warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Jerome menoleh menatap pada liam "pulanglah wanitamu lebih membutuhkanmu disana, dari pada kai bersitengang disini"
Menatap tajam, liam kembali menyimpan senjata tangan nya yang tertembak sama sekali tak merasakan perih.
......................
"Jangan pernah menyakiti wanitaku lagi, atau aku akan menyakiti wanita sialanmu itu"
Brixton menggengam erat tongkatnya sedangkan liam melangkah keluar namun sebelum ia keluar. Ia yang belum puas meluapkan emosinya, mengeluarkan kembali senjata apinya, lalu berbalik badan dan menembakki semua guci besar disana.
PRANKKK
Suara pecah itu memecah keheningan semua tak lepas dari tembakkan sang mafia. Hingga lampu kristal pun tak lepas dari pelampiasan sang mafia.
Serta seorang anak buah brixton terkena tembakkan pada kakinya.
Liam melangkah keluar setidaknya emosinya terlampiaskan dengan langkah besar ia menaiki motor besarnya dan menuju ke mansion miliknya.
Suara deru motor itu membelah malam, liam melaju dengan kecepatan tinggi kembali ke mansion dimana aurora berada. Hatinya sudah terpaut pada gadis yang ia lihat pada malam itu.
sementara itu dimansion milik liam.
Laila sudah menganti pakaian aurora dengan pakaian tidur berbahan sutra lembut tanpa lengan, hanya ikatan tali kecil sebagai penyangga. Ia memilih pakaian itu karena luka disekujur tubuh nona mudanya masih dalam keadaan basah.
Dokter jimmy pun sudah pulang setelah memeriksa aurora, dan memberikan obat penenang. Karena sejak tadi aurora terbangun menangis histeris dan memanggil nama ayahnya.
Aurora terlalu ketakutan atas apa yang ia alami dimansion liam. Setelah meminum obat aurora kembali tidur. Laila yang melihat keadaan aurora meneteskan air mata.
Ia tak tega apalagi melihat luka disekujur tubub aurora, bahkan wajah cantik itu membekas sebuah sayatan.
"nona seharunya aku saja yang mengantikan posisi nona, maafkan aku.."
Dori melangkah masuk bersama para maid yanh membawa banyak nampan makanan lalu meletakkan diatas meja.
"nanti bantu nona aurora saat bangun.." ucap dori menatap pada laila.
"Baik tuan"
"sekarang kau turun biar aku yang menjaga disini"
"tapi saya tidak lapar tuan"
"jika kau sakit siapa yang akan merawat nona mudamu?"
Laila merenung sejenak ia memang belum mengisi perutnya sejak brixton menarik aurora ke ruang penyekapan dan laila membenarkan apa yanb dikatakan dori barusan. Jika ia sakit siapa yang akan mengurus nona mudanya nanti.
"baiklah tuan saya permisi sebentar"
Laila menunduk sekilas lalu keluar kamar dori memperhatikan aurora yang kini terlelap dengan wajah yang masih pucat. Saat ia semakin memperhatian aurora ia seperti tak asing dengan wajah itu. Ia seperti melihat wajah yang sama tapi ia tak ingat.
Dori mengeluarkan ponselnya dan mengechek semua bisnis hitam mereka dan ia mengakui kehebatan dan pengaruh seorang liam. Bahkan reputasinya sebagai seorang mafia melebihi dari bixton saat dulu dia masih berjaya hanya saja banyak pihak yang ingin menghancurkan dan mengambil alih bisnis hitam ini.
Waktu terus beranjak ia mendapatkan pean dari jerome jika liam tertembak pada lengannya. Dori tak kawatir kejadian seperti ini sudah biasa jika keduannya sedang bersitegang maka senjata api menjadi jawabannya. Salah satu pasti tertembak enteh itu liam atau brixton.
Sifat yang sama membuat keduanya tak pernah akur. apalagi ia tau jika liam sudah terlanjur kecewa atas apa yang brixton lakukan.
Musim dingin yang mulai datang membuat dori menghidupkan penghangat ruangan.
