Andre Winato berutang banyak dan jatuh bangkrut setelah gagal investasi. Istri dan putrinya meninggal secara tragis, dan keluarganya hancur. Bertahun-tahun kemudian, dia berhasil bangkit dan menjadi seorang miliarder.
Suatu hari, saat terbangun dari tidur, tiba-tiba dia menyadari bahwa dirinya kembali ke hari yang membuatnya menyesal seumur hidup! Istri dan putrinya masih hidup! Dia bersumpah untuk menebus semua kesalahannya terhadap istri dan putrinya!
Jgn lupa like vote dan gift ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Akan tetapi, aku sangat penasaran, kenapa kamu bisa tahu bahwa aku telah berikrar pada atasanku?"
"Kamu bahkan yakin aku akan dipecat!"
Bastian menatap Andre dengan rasa ingin tahu. Selama ini, orang-orang selalu mengatakan bahwa Andre sangat tidak berguna. Namun, semenjak Bastian kenal dengan Andre, hal-hal yang Bastian saksikan menunjukkan bahwa Andre bukan orang biasa.
Andre pernah menyelamatkan ayah Bastian, William, di Jalan Kumar.
Kemudian, setelah Andre mendapatkan seratus juta,
Andre bisa menghasilkan keuntungan empat kali lipat
dalam satu hari.
Lalu, saat Andre menghabiskan dua puluh juta untuk membeli barang bekas, Andre bisa menjual manual dan instruksi penggunaan mesin dengan harga satu miliar.
Selain itu, Andre mengetahui riwayat kriminal Dimas dan punya bukti yang sangat mendetail!
Andre tersenyum ke arah Bastian sambil merokok. Andre hidup lima belas tahun lebih lama dari Bastian.
Andre pernah menjadi pengusaha yang sangat sukses. Andre jauh lebih berpengalaman dari Bastian. Wawasan Andre juga jauh lebih luas.
Andre sudah memikirkan cara menjawab pertanyaan seperti ini.
"Tuan William tahu tentang hal ini...."
"Aku percaya pada takhayul. Aku selalu meramal saat menghadapi masalah...."
"Aku pernah meramal nasib Tuan William sebelumnya. Ramalanku benar. Saat aku ada di rumahmu, aku meramal nasibmu. Itulah alasan kenapa aku bisa tahu kamu akan dipecat. Ramalanku benar lagi."
"Saat kita ada di pabrik, aku meramal nasibku sendiri. Ramalanku menunjukkan aku akan mendapatkan rezeki di sana...."
"Mengenai masalah Dimas, aku pernah dengar beberapa desas-desus. Selain itu, aku mendapatkan beberapa bukti lain dengan cara meramal."
Bastian sangat kaget. Tangan Bastian gemetar, jadi puntung rokok Bastian jatuh ke tanah sebelum Andre selesai berbicara.
Meskipun apa yang Andre katakan kurang masuk akal, Bastian tidak dapat membantah perkataan Andre.
Jika Andre adalah penipu, mengapa ramalan Andre begitu tepat?
Akan tetapi, jika Andre bukan penipu, penjelasan ini membuat Andre terdengar seperti peramal yang biasanya meramal di pinggir jalan.
"Berhubung kamu bisa meramal, tampaknya kamu harus bertemu dengan seseorang....
Bastian memadamkan rokok dan menatap Andre.
"Aku punya teman yang kebetulan sedang dalam masalah. Aku ingin memintamu meramal nasibnya. Apa kamu punya waktu luang besok?"
Andre menggelengkan kepala. Dirinya bukan benar-benar bisa meramal. Jika dirinya pergi meramal nasib orang lain, ini adalah penipuan!
"Aku nggak mau meramal nasib orang asing...."
"Lagi pula, ramalanku nggak selalu tepat. Kalau sampai ramalanku nggak tepat, aku akan mempermalukanmu."
Andre memadamkan rokok dan berniat untuk menolak.
Bastian tertawa. "Kalau orang yang butuh bantuan adalah orang lain, kamu boleh menolak, tapi kamu nggak boleh nggak membantu orang ini."
"Aku membantu Jessy mencari pekerjaan sebelumnya.. Kamu ingat tentang hal ini, 'kan?"
"Orang yang membutuhkan bantuanmu adalah Hendi Susanto. Pak Hendi adalah direktur Desain Selaras."
Andre tertegun.
Desain Selaras? Andre pernah mendengar nama perusahaan ini. Sepertinya perusahaan ini bangkrut tidak lama setelah Jessy meninggal. Berarti perusahaan ini akan bangkrut akhir-akhir ini.....
Andre memang meminta Bastian membantu Jessy mencari pekerjaan.
Akan tetapi, Andre tidak menyangka Bastian membantu Jessy untuk bekerja di perusahaan yang sudah mau bangkrut.
Selain itu, Andre menjadi berutang budi pada Hendi.
Untunglah masalah yang sedang Desain Selaras hadapi tidak rumit.
Masalah ini disebabkan oleh suatu kebetulan ....
Pada tiga bulan yang lalu, Hendi mendapatkan klien yang memberi bayaran sepuluh miliar. Klien ini adalah perusahaan dari Kota Senna.
