbeda di atap gedung yang sama, beda ruangan, seorang pria sudah menghabiskan beberapa botol minum.
Setiap perkataan yang keluar dari mulut pria tersebut terus menyebut satu nama.
"Sayang, kenapa kamu bersikap kejam padaku? aku sangat mencintaimu, aku tidak memberitahu mu bukan karena tidak menganggap mu penting dalam hidup ku, tapi aku tidak mau kamu khawatir," ucap Bryan memanggil terus memohon maaf menjelaskan seolah apa yang di katakan di dengar wanita nya.
Sebelum nya Bryan tidak pernah sekacau ini apalagi karena seorang wanita. Namun pengaruh Dea begitu besar hingga seorang Bryan kacau tak bisa mengontrol diri.
Banyak botol kosong berserakan di lantai, bahkan pecahan kaca pun dimana-mana. Bryan tidak mempedulikan semua itu, pikiran nya di penuhi oleh Dea.
Prank...
Bunyi pecahan botol terdengar kuat dan jelas. Mereka yang berada tidak jauh dari ruangan Bryan kaget, menghampiri melihat apa yang terjadi.
Setiba nya mereka, betapa kaget melihat perubahan yang cukup waw. Sejak kapan tempat pembuangan sampah di pindahkan ke tempat ini. Itulah yang mereka pikirkan.
"Bryan, apa yang kau lakukan?" kaget Egin.
Mereka berjalan mendekat pada Bryan.
"Sadar lah. Apa yang kau lakukan ini hanya sia-sia malah Dea akan marah kalau mengetahui kau melakukan ini," kata Safri memberi nasehat. Dia tidak mau sahabat satunya ini menyesal.
"Yang di kata Safri benar. Kau pasti tidak mau bukan Dea marah dan tidak mau bertemu dengan mu?" timpal Fredo.
Mereka tidak tega melihat Bryan seperti ini. Penampilan yang berantakan, wajah lesu, pakaian berantakan seperti gembel. Tidak ada kekuatan semangat terlihat di wajah, yang terlihat hanya tak keberdayaan.
"Aku ingin ketemu Dea. Aku mencintai nya. Aku tidak mau kehilangannya," suara rintih mata berkaca-kaca.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
bget