Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
•
Jangan salah paham, Karina sangat menyayangi ibunya.
Karina sangat-sangat mencintai ibu, dan tentu juga ayahnya. Ia adalah anak yang sangat bersyukur dan menghargai orang tuanya, selalu mencari kesempatan untuk membalas kebaikan keduanya.
Ibunya, adalah seorang wanita yang baik hati dan penyayang, penuh dengan keanggunan dan memiliki hati yang besar. Dia telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang, dan Karina tidak akan pernah berharap mendapatkan orang tua yang lebih baik dari ibunya. Keluarga mereka yang terdiri dari tiga orang ini sangat sempurna dan juga hangat. Mereka memiliki segalanya. Menjadi putrinya adalah salah satu berkat terbesar dalam hidup Karina.
Hanya saja tidak saat ini.
"Karina, apa kamu sudah pakai sunscreen? Ingat ya, jangan duduk di samping jendela, biar Steve saja yang duduk disana. Aku dengar tekanan udara dari jendela tidak baik untukmu."
Ibunya terus mengoceh sedari tadi, menarik tangan Karina dan menyemprotkan sunscreen yang sangat banyak di sana. Bahkan ketika Karina mengenakan kardigan yang panjangnya melewati telapak tangannya ketika digulung ke bawah, ibunya dengan sigap menggulungnya kembali keatas melewati sikunya demi menyemprotkan lebih banyak lagi sunscreen di sana.
Karina menggeleng kepalanya pelan. Mereka bahkan tidak akan terpapar sinar matahari, karena sekarang sudah jam 6 sore.
"Ibu, aku sudah memakai terlalu banyak sunscreen. Dan juga, ibu dengar dimana soal tekanan udara jendela pesawat itu berbahaya? Itu tidak benar, jendela pesawat terdiri dari tiga lapisan kaca pengaman. Tidak akan ada apa pun dari awan atau ketinggian yang dapat membahayakan kita hanya karena duduk di sisi jendela pesawat." Ujar Karina, dengan nada yang terdengar kesal tetapi tetap membiarkan ibunya melakukan apa pun pada kedua lengannya. Dua puluh empat tahun hidup dan Karina merasa ia tidak akan pernah terlalu tua untuk diperlakukan secara manja oleh ibunya.
Di sebelahnya, Steve mengeluarkan tawa kecil yang jelas-jelas berusaha diredamnya. Dan tentu saja Karina mendengarnya dan langsung merasa kesal. Ia menatap Steve dengan tajam seolah-olah berkata, 'apa yang lucu?'.
Steve hanya menunjukkan ekspresi wajah mengejek sebelum berbicara. "Aku tidak keberatan kalau harus duduk di kursi dekat jendela."
Ibu Karina langsung mengalihkan tatapan pada Steve dengan senyuman yang lebih terang dari semua bintang di langit. Karina bahkan sedikit meringis melihat senyum itu.
"Ah, Steve. Kamu memang yang terbaik! Lihat, Karina, dengarkan suamimu. Dia sangat peduli padamu. Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa begitu beruntung menikah dengannya."
Ibu Karina mengulurkan tangan dan menepuk pundak Steve pelan. Kening Karina berkerut melihat gestur yang sama sekali tidak perlu itu. Memangnya Steve baru saja menyelamatkan negara atau apa?
Karina pun mulai berpikir, sejak ia menikah, mengapa kedua orang tuanya hampir selalu terlihat lebih berpihak pada Steve dibandingkan dirinya? Apa yang dimiliki Steve sebagai seorang anak laki-laki yang tidak dimiliki olehnya sebagai anak perempuan? Apakah ia sudah tergantikan?
"Jika kamu ingin duduk di dekat jendela, kamu bisa mengambil kursi ku, Karina." Sekarang giliran ibu Steve yang berbicara, sambil melemparkan senyum hangat padanya.
Karina langsung membalas dengan senyuman lebar, sudah merasa jauh lebih baik setelah merasa sedih karena berada di urutan kedua dimata ibunya. Setidaknya ia adalah yang pertama di mata orang lain. Dan ia juga sadar bagimana orang tua Steve selalu terlihat lebih menyukainya. Apakah ini efek dari sebuah pernikahan?
Tidak seperti Steve, ibunya benar-benar bagaikan seorang malaikat, bahkan kehadirannya saja sudah sangat menenangkan. Ibu Steve adalah wanita yang tenang dan anggun, yang bersikap dan berbicara dengan lembut bak seorang bangsawan, padahal dia sama sekali tidak memiliki darah bangsawan. Dan Karina takjub melihat bagaimana Steve adalah gambaran dari ibunya dalam aspek visual. Mereka memiliki visual sempurna yang sangat mirip, bagaikan di copy and paste. "Aku tidak keberatan jika harus duduk di samping anakku selama penerbangan jika kamu memang sangat ingin duduk di dekat jendela."
"Tidak, ibu. Tidak apa-apa. Ayah bilang kalau perjalanan ini dimaksudkan agar ibu dan ibuku menjadi lebih dekat, jadi sebaiknya jangan duduk saling terpisah." Karina menjawab dengan nada yang sangat manis sehingga wajah ibunya sendiri tampak berubah sedikit cemburu karena Karina bahkan tidak pernah berbicara semanis itu pada ibunya sendiri.
Salah satu hal paling misterius setelah sebuah pernikahannya menurut Karina adalah bagaimana mertua cenderung lebih menyukai menantu daripada darah daging mereka sendiri. Mungkin orang tuanya dan Steve bisa mendiskusikan pergantian ahli waris. Karina sama sekali tidak keberatan.
Sebut saja dirinya anak tunggal yang manja, tapi Karina muak diperlakukan secara tidak adil dibandingakan orang lain di dalam rumahnya sendiri. Dan fakta bahwa orang lain tersebut adalah suaminya sendiri tidak cukup banyak menghiburnya.
"Penerbangan kita telah diumumkan," Steve memecah interaksi manis antara ibu dan anak ini dengan suaranya yang berat sambil berdiri, menunjuk ke arah monitor tepat di atas kepala mereka.
"Kita bisa masuk duluan karena memesan tiket kelas satu. Ayo, kita pergi." Ujar Steve sambil mengangkat dua tas jinjing milik ibu mereka dengan satu tangan.
Karina ikut berdiri, menyampirkan tas selempangnya di bahunya, dan mulai sibuk menjelaskan di mana letak tempat duduk mereka kepada ibu mereka, ketika tiba-tiba ia merasakan ada yang menarik bahunya.
"Sayang, sini biar aku saja yang bawa."
Nama panggilan sayang itu sangat mengejutkannya hingga membuat Karina merasa seperti kepalanya dibenturkan pada papan pengumuman yang ada di dekat mereka. Ketika ia akhirnya menoleh dan menatap mata Steve, pria itu melemparkan senyuman hangat yang belum pernah Karina lihat ditujukan padanya dalam hidupnya. Bahkan saat di altar pernikahan pun Steve tidak tersenyum seperti itu.
"Tasmu." Steve berkata sebelum menarik tali tas dari bahu Karina dan melemparkan ke bahunya sendiri. "Ayo kita pergi."
Seseorang membawakan tasnya jelas berada di urutan teratas dalam daftar sikap romantis favoritnya. Jika dirinya tidak terlalu sibuk dan sedikit terpana dengan akting Steve yang tiba-tiba, ini jelas akan terlihat sangat romantis