Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah acara pesta
Setelah acara pernikahan anak Yuni dan Herman, mereka semua terlihat sedang mengumpul di ruang tamu, dan berkumpul dengan keluarga besar dari keluarga Melda.
"Kami akan pulang malam ini" ujar Adam, semua orang menoleh ke arah Adam, tidak terkecuali, juga melirik ke arah Najwa.
"Pulang ? sekarang? bukan kah di luar lagi gerimis?" Yuni menanyakan seolah tidak ingin mereka segera pergi.
Adam terdiam, tidak ingin kejadian semalam terulang lagi, karena Adam sudah berjanji pada diri sendiri, tidak akan menerima Najwa sebelum ia benar - benar bisa mencintai wanita itu seperti Humaira.
Flashback. . .
Tengah malam, gerimis sempat datang walaupun hanya sebentar, Adam tidak terbiasa tidur berhimpitan, biasa nya ia tidur sendiri atau berdua dengan Humaira. Tapi kali ini, mereka harus tidur bertiga atas paksaan Malvin.
Malvin membuka mata, melihat Adam dan Najwa yang tertidur pulas, karena Malvin sudah dewasa ia pun turun sendiri dari ranjang menuju kamar mandi.
Setelah balik, Malvin malah naik ke atas sofa, dan tidur disana, Malvin tidak kembali ke atas ranjang, dimana sebelum nya ia tidur.
Adam dan Najwa tidak menyadari itu, Najwa yang biasa tertidur dengan pakaian lengkap pun tidak menyadari jika Malvin tidak di samping nya, karena Malvin kalau bangun tengah malam pasti bangunin Najwa sebelumya.
Saat suara azan subuh perlahan - lahan Najwa membuka mata nya dan ia menyadari kalau waktu sholat subuh sudah tiba.
Namun, pergerakan Najwa terhenti saat sebuah kaki ada di atas lutut nya, dan sebuah tangan kekar melingkar di atas pinggang nya, tentu saja pemandangan itu membuat Najwa terkejut dan terdiam sesaat.
'Ini ..' Najwa memperhatikan wajah yang begitu sendu dan damai, dengan jarak yang begitu dekat, tentu membuat jantung Najwa berdetak kencang.
Tangan Najwa sempat menyentuh raut wajah Adam sekilas, Adam yang sedang tidur pemandangan nya begitu tenang, membuat Najwa tersenyum tanpa ia sadari.
Najwa menarik kembali tangan nya, perlahan-lahan memindahkan tangan Adam yang melingkar di perut nya dengan tujuan, agar ia bisa segera bangun.
"Sayang, biar 'kan aku tidur sebentar lagi" Adam semakin mempererat pelukan nya, membuat Najwa terkejut. Karena merasa ada yang salah dengan ucapan nya Adam mencoba membuka mata nya, dan betapa terkejut dia, saat melihat orang yang dia peluk adalah Najwa bukan Humaira.
"Aah" Adam langsung melepas pelukan nya, dan langsung duduk, Adam atau pun Najwa kini saling pandang satu sama lain. Adam yang merasa telah melakukan kesalahan, langsung turun dari ranjang, dengan keadaan masih melihat ke arah Najwa.
"Maaf, aku berpikir kalau kamu istri ku" ucap Adam dan berlalu ke kamar mandi.
'Abang, aku juga istri mu saat ini, tidak bisa kah, sedikit saja kamu memberi ku ruang di hati mu?' Najwa mengusap dada nya, lalu netra nya beralih menatap Malvin di sofa.
"Sejak kapan ia berpindah" Najwa turun dari ranjang, dan memindahkan Malvin ke atas ranjang.
Setelah kejadian itu, Adam semakin menjauh dari Najwa, karena dia takut melakukan kesalahan yang sama.
Flashback Selesai...
"Adam..." panggil Yuni, mengejutkan pria itu yang tengah melamun.
"Bibi, sorry aku tidak bisa aku harus segera pulang" Adam bangkit dari tempat duduk nya yang sedikit jauh dari yang lain.
