"Haiii, Ganteng. Lagi joging, ya?" sapa Agatha setelah berada di depan Elvano. Kepalanya mendongak karena perbedaan tinggi mereka. Senyuman lebar tersungging di bibir manisnya.
Elvano berdecak malas, "Menurut, lo? Udah tahu, masih aja nanya."
Selain dingin dan tidak pandai berekspresi, mulut Elvano juga sedikit tajam. Membuat siapa pun yang mendengar ucapannya merasa sakit hati.
"Galak banget," cibir Agatha.
***
Ketika secercah cahaya datang menghangatkan hati yang telah lama membeku. Akankah mereka dapat bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacang Kulit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 - Pindah
Elisa menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Elvano. Akhir-akhir ini pemuda itu sering sekali melamun. Selalu tidak fokus ketika diajak berbicara. Selalu diam ketika ditanya. Elisa benar-benar tidak mengerti ada apa dengan Elvano. Pemuda itu terlalu tertutup. Sangat sulit menebak apa yang ada di kepalanya itu.
Sama seperti saat ini. Mereka sedang berada di kelas. Suasana ramai karena jam kosong pun tidak membuat Elvano berhenti melamun. Pemuda itu menatap tajam pada bolpoin yang ada di genggamannya. Seolah-olah sedang melampiaskan perasaan lewat benda kecil tak bersalah itu.
"Van, Vano?" tidak ada jawaban meski Elisa memanggilnya beberapa kali. Karena kesal Elvano terus mengabaikannya, gadis itu mengguncang bahu Elvano dengan keras.
"Elvano!"
"Hm?" Elvano tersentak, seketika menatap Elisa dengan alis berkerut.
"Kenapa?" tanya Elvano.
"Kamu yang kenapa? Bengong aja dari tadi," tanya Elisa dengan lembut. Dia tahu Elvano menyembunyikan sesuatu.
"Enggak," jawab Elvano singkat. Wajahnya tetap datar seperti biasanya. Tatapannya tertuju pada papan tulis yang penuh dengan coretan teman-temannya.
"Aku perhatiin kamu tambah pendiem." Elvano memang pendiam, tetapi kali ini pemuda itu terlihat berbeda. Bahkan mungkin sangat jarang berbicara, terhitung sudah tiga hari Elvano seperti itu.
"Maksudnya?" Elvano mengerutkan keningnya, dia merasa tidak ada yang berbeda dari dirinya.
"Kamu berubah. Sering gak fokus, sering ngelamun sendiri." Elisa ingin sekali menjadi pendengar bagi Elvano. Gadis itu ingin Elvano sedikit terbuka padanya. Selama ini, pemuda itu selalu memendam perasaannya sendiri. Elisa hanya ingin menjadi sandaran bagi pemuda itu. Sama seperti ketika Elisa terluka, Elvano selalu ada untuknya.
"Perasaan kamu aja," ujar Elvano dingin.
"Enggak, itu kenyataannya. Kamu kenapa, sih?" Elisa lelah terus bertanya seperti ini. Namun, gadis itu tidak bisa melihat Elvano yang seperti ini. Seolah-olah tidak bersemangat untuk hidup.
"Gak ada apa-apa."
"Kalau ada apa-apa itu cerita. Jangan diem aja dong! Kan aku gak tau kamu kenapa tiba-tiba kaya gini!" Elisa menghela napas lelah.
"Gak ada apa-apa, Elis." Elvano mengusap kepala Elisa pelan, berusaha mengatakan pada gadis itu bahwa dia baik-baik saja.
"Yaudah, terserah. Aku capek ngomong sama kamu!" Elisa menyerah. Lagi-lagi dia gagal membuat Elvano terbuka.
"Gak usah ngomong."
"Tau, ah!"
Elvano diam, tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang akan semakin membuat pikirannya berkecamuk.
...***...