Klien ini meminta Desain Selaras mendesain sebuah produk. Hasil desain harus diserahkan akhir-akhir ini.
Masalahnya terletak pada gaya tulisan yang digunakan dalam desain. Di antara beberapa gaya tulisan yang digunakan oleh Desainer Desain Selaras, ada satu gaya tulisan bajakan yang digunakan tanpa meminta izin dari pencipta.
Setelah Desain Selaras menyerahkan hasil desain pada perusahaan di Kota Senna, perusahaan itu segera merilis foto konsep produk.
Hal ini ketahuan oleh perusahaan pencipta gaya tulisan tersebut. Lalu, perusahaan ini menuntut Desain Selaras dan perusahaan dari Kota Senna.
Berhubung Desain Selaras menggunakan gaya tulisan tanpa meminta izin, Hendi harus ganti rugi pada perusahaan pencipta gaya tulisan. Selain itu, Hendi harus membayar denda tiga kali lipat pada perusahaan dari Kota Senna. Perusahaan ini juga harus ganti rugi pada perusahaan pencipta gaya tulisan. Biaya ini juga ditanggung Hendi.
Hendi mendadak butuh membayar utang sejumlah puluhan miliar. Hal ini membuat Hendi sangat tertekan. Jadi, Hendi hanya bisa melikuidasi Desain Selaras.
"Kapan mau bertemu dengan orang itu?"
Andre menatap Bastian. Bastian menghela napas lega setelah mendengar Andre setuju.
Bastian tidak tahu mengapa Hendi mau mencari Andre. Akan tetapi, selama Andre setuju, Bastian tidak akan dipermalukan.
"Malam ini. Waktunya sudah hampir tiba. Pak Hendi sudah memesan tempat."
"Kita akan bertemu dengannya di Hotel Riverside Kota Surawa."
Bastian tersenyum. Bastian telah membuat janji dengan Hendi sebelum berdiskusi dengan Andre, tapi Andre tidak menyalahkan Bastian. Bagaimanapun, hal ini memang berhubungan dengan Andre.
Asalkan Jessy bisa hidup dengan tenteram dan terus bekerja di Desain Selaras, Andre tidak keberatan untuk pergi menemui Hendi.
Di Hotel Riverside.
Pada pukul sembilan malam.
Jalan masih terang karena ada banyak lampu.
Bastian mengemudi. Setelah memarkirkan mobil di tempat parkir, Andre dan Bastian masuk ke dalam hotel.
Andre mengamati tempat ini. Hotel ini sangat terkenal di Kota Surawa. Hotel ini adalah salah satu aset milik orang terkaya di Kota Surawa, Martin.
Pada kehidupan yang lalu, Martin adalah teman Andre. Sesungguhnya, mereka adalah saingan dagang yang harus melawan satu sama lain. Selain itu, mereka juga jarang bertemu. Namun, mereka menyegani satu sama lain.
Setelah Andre meninggalkan Kota Surawa, Andre menjadi jauh lebih sukses daripada Martin.
Akan tetapi, Andre tahu bahwa Martin adalah orang yang setia. Saat Martin masih miskin dulu, Martin dibantu oleh Tuan William.
Martin mengingat kebaikan Tuan William selama puluhan tahun.
Setelah Tuan William meninggal, Martin selalu pergi membersihkan makam Tuan William pada hari peringatan kematian Tuan William..
Jadi, pada kehidupan ini, langkah pertama Andre untuk menjadi kaya adalah mendekati Martin.
Mesin litografi sulit dijual. Jika Andre mau menjadi kaya dengan cara berdagang, waktu yang dibutuhkan terlalu lama.
Andre harus bergaul dengan orang terkaya di Kota Surawa.
Andre dan Bastian masuk ke dalam private room hotel. Hendi sudah menunggu lama.
Setelah Andre dan Bastian masuk, Hendi buru-buru berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Bastian.
"Bastian, terima kasih karena sudah mau datang!"
"Silakan duduk, silakan duduk. Apa orang di samping Anda adalah teman yang Anda ceritakan sebelumnya?"
Hendi tersenyum lebar. Hendi baru berusia empat puluh tahun. Dia masih energik.
Desain Selaras sangat sukses. Namun, Hendi masih belum puas. Dia ingin menjadi lebih sukses lagi.
Setelah Hendi pikirkan, Hendi merasa cara yang terbaik adalah bergaul dengan Keluarga Astred, lalu meminta Tuan William memperkenalkannya pada Martin. Hendi yakin dirinya bisa sukses dengan cara seperti ini.
Bastian duduk dan tersenyum.
"Pak Hendi, inilah teman yang aku ceritakan sebelumnya, Andre Winato. Dialah yang meminta bantuanmu sebelumnya."
Hendi buru-buru berdiri dan menuangkan minuman keras untuk Andre.
"Rupanya ini Pak Andre. Teman Bastian pasti bukan orang biasa. Pak Andre kerja di mana?" Andre memegang gelas.
"Pak Hendi terlalu sopan. Aku nggak punya pekerjaan. Aku menganggur."
Menganggur?
Hendi yang sedang menuangkan minuman keras tertegun dan menjadi agak canggung.