NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Pelarian Tak Bermuara

Hening malam membalut jalanan kota kecil di pinggiran Florence. Mobil hitam yang mereka tumpangi menyusuri jalan sempit, menjauh dari ingar bingar kota mafia yang membesarkan Adrian dan menghancurkan Nayla.

Udara di dalam mobil terasa pekat. Tak ada percakapan. Hanya napas berat dan tatapan kosong ke luar jendela.

Adrian memegang kemudi erat. Jari-jarinya menggenggam seperti menahan seluruh emosi yang nyaris meledak. Sementara Nayla duduk di sampingnya, menatap jalanan kosong seakan berharap menemukan kedamaian di ujungnya.

“Yara akan mengurus semuanya,” kata Adrian pelan, memecah keheningan.

Nayla tidak menjawab. Ia menutup matanya, membiarkan air mata jatuh satu-satu tanpa suara. Luka itu belum kering. Kebenaran tentang ayahnya, pengkhianatan, darah, semua menghantamnya seperti badai tanpa peringatan.

“Aku tahu aku salah,” lanjut Adrian. “Menutupinya darimu… Tapi saat itu, aku hanya ingin melindungimu.”

Nayla membuka mata. “Melindungi atau menguasai, Adrian?”

Pertanyaan itu seperti sembilu, mengiris pelan.

Adrian terdiam. Ia tahu Nayla berhak marah. Tapi ia tak pernah menyangka kalimat itu akan keluar darinya. “Kau pikir aku seperti Ricardo?”

Nayla menarik napas panjang. “Aku… tak tahu. Aku tak tahu apa-apa lagi.”

Keheningan kembali menyelimuti.

Mereka berhenti di sebuah penginapan tua di kaki bukit. Pemiliknya sudah diberi tahu sebelumnya kontak lama Adrian yang masih setia pada keluarga ayahnya, bukan pada Ricardo. Pria itu tidak banyak bertanya, hanya menyerahkan kunci kamar dan menghilang.

Di dalam kamar, dingin terasa menggigit. Nayla duduk di tepi ranjang, menggenggam jaketnya sambil menatap lantai. Adrian duduk di dekat jendela, menyalakan lampu meja dan membuka laptop kecil.

“Kita tidak bisa tinggal di sini lama-lama. Aku sedang cari lokasi aman di luar negeri. Mungkin ke Slovenia atau… Montenegro.”

“Aku tak ingin lari,” kata Nayla pelan.

Adrian menoleh. “Ini bukan soal ingin atau tidak. Kita sedang diburu.”

“Aku ingin menyelesaikannya. Semua ini.”

“Kau ingin mati?”

Nayla berdiri. “Aku ingin hidup. Tapi bukan seperti ini bersembunyi seperti tikus di sudut dunia, selalu melihat ke belakang.”

Adrian berdiri juga, menatapnya tajam. “Kau tidak mengerti. Dunia ini tidak akan membiarkanmu hidup jika kau mencoba menjadi benar.”

“Kau tahu kenapa aku jatuh cinta padamu?” tanya Nayla tiba-tiba.

Adrian terdiam, matanya mengeras.

“Karena di balik topeng mafia yang kau pakai, aku melihat luka. Dan aku pikir… aku bisa menyembuhkannya. Tapi mungkin aku salah.”

“Kau tidak salah,” bisik Adrian, melangkah mendekat. “Aku yang salah… karena membiarkanmu ikut tenggelam bersamaku.”

Nayla memalingkan wajah, tapi Adrian sudah memeluknya dari belakang. Pelukan yang dingin bukan karena udara, tapi karena ketakutan yang belum selesai.

“Aku tak tahu cara menjadi manusia normal,” katanya lirih. “Tapi aku ingin mencobanya. Untukmu.”

Nayla menutup matanya. Dadanya berdegup tak karuan. Cinta dan benci, marah dan rindu, semuanya campur aduk.

Tiba-tiba, suara ketukan pelan di pintu membuat mereka terlonjak. Adrian langsung bergerak cepat, meraih pistol dari balik tas.

Tiga ketukan. Diam. Lalu dua ketukan cepat. Kode lama.

Adrian membuka pintu perlahan. Seorang lelaki tua berdiri di sana dengan wajah penuh gurat lelah. “Tuan muda... ada yang menjual informasi tentang kalian ke kelompok Bartello.”

Adrian mengumpat pelan. “Berapa orang mereka?”

“Setidaknya lima. Mereka sudah mendekat ke kota ini. Mungkin sampai dalam waktu dua jam.”

Adrian mengangguk. “Terima kasih, Pak Russo.”

Lelaki itu pergi. Adrian menutup pintu, wajahnya kembali dingin.

“Kita harus pergi malam ini juga,” katanya.

“Adrian…” Nayla memegang tangannya. “Aku lelah.”

“Aku tahu. Aku juga. Tapi kita tidak punya pilihan. Jika mereka menangkap kita…”

“Apa kita akan terus begini?” Nayla menatapnya dalam. “Selalu dikejar? Selalu lari?”

“Tidak. Aku janji. Setelah malam ini, aku akan serahkan diriku. Aku akan bersihkan namaku. Dan kau… kau bebas.”

“Bebas dari apa? Dari cintamu?”

Adrian menatapnya. Lalu menariknya ke dalam pelukan.

“Tidak. Bebas untuk mencintaiku tanpa rasa takut.”

Di luar, badai mulai turun. Hujan mengguyur kota kecil itu, seperti langit pun tahu, bahwa cinta yang lahir dari luka, akan selalu diuji oleh ketakutan dan pengorbanan.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!