Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 20
"Wah wah wah! Lihat siapa ini yang berani merusak propertiku" ucap seorang pria yang sangat dikenali oleh Sandro karena wajahnya sering muncul di televisi dan majalah.
Jadi kasino ini milik Ardian Castel aktor sekaligus penyanyi terkenal itu, batin Sandro dengan syok.
Ardian menatap Sandro dengan kening berkerut saat melewatinya, untuk menghampiri Denis yang sudah duduk di kursi yang biasa ia tempati saat datang ke ruangan ini yang memang dikhususkan untuk Denis.
"Sudah berapa banyak uang yang kamu dapat dari menjual informasi dari ruangan ini?" tanya Denis dengan suara dingin.
Hehehehe.....................
Ardian terkekeh sambil duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Denis, sedangkan Sandro yang sudah bisa mengontrol keterkejutannya bergegas berdiri di belakang Denis seperti biasa, mendampinginya setiap saat di manapun ia berada.
"Anjing pengikut yang setia" ejek Ardian sambil menatap Sandro.
"Setidaknya anjing tahu siapa pemiliknya" balas Sandro sambil tersenyum menyeringai.
"Ckk!! Bos sama anak buah sama saja" decak Adrian dengan kesal.
Denis dan sandro menatap Adrian dengan wajah datar dan dingin tak perduli dengan ucapannya barusan, karena memang apa yang dibilang Adrian barusan itu benar. Setelah beberapa lama terdiam akhirnya Adrian mulai angkat bicara.
"Apa yang kamu inginkan Denis Arkana?" tanya Adrian dengan serius.
"Kamu tahu apa yang aku inginkan Ad" jawab Denis dengan suara dingin.
"Jangan panggil aku dengan nama itu karena hanya orang terdekatku saja yang boleh memanggilku dengan nama itu" hardik Adrian dengan suara dingin.
"Ah! Bukannya aku termasuk orang dekat kamu ya? Kan aku teman kamu?" tanya Denis dengan wajah polos.
"Cih! Baru ingat kalau kamu itu teman aku berengsek" ketus Adrian dengan suara menggelegar.
"No. Aku tahu kalau aku punya teman bernama Adrian Castel tapi aku sudah lama tidak bertemu dengannya" balas Denis dengan santai.
"Sialan kamu Denis Arkana" teriak Adrian dengan kesal sambil melempar sepatunya ke arah Denis.
Dengan cepat Denis mengelak dari lemparan sepatu itu dan malah mengenai perut Sandro yang berdiri tepat di belakang Denis.
Tatapan mata Sandro seketika berkilat tajam menatap Adrian dengan tajam seakan ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Sorry aku tidak sengaja" ucap Adrian dengan cepat.
Bugh.............
"Ah! Maaf tanganku barusan keseleo" ucap Sandro dengan santai.
Adrian menatap Sandro dengan tajam karena tahu Sandro membalas perbuatannya barusan, apa lagi ucapan Sandro yang mengatakan tangannya keseleo itu semua tipuan saja karena ingin membalas perbuatannya barusan.
Berengsek! Lihat saja aku akan membalasmu suatu hari nanti, batin Adrian dengan kesal.
"Sudah cukup main-mainnya" ucap Denis dengan suara dingin.
"Siapa yang bermain berengsek" pekik Adrian dengan kesal.
"Kamu"
"Ckk!!" decak Adrian dengan cemberut.
"Aku mau semua pembicaraan Kenzo dan Riski Akbar malam ini dan juga malam-malam sebelumnya" ucap Denis to the point.
"Kalau aku tidak mau"
"Terserah kamu saja tapi 30 menit dari sekarang citramu di publik akan hancur" ancam Denis dengan tatapan membunuh.
"Teman bangsat" maki Adrian.
"Pilih saja mau citramu hancur di publik atau berikan apa yang aku mau" ucap Denis sambil tersenyum menyeringai.
"Bawakan apa yang bangsat ini mau sekarang" ketus Adrian sambil menatap Denis dengan kesal.
"Pilihan yang tepat" ejek Denis.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Adrian hanya bisa mengumpat dan menyumpahi Denis dalam hati merasa sangat kesal, karena diancam Denis hanya untuk mendapat informasi penting darinya.
Apa lagi ia juga dengan mudah mengetahui letak kamera tersembunyi yang ia pasang dalam ruangan ini.
"Puaskan" hardik Adrian setelah asistennya memberikan flash hitam kepada Denis barusan.
"Heemmm"
Denis dan Sandro lalu pergi dari sana setelah mendapat apa yang Denis inginkan, tapi seketika langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Adrian barusan.
"Aku senang kamu tidak bersahabat lagi dengan si Kenzo sialan itu" ucap Adrian dengan suara lembut.
"Ya"
"Ingat selamanya aku selalu ada buat kamu karena kamu itu tetap teman aku dan tidak akan pernah berubah"
"I know that" (aku tahu itu) balas Denis sambil tersenyum smirk melihat Adrian dan berlalu pergi.
"Berengsek itu tetap tidak pernah berubah! Kenapa aku selalu saja dengan mudah memaafkan dia ya?" tanya Adrian sambil menatap kepergian Denis dari kaca ruangan itu yang mengarah langsung ke lantai satu.
Hanya Denis sendiri yang mengetahui jika dia adalah pemilik kasino Deluxe selama ini.
Bahkan kedua orang tuanya dan juga keluarga besarnya tidak ada yang tahu mengenai usaha sampingannya itu, selain pekerjaannya yang sebagai aktor dan penyanyi terkenal di Indonesia dan mancanegara.
~ Rumah Denis ~
"Selamat beristirahat bos" ucap Sandro setelah melihat Denis turun dari mobil.
"Heemmm" deham Denis.
Setelah melihat Denis sudah masuk barulah Sandro pergi dari sana menuju rumahnya untuk beristirahat, apa lagi besok adalah weekend jadi ia bisa tidur sepuasnya.
Denis yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung di sambut senyuman manis dari mamanya yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Kenapa mama belum tidur?" tanya Denis dengan suara lembut.
"Mama nunggu kamu nak" jawab Amira dengan antusias.
"Ada apa ma?" tanya Denis dengan cepat.
Amira lalu menyodorkan sebuah amplop ke Denis membuat Denis menatap amplop itu dengan bingung tapi tetap diterimanya. Saat dibuka ia kaget melihat ada begitu banyak uang didalam sana entah berapa banyak jumlahnya.
"Itu hasil jualan hari pertama mama tadi" ucap Amira seakan tahu apa yang ada di benak anaknya.
"Mama kasih ini ke aku?" tanya Denis dengan suara dingin.
"Iya nak. Karena menurut mama kamu pantas mendapat itu karena tanpa kamu mama tidak bisa mewujudkan keinginan mama selama ini" jawab Amira dengan senang.
Phew...........
Denis membuang napasnya dengan kasar mendengar ucapan mamanya barusan dan entah kenapa ia tidak suka jika harus mendapat hasil pertama dari usaha mamanya.
Melihat raut wajah anaknya yang berubah seketika senyum di wajah Amira sirna.
Apa aku berbuat kesalahan, batin Amira.
Denis mengambil tangan mamanya dan menaruh amplop itu kembali di tangan sang mama, membuat Amira menatapnya dengan bingung.
Melihat mamanya yang bingung dengan cepat Denis memberitahu maksudnya mengembalikan amplop tadi.
"Ini milik mama dan bukan milik aku. Dari pada mama berikan ke aku lebih baik mama sumbangkan ke panti asuhan atau donasi saja" ucap Denis dengan suara lembut.
"Baiklah mama akan sumbangkan ke panti asuhan saja" ucap Amira tak membantah.
"Heemmm! Bagaimana warung mama tadi?" tanya Denis.
"Semua masakan mama ludes tak tersisa dan banyak sekali pelanggan yang memberi komentar kalau masakan mama sangat enak"
"Baguslah kalau seperti itu ma"
"Iya nak mama senang banget hari ini"
"Kalau begitu sekarang mama istirahat karena besok mama harus buka warung lagi"
"Iya nak, tapi apa kamu sudah makan?" tanya Amira dengan cepat.
"Sudah ma"
"Ya sudah kalau begitu kamu juga langsung istirahat karena kamu pasti capek seharian bekerja"
"Iya ma"
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Keduanya bergegas masuk ke dalam kamar masing-masing untuk beristirahat dari segala aktifitas mereka hari ini yang sangat melelahkan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari dan diatas tempat tidur sedari tadi Denis gelisah dengan keringat dingin bercucuran di seluruh tubuhnya.
"Jangan tinggalkan Denis ma! Jangan tinggalkan Denis sendiri ma" gumam Denis dalam tidurnya.
"Hiks hiks hiks..........maafin Denis ma.........hiks hiks hiks...........jangan tinggalin Denis sendiri ma.......hiks hiks hiks" raung Denis semakin histeris.
"MAMA" teriak Denis seketika terbangun dengan napas satu-satu.
Denis mengusap wajahnya dengan kasar, karena memimpikan kejadian waktu mamanya mati di pangkuannya dengan tubuh penuh darah.
Wajahnya yang biasanya dingin terlihat sangat memprihatinkan bagi siapa saja yang melihatnya dan akan merasa iba melihat tatapan Denis yang menatap ke depan dengan kosong seperti robot.
Hampir setiap malam ia akan kesusahan tidur karena setiap kali menutup mata, ingatan-ingatan di masa lalunya akan bermunculan seperti rekaman video yang diputar berulang kali yang membuatnya tidak bisa tidur.
Sepertinya besok aku harus ke rumah sakit, batin Denis.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue.............
sekali dikeluarkan dr maxssimo family, maka selamanya bgtu