Sedangkan liam yang berada diluar sana tak merasakan kedinginan atau pun sakit pada luka ditangannya. Ia tetap melajukan motornya yang besar itu dengan kencang.
Hingga akhirnya ia sampai. penjaga dengan cepat membukakam gerbang besar berwarna hitam itu. Motor liam pun masuk setelah ia turun, ia melemparkan kunci motornya pada anak buahnya yang menjaga disana
Melangkah dengan cepat liam masuk kedalam lift lantai atas mansion ia melihat lengannya yang terluka kini ia mulai merasakan sakit.
Liam keluar saat lift terbuka ia berjalan dan masuk kedalam kamar pribadinya. Terlihat dori yang kini duduk disofa seketika berdiri.
"apa dia sudah bangun??" tanya liam
Liam yang kini melepaskan jasnya yang ia pakai serta dalam yang terlihat bercak darah
"tadi nona zaren sempat bangun tapi dia syokk atas penyiksaan yang dilakukan tuan besar, ia menjerit ketakutan dan memanggil ayahnya"
Liam diam tak berkata ini adalah PR besar baginya, menghilangkan rasa takut atau cenderung lebih ke trauma bagi aurora.
Liam yang sudah melepas pakaian baguan atasnya kini duduk disofa
"keluarkan peluru itu dari tanganku!"
"baik tuan"
Dori yang sudah mempersiapkan alat-alatnya diatas meja mulai memakai sebuah sarung tangan khusus. Menyuntikan sedikit bius pada liam supaya tak terlalu merasakan sakit saat ia mengeluarkan peluru yang bersemayang pada lengan sang mafia.
Pandangan liam masih tertuju pada aurora yang sedang menutup matanya. Entah bagaimana ia merasakan jiak aurora seperti memiliki magnet yang terus menariknya untuk ingin selalu mendekat. Tapi ia bingung bagaimana caranya menarik gadis itu supaya bisa menyerahkan diri padanya. Aurora terlalu keras kepala, bukan keras kepala mungkin cenderung ke tegas, wanita yang tegas.
Dori sudah menjahit luka lengan liam lalu membalut lengan kekar itu.
"kau istirahatlah ini sudah pagi, satu hari ini kau handle semuanya. Aku sedang tak ingin kemana-mana"
"baik tuan saya permisi"
Dori keluar namun ia berpapasan dengan laila yanh hendak masuk, namun dori mencegah agar laila tak menganggu tuannya
"kembalilah kekamarmu dan istirahat, nona aurora sudah ada tuan liam yang menjaganya, kau tak perlu masuk"
"baik tuan"
laila melangkah menuju kamarnya dilantai yang sama begitu juga dengan dori. Laila sudah lega karena ada tuan liam yang menemani nona mudanya ia merebahkan diri ditempat tidur dan memejamkan mata, walaupun sebenarnya waktu sudah beranjak pagi.
Mungkin tidur satu dua jam bisa menghilangkan rasa lelahnya.
Liam mendekat pada aurora dan merebahkan dirinya disamping gadis itu. Ia memgulurkan tangannya menyentuh wajah yang kini begitu dekat, wajah pucat dengan goresan luka yang cukup dalam.
"tak akan ada lagi yang menyakitimu"
Saat liam akan memejamkan matanya aurora tiba-tiba terbangun dan berteriak histeris dan menangis. Ia beranja, liam yang melihat itu sontak menarik tubuh aurora kedalam pelukannya.
"Ayahhh....Ayahhh" teriak aurora melengking
"tenang ada aku disini...tenang!"
Liam semakin mengeratkan pelukannya Aurora tanpa sadar memegang lengan liam yang terbalut perban, ia menekan hingga darah pun merembes.
Liam membiarkan saja apa yang dilakukan aurora ia mengigit bibirnya menahan rasa sakit akibat lukanya yang baru saja dijahit lalu ditekan kuat oleh aurora.
Aurora yang mulai tenang menoleh pada liam . Matanya membulat dan dengan tenaga yang tersisa ia mendorong tubuh liam menjauh darinya .
"pergi kau... Menjauh dariku...KALIAN ORANG GILA!!! KENAPA TAK MEMBUNUHKU SAJA!!" teriak aurora histeris