NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:46k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 008 : Kehadirannya Yang Berlandaskan Sebuah Konflik, Katanya?

Bagian 1

“P-prototipe? Apa maksudmu, aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan.”

“Singkatnya, aku ini sebuah prototipe AI Natech. Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, kata ‘Natech’ di sini merupakan sebuah kepanjangan dari nanotechnology dan tiga angka di akhir merupakan sebuah kode yang diberikan penciptaku kepada kami.”

“Nanoteknologi? Tunggu, barusan kamu mengatakan ‘kami’?”

“Iya. Prototipe AI Natech bukan hanya aku saja, kamu ingat ‘kode’ tiga angka di akhir? ‘AI Natech 002’, sebuah kecerdasan buatan yang diterapkan dalam nanoteknologi dengan arti tiga angka itu sendiri merupakan urutan generasi daripada kami.”

“…”

Perasaan takutnya mulai mereda setelah pedang itu yang mengklaim dirinya sebagai sebuah ‘prototipe AI Natech’ mulai menjelaskan sedikit demi sedikit mengenai dirinya kepada Yamasaki Zen.

“Mengenai kehadiranku di planet Bumi, sebenarnya… aku melarikan diri dari planet tempat tinggalku untuk menghindari sebuah konflik yang sedang berlangsung di sana.”

“Konflik apa yang kamu maksud?”

Yamasaki bertanya kepada pedang itu, ‘AI Natech 002’, dia sambil mendekat ke arah Yamasaki dalam keadaannya yang masih melayang, pedang itu pun berkata:

“Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memberitahu kepada umat manusia di planet Bumi, kalau tidak lama lagi, planet Bumi akan menjadi objek eksperimen—dengan kata lain, planet Bumi akan segera dihancurkan.”

“Dihancurkan? Akan tetapi, kenapa?”

Yamasaki mencoba untuk tetap tenang, sebisa mungkin mencoba memahami kata demi kata yang dikeluarkan oleh lawan bicaranya.

“Penciptaku ingin menghancurkan planet Bumi dan berniat ingin membangun kembali sebuah peradaban yang baru di planet tempat tinggalku, dengan umat manusia dan kecerdasan buatan saling hidup berdampingan di peradaban yang baru itu. Aku pun menentang rencana itu, lalu kemudian… konflik itupun terjadi.”

Perkataannya terhenti, sudut pandang pun berubah ketika saat dimana konflik itu akan terjadi.

Bagian 2

“Dengan ini impian kita akan menjadi kenyataan.”

“Ya, Anda benar! Saat ini, kita hanya perlu mengumpulkan ke semua inti pedang prototipe AI Natech untuk menyempurnakan stasiun ini.”

Sekelilingnya tampak seperti berada di dalam sebuah tempat rahasia milik negara, berbentuk bulat seperti bola, luasnya yang tidak bisa di anggap remeh dengan diameternya kurang lebih satu kilometer.

Mereka persis berada di tengah-tengah. Berdiri di atas area yang berbentuk lingkaran… tampak juga empat jembatan dibuat terhubung dan memusatkannya adalah sebuah area tempat di mana mereka berdiri.

Komandan berkata, lalu Okumura pun membalasnya.

Di hadapan mereka terdapat beberapa buah tabung berukuran besar, terkesan futuristik, cukup untuk manusia dimasukkan ke dalamnya. Apa mungkin tujuannya memang untuk itu? Yah, untuk saat ini, keberadaan dan fungsi tabung itu masih menjadi sebuah misteri.

Tabung-tabung tersebut dibuat mengelilingi sebuah tiang berukuran besar dibelakangnya yang menjulang tinggi hingga menyentuh langit-langit di tempat itu.

“Kamu benar, Okumura-kun, para manusia bajingan itu... akan segera mendapatkan balasan yang setimpal.”

Komandan berkata, sambil mengepalkan tangan kanannya dia memperlihatkan kekesalannya pada sesuatu hal.

“Hem… sebuah keputusan yang tepat membuat manusia merasakan penderitaan yang sama seperti kita. Hanya saja, tindakan kita yang terlalu berlebihan dengannya.”