Yuni tahu, Adam bukan lah orang yang mau bergabung dengan orang lain, dan saat ini Adam terlihat tidak senang saat berada di rumah nya, padahal dulu, Adam bisa menginap seminggu lama nya jika mengunjungi Yuni, saat masih bersama dengan Humaira.
"Kalau begitu, Aku akan pergi mengemaskan barang - barang ku, Malvin Mommy tinggal dulu ya" Najwa segera berdiri, dan menyusul Adam yang lebih dulu pergi ke kamar.
Di dalam kamar, Najwa melihat Adam yang duduk di tepi ranjang, Najwa tidak menghampiri nya, ia memilih untuk langsung mengemaskan barang - barang mereka ke dalam koper.
"Najwa dengar !"
Suara Adam menghentikan aktivitas Najwa, dan ia menoleh ke arah suami nya.
"Kejadian semalam memang bukan keinginan ku, aku tidak tahu jika Malvin pindah ke sofa, dan ucapan ku saat aku pikir kamu adalah Humaira, jadi tolong kamu jangan berpikir jika itu aku ucap untuk kamu"
"Abang, Najwa mengerti" suara lembut Najwa membuat Adam diam, bukan kah harus nya Najwa marah, kenapa dia hanya menjawab dengan begitu lembut, dan Adam sempat melihat netra Najwa yang terlibat sedang tersenyum.
"Pokoknya tugas mu, hanya menjaga dan merawat Malvin, sampai kapan pun kamu hanya akan menjadi Mommy Malvin, bukan istri ku!" tegas Adam, ada rasa getir dalam diri Najwa, wanita ini mengelus dada nya yang kini sudah membelakangi Adam.
"Najwa paham Abang, siapa Najwa ini, dan untuk siapa Najwa ada disini, Najwa sadar dengan posisi Najwa " masih dengan ucapan yang begitu lembut, dan Najwa berusaha tersenyum, meskipun tidak satu orang pun yang dapat melihat senyuman Najwa di balik cadar.
Najwa menyeka air mata yang tidak bisa ia tahan lagi, lalu Najwa menarik koper milik nya keluar dari kamar tersebut. Seseorang yang sejak tadi menguping langsung pergi, pria itu adalah Darwin, orang yang pernah mengenal Najwa dulu, hanya saja Najwa tidak pernah mengenal nya.
Mereka semua ada di teras rumah, Malvin dan Najwa sedang berpamitan dengan keluarga adik dari Melda. Sementara, Adam menunggu di mobil, Melda tidak ikut pulang, karena harus membantu keluarga adik nya lebih dulu.
Di sisi tembok teras ada Darwin yang terus memandangi Najwa, sikap lembut wanita itu, membuat hati Darwin tersentuh.
"Assalamualaikum " ucap Najwa, saat akan pergi dari teras.
"Wassalamualaikum " jawab mereka semua, lalu melambaikan tangan ke arah mobil Adam .
Setelah mobil Adam berputar arah, dan meninggalkan rumah tersebut, semua orang langsung masuk ke dalam kecuali Darwin.
Di sepanjang perjalanan, keadaan yang semula hanya gerimis, kini malah turun hujan yang begitu lebat, dan angin yang begitu kencang membuat pepohonan di jalan ikut bergoyang.
Sesekali petir terdengar begitu mengeri di telinga mereka bertiga, sehingga, Malvin berteriak ketakutan.
"Sayang, ayo pindah ke depan sama Mommy" Najwa mengulurkan tangan nya, lalu Malvin pindah ke depan bersama dengan Najwa dan Adam.
"Kalau Abang, mau bersabar semalam lagi, mungkin kita tidak perlu menerjang hujan badai yang begitu mengerikan, kasian Malvin, dia sampai gemetar mendengar petir yang begitu kuat" pungkas Najwa, ia tidak melirik ke arah Adam, yang saat ini menatap nya tajam.
"Untuk apa ada kamu, kalau Malvin tidak bisa tenang !"
"Heeh" Najwa hanya tersenyum miring, tanpa menjawab ucapan sinis yang terucap dari bibir Adam, ucapan yang begitu tajam, sehingga membuat Najwa sekali lagi sadar siapa dirinya.
Adam tetap memilih melanjutkan perjalanan mereka, sehingga keluar dari desa Bibi Adam.