Elvano sedang berada di rooftop saat ini. Dia butuh angin segar untuk menjernihkan pikirannya yang kacau. Pemuda itu berdiri menatap keramaian di bawah sana. Beberapa anak laki-laki sedang bermain basket di lapangan.
Beberapa saat kemudian ada seseorang yang datang. Lucky menepuk pundak Elvano dan berdiri di sebelahnya.
"Ternyata di sini. Ngapain, lo?" Elvano menghilang sejak bel istirahat berbunyi. Tidak biasanya pemuda itu pergi tanpa memberitahunya atau Farhan.
"Gak ada."
"Lagi galau ya?" Lucky terkekeh geli.
"Seorang Elvano yang terkenal sebagai makhluk sedingin es ternyata bisa galau," ledek Lucky. Puas sekali melihat Elvano seperti ini.
"Sembarangan, lo!" ketus Elvano.
"Jujur aja kali. Gue tau lo lagi mikirin Agatha," ujar Lucky. Pemuda itu merangkul bahu Elvano dengan erat. Sahabatnya itu memang sangat bodoh.
"Sok tau, lo!" Elvano masih mengelak. Dia belum menemukan jawaban yang tepat tentang perasaannya. Apakah dia benar-benar menyukai Agatha atau tidak.
"Gue emang tau. Kelihatan juga dari tingkah lo yang berubah karena gak ada Agatha." Tentu saja Lucky menyadarinya. Hampir tiga tahun mereka berteman, tentu Lucky sangat mengenal Elvano.
"Berubah gimana, hah?" tanya Elvano ketus. Tadi Elisa, sekarang Lucky. Ada apa dengan orang-orang disekitarnya itu?
"Lo lebih banyak diem, walaupun biasanya emang pendiem."
"Gue gak merasa gue berubah."
Lucky berdecak kesal, "Susah ya ngomong sama lo."
"Gak usah ngomong," ketus Elvano. Jika memang mereka lelah berbicara padanya mengapa tidak diam saja?
"Sebenernya gue cuma mau ngasih tau, Agatha gak masuk karena emang udah pindah ke Bandung." Lucky menyembunyikan senyumnya ketika melihat Elvano yang langsung menoleh menatapnya.
"Pindah? Kenapa?" tanya Elvano tanpa sadar. Jantungnya berdetak lebih kencang. Hatinya mengatakan bahwa Agatha tidak mungkin pergi meninggalkannya.
"Nah, kan! Ketahuan lo," ledek Lucky. Matanya berkilat jahil, ingin sekali menertawakan Elvano yang ternyata sangat bodoh.
"Diem!" ujar Elvano dingin.
"Gue gak tau kenapa Agatha pindah. Gue denger dari Chacha. Sekarang lo seneng kan gak ada yang gangguin lo?" tanya Lucky, senyuman miring tersungging di bibirnya.
"Seneng, lah!" ketus Elvano. Matanya menatap tajam murid-murid yang masih bermain basket di bawah. Jantungnya bergemuruh, otaknya hanya memikirkan Agatha dan Agatha. Dia terus bertanya-tanya dalam hati, benarkah Agatha pergi?
Lalu sekarang bagaimana? Disaat dia mulai yakin dengan perasaannya, tapi ternyata Agatha sudah pergi. Apa dia sudah terlambat?
"Yaudah gue pergi. Laper, mau ke kantin." Lucky menepuk pundak Elvano dua kali sebelum pergi meninggalkan pemuda itu dengan senyuman lebar.
Setelah kepergian Lucky, Elvano menatap langit dengan pandangan gelap. Perkataan Lucky terus berputar-putar di kepalanya. Seharusnya ini menjadi kabar baik untuknya, kan?
"Aarrgghhhh, lama-lama gue bisa gila!" teriak Elvano sembari mengacak-acak rambutnya frustrasi.
...***...
Suka banget lihat El frustrasi (◕ᴗ◕✿)
Thor buat part 2nya dong, suka bnget soalnya Sma ni cs