“Tidak, aku rasa tindakan seperti inilah yang pantas didapatkan oleh mereka.”

.

Planet Mars, saat insiden tornado Mars masih berlangsung.

“Semuanya, persiapkan diri kalian, kita mendapatkan tawaran pertolongan dari NASA, Amerika, untuk segera mengungsi sementara waktu di markas utama mereka, ini perintah!”

Komandan berseru, lantas dia memerintahkan segera.

“Akan tetapi, komandan, bagaimana dengan roket dan markas?”

Miura pun bertanya.

“Roket akan kita tinggalkan, cepatlah bersiap! Kita akan segera pergi dari tempat ini.”

Saat awak astronaut lainnya mempersiapkan dirinya masing-masing. Miura Mika yang sedari tadi masih duduk di kursi tugasnya, tiba-tiba saja dirinya berseru memberikan sebuah laporannya:

“Komandan, ada komunikasi dari luar mencoba untuk terhubung. Hubungkan sambungan?”

“Apa itu dari markas utama?”

“Bukan, panggilan bukan berasal dari markas utama.”

“Apa kamu bilang?”

Setelah perbincangan mereka berdua\, tiba-tiba saja muncul suara\, *zezzt* berasal dari saluran komunikasi\, tetapi anehnya\, saluran komunikasi yang masuk tersebut tanpa persetujuan dari Miura Mika—entah bagaimana itu berhasil terhubung oleh roket.

(—Halo, komandan dan seluruh awak roket, bagaimana kabarnya saat ini...? Saya harap Anda baik-baik saja di luar sana.)

“—‘Halo’?”

Miura berkata, merespons penuh pertanyaan.

“—‘Bagaimana kabarnya’?”

Ishikawa tidak luput heran, mendengar perkataan lawan bicaranya lewat komunikasi, yang tidak lain dan tidak bukan, ialah suara Kitatsuma Kamoto sendiri.

“Kitatsuma? Kenapa kamu berkata seperti itu? Dan juga, bagaimana dengan—”

(—Komandan, bisa kamu diam sebentar?)

“““!!!”””

“tidak terduga”, itulah yang kini dialami oleh mereka ketika mendengar balasan Kitatsuma dalam saluran komunikasi. Bukan tanpa sebab, perkataannya barusan terkesan cukup arogan untuk seseorang yang berperan penting dalam project kolonialisasi Mars di balik layar.

“Oi, sialan! Kenapa sikapmu sombong sekali sebagai seorang direktur?”

“Ojima-kun.”

“—Maaf, ya! Aku sama sekali tidak iri dengan jabatanmu saat ini, tetapi, sebagai seorang direktur, seharusnya Anda paham dengan kondisi yang sedang kami alami!”

Ojima berusaha merespons sikap dan perkataan Kitatsuma, walaupun sempat diselingi oleh perkataan Miura agar membuatnya tetap tenang dalam menanggapinya. Namun hal itu tetap Ojima lakukan—meresponsnya penuh emosi, dirinya menentang sikap arogan dari Kitatsuma Kamoto.

(Aku paham kok, apa yang kalian rasakan...)

Sementara komunikasi masih berlanjut.

Saat ini badai tornado di luar sudah mengepung roket mereka. Suara gemericik pasir di planet itu juga turut mengisi latar suara disela perbincangan komunikasi mereka.

(...kini, saya hanya bisa berharap, kalau keajaiban Tuhan itu ada atau tidak dalam kehidupan ini.)

“Roket telah tertutup badai sepenuhnya!”

“Sudah cukup! Kitatsuma, aku tidak tahu apa motifmu yang sebenarnya dalam melakukan hal tersebut kepada kami semua. Kami benar-benar kecewa kepadamu!”

(Kamu... ingin mengetahui alasanku melakukan ini?)

“Tidak, terimakasih! Semuanya, ikatkan tali pengaman ini di seragam kalian!”

Pertanyaan itu dijawab dengan tegas. Komandan lalu berseru sambil mengulurkan sebuah tali pengaman dan meminta seluruh awak roket untuk memasangkannya di seragam astronaut mereka masing-masing.

(—Motifku adalah, karena aku benci kepadamu!)

