"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"
"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia
"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena
"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia
Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Di tengah luapan air, Charles berusaha berenang membawa tubuh miliknya dan Celestia ke permukaan air.
“Hahh.. Hahh...”
Tangan Celestia nampak meremas baju Charles dengan erat. Tubuh nya gemetar bukan karena kedinginan, tetapi karena takut. Ketakutan masa lalu tentang tenggelam.
“Kondisi Nya tidak beres.” Kata Charles dan berusaha mencari pegangan saat membiarkan tubuh Merek di bawa arus.
Setelah memperhitungkan segalanya, Charles berhasil keluar dari arus setelah mengorbankan tubuhnya agar bertubrukan dengan baru besar. Memanfaatkan kesempatan itu, Dia pun keluar dari arus setelah berusaha keras.
Dengan sihir angin, Charles langsung mengeringkan baju nya dan baju Celestia.
Putra Mahkota yang selama ini terbiasa bertahan hidup di hutan langsung menggendong tubuh Celestia yang tidak mau melepaskan remasan tangannya dari baju basah Charles sedikit pun dan menyusuri pinggir sungai.
Sesuai dugaan, Dia menemukan gua. Dia langsung masuk ke dalam dan langsung duduk. Dia sempat meringis sakit saat punggung nya menyentuh dinding gua.
“Apa memar ? Umm, seperti nya ini memar. Tetapi yang perlu di khawatirkan adalah kondisi wanita ini. Apa yang Dia lihat di benak kecil nya ini ?”
Saat Charles menggunakan kekuatan sihir nya untuk mengambil ranting basah di luar gua, di saat yang sama Celestia tengah memutar ulang adegan saat Diri nya masih berumur enam tahun. Saat Dia masih berada di kediaman Viscount Avena.
...•••...
...Byuuurr!!!...
...“Agghh.. Hup.. Grace.. Tolong Aku... Aku tidak bisa berenang.. Hup..”...
...“Huhuhu, Kau harus belajar sekarang. Siapa tau bisa kan ?”...
...“Aku.. Hupp..”...
...Tubuh kecil Celestia mulai tenggelam. Rasanya sangat sesak saat Dia tidak bisa bernafas dan air berulang kali Dia telan maupun hirup. Rasa dingin yang menyebar, kemudian rasa sesak yang mencekik leher nya membuat Celestia kecil tidak tau harus berbuat apa....
...•••...
“U.. Ugh.. Hahh.. Ibu.. I.. Ibu..”
Kini tubuh Celestia nampak bergetar hebat. Nafas nya mulai patah-patah.
“Hei.. Tia, sadarlah.. HEI!!”
“!” Mata Celestia sudah terbuka. Liquid bening langsung membludak dari lingkar matanya.
“Tenanglah... Kau sudah aman sekarang. Maaf karena Aku tidak bisa menyelamatkan Mu tepat waktu.” Tutur Charles semakin mengeratkan pelukan nya.
“Haahh.. Hahhh...” Pernapasan yang perlahan terkontrol membuat tubuh Celestia kembali rileks, dan Dia kembali terlelap. Charles pikir Dia akan langsung bangun, namun ternyata tidak. Gadis ini kembali tidur dalm rengkuhan Putra Mahkota, tanpa gemetaran lagi.
“Haahh.. Seperti nya Kau sudah keluar dari mimpi buruk. Syukurlah. Kau boleh tidur dalam pelukan Ku selama apapun.” Ucap Charles sambil mengucap surai putih Celestia dengan lembut.
Beberapa saat yang lalu, Charles sudah mengecek kondisi perut Celestia yang tertikam, dan untunglah luka itu sudah tertutup seolah tidak pernah di tusuk. Seperti nya tubuh Celestia sedikit istimewa sehingga bisa memulihkan luka tusukan segampang ini tanpa harus mengeluarkan kekuatan suci.
...***...
30 menit kemudian, Celestia baru benar-benar tersadar.
“Uggh... Apa yang terjadi— Yang Mulia ?”
“Tidur Mu nyenyak ? Sepertinya da*da bidang Ku sangat empuk ya, Tia.”
Celestia dengan gerakan ‘grasak grusuk’ langsung mencoba untuk lepas dari rengkuhan Charles. “Maafkan Saya Yang Mulia—“
“Auuww!!” Keluh Charles saat tubuhnya terdorong dan membuat punggung nya yang memar tertekan oleh dinding gua.
“Ah! Anda pasti terluka. Maafkan Saya Yang Mulia. Saya malah bertingkah seperti cacing kepanasan.”
“Hahaha, tidak masalah. Berhati-hatilah agar tidak mengenai arang dan api di belakang Mu.”
Celestia mengangguk patuh, kemudian keheningan sempat mampir sebentar selama semenit. Kemudian Celestia berucap, “Yang Mulia, apakah Anda bisa melepaskan rengkuhan tangan Anda ? Saya tidak bisa keluar.”
“Hm ? Kau mau langsung keluar ari rengkuhan yang membuat Mu tidur dengan nyenyak ?”
“Saya sungguh minta maaf.”
“Baiklah. Aku akan berhenti menjahili Mu. Turunlah. Sepertinya Kaki Ku keram.”
Walau turun dengan perlahan, Charles tetap meringis sakit. Celestia merasa ada yang tidak beres dan langsung bertindak.
“Yang Mulia, tolong hadapkan punggung Anda ke arah Saya.”
Dalam keheningan, Charles sudah berbalik dan dengan perlahan Celestia mengangkat pakaian yang menutupi tubuh kekar nya. Belum juga terbuka setengah nya, Charles terus saja meringis.
“Yang Mulia, sebaiknya Anda membuka kemeja saja. Jika dipaksakan untuk di buka dari belakang, Anda hanya akan kesakitan.”
“Baiklah.. Tetapi karena punggung Ku yang sakit, Aku tidak bisa membuka kemeja ini. Aku hanya bisa melepaskan tautan kancing nya saja.”
“Baiklah, Saya akan membantu Anda. Permisi sebentar, Yang Mulia.” Ucap Celestia yang sudah berpindah ke depan tubuh Charles.
Dengan hati-hati Celestia membuka kemeja Charles, satu tangan bertumpu di perut yang berotot, satu tangan yang lain melepaskan kemeja. Jemari milik Celestia yang bertengger di tubuh mengalirkan sinyal aneh bagi Charles. Dia berusaha keras mengontrol ekspresi wajah nya.
Kini tinggal mengeluarkan kemeja dari tangan Charles.
“Yang Mulia— Astaga. Pasti sakit sekali ya ? Tenang saja yang Mulia. Saya akan segera mengobati Anda.” Ucap Celestia yang menyalahartikan wajah Charles yang memerah.
Setelah kemeja berhasil di tanggalkan, tubuh Charles yang selama ini di tempa dengan keras agar dapat memiliki kemampuan berpedang yang mumpuni, menghasilkan proporsi otot yang nampak padat dan menggoda.
‘Anda punya tubuh yang sangat bagus, Yang Mulia’ adalah pemikiran yang tergambar jelas di wajah Celestia saat ini.
“Jadi.. Eheemm... Kapan Kau akan mengobati punggung Ku ?” Tutur Charles yang ingin menarik nafas saja kesulitan.
“Maafkan Saya, Yang Mulia.” Ucap Celestia dan langsung kembali ke punggung Charles.
“Astaga, ini sudah pasti bukan memar karena monster. Apa ini terjadi saat terbawa arus ?”
“Benar. Aku tidak bisa menggunakan sihir di tengah arus air apalagi sambil memeluk seseorang, jadi satu-satunya cara adalah menjadikan tubuh Ku sebagai tumpuan Kita berdua.”
“Maaf...Yang Mulia harus mengalami hal seperti ini karena harus menyelamatkan Saya.”
Sriingg....
“Seharusnya Aku yang meminta maaf, Tia. Aku tidak menepati perkataan Ku untuk menolong Mu tepat waktu.”
“Anda menyelamatkan Saya tepat waktu, Yang Mulia. Kalau ingatan Saya tidak salah, sebelum masuk ke dalam arus Saya sudah berhasil Anda tangkap kan ?”
“Benar, tetapi itu sangat terlambat. Jika Aku menangkap Mu lebih cepat saja, Kau tidak akan berada di tempat ini,” “...Dan tidak akan mengingat kenangan buruk tentang ‘tenggelam’.” Sambung Charles di dalam hati.
“Kita tinggal kembali ke atas kan ? Yang Mulia, bagaimana punggung Mu ? Apa masih ada yang sakit ?”
“Oh. Sudah tidak ada lagi rasa nyeri. Terimakasih.” Jawab Charles yang kini sudah memutar posisi duduk dan berhadapan dengan Celestia.
“Astaga, Saya baru teringat sesuatu Yang Mulia.” Tutur Celestia sambil meletakkan ujung jari tangan di keningnya.
“Hm ? Apa itu ?”
“Saya bisa menyembuhkan punggung Anda tanpa harus membuka pakaian, Yang Mulia.”
“Tidak apa-apa, Tia. Aku tinggal memakai pakaian yang di tanggalkan bukan ?” Jawab Charles yang saat ini memasang wajah penuh ketenangan. Berbeda sekali dengan ungkapan batinnya.“...Benar! Kenapa Aku juga tidak memikirkan hal ini ? Aku harus menahan benda di antara kaki Ku agar tidak menunjukkan pergerakan yang aneh-aneh. Aku harus mengatur nafas agar dapat mengontrol binatang buas di dalam diri Ku yang nampak akan memberontak. Itu semua karna otak yang tidak bekerja dengan baik ? Salah sedikit saja Aku bisa lepas kendali tadi!”
...***...
...Guyss, apa kabar ? Tolong jangan Lupa like guys, minimal jangan lupa like kalo malas buat ninggalin jejak. Neo juga butuh respon kalian dong. Neo juga pengen berinteraksi di kolom komentar. Haahh, perjalanan Neo masih jauh ini😮💨 Sampai ketemu lusa lagi ya, soalnya besok Neo istirahat♥️...