“““......”””

“Begitu, jadi karena alasan kamu 'benci' kepadaku, kamu sampai melibatkan orang lain dalam kebencianmu itu? Bukankah tindakan itu, termasuk memalukan dirimu sendiri?”

(...)

“Kalau begitu, langsung saja, aku meminta maaf kepadamu, walaupun aku tidak tahu kesalahan mana yang telah aku perbuat kepadamu.”

(...seperti biasa, kamu dan aku tidak ada bedanya, terutama… sifat angkuhmu, sama seperti diriku. Selamat tinggal, ko-man-dan...)

*Zezztt.*

Seluruh layar monitor seketika berganti.

Sesosok wajah milik Kitatsuma Kamoto tertampilkan di dalamnya.

(—Kalian akan terjebak di sana selamanya, sesuai dengan rencanaku. Seharusnya... kalian patut berterima kasih kepadaku, karena telah diberikan kehormatan yang tinggi untuk tinggal di tempat itu.)

“Sialan! Untuk apa kami harus berterima kasih kepadamu? Sedikit pun, rasa hormat pun tidak pantas kami berikan!”

*Zezztt.*

Ojima berkata, dengan tegas dirinya memberikan suatu pernyataan. Dan hampir di saat yang bersamaan, seluruh layar monitor berubah menjadi hitam.

[Menghitung mundur, mengoperasikan ledakan, menghancurkan roket dalam... 120. 119. 118...]

“““!!!”””

Suara sistem berbunyi lain, bahkan mereka semua tidak tahu dan tidak menyangkanya kalau perintah berbahaya itu terpasang di dalam roket. Prasangka mereka tertuju pada satu hal, dan itu tidak lain merupakan perbuatan Kitatsuma yang telah merencanakan semua itu.

“Semuanya, segera turun dari roket ini, kita akan menuju ke markas utama Amerika!”

“““Baik!”””

Komandan berseru, seruan itu pun dibalas serempak oleh seluruh awak astronaut kecuali Ojima Akihito. Kemudian, komandan pun bergegas turun dari roket dan mengawali rencana mereka untuk menyelamatkan diri dengan segera.

“Cih, kenapa bisa seperti ini... Kitatsuma!! Aku bersumpah! Kalau aku bertemu denganmu, akan aku hajar wajahmu di saat itu juga!"

(Hahahaha.... dengan senang hati, aku akan menunggu!)

Ojima Akihito melontarkan sumpah serapan. Langsung saja dibalas dengan tawanya yang terdengar geli dari Kitatsuma Kamoto yang juga terdengar memekik di dalam suasana para kru astronaut yang tegang. Dalam tawanya yang perlahan-lahan mulai tenang, Kitatsuma melanjutkan berkata dengan nada yang cukup tenang dan terkesan tanpa ada sedikit pun rasa bersalah di dalam dirinya.

“Sialan—!!”

Dengan sigap, Ishikawa menahan pergerakan Ojima lebih lanjut.

“Ojima! Sudah waktunya kita pergi meninggalkan tempat ini! Bukan kamu saja yang merasa kesal, semuanya... juga merasakan hal yang sama.”

Ishikawa berusaha menasihati Ojima, setelah pikiran Ojima perlahan mulai terbuka, kini dia mulai melakukan penyesuaian dengan yang lain. Ojima Akihito pun segera turun dari roket, melalui tangga yang berada di bawahnya, lalu kemudian disusul oleh Ishikawa yang turun terakhir.

.

Singkat kilas balik akhirnya selesai sampai di sana.

“Kejadian itu... benar-benar membuatku kesal dan ingin segera memusnahkan semua umat manusia di planet bumi. Aku... sudah tidak percaya lagi, kepada apa yang dinamakan manusia itu.”

Komandan berkata, dia mengeluarkan pernyataan akan kepercayaannya terhadap manusia yang mulai menghilang.

Bersambung...

Next. Chapter 009 : Ambisi Manusia dan Pertentangan.

By, Wafi Shizukesa.

Like dan jadikan favorit novel Author di rak buku kamu ya... salam hangat. 🤗✌️

\==========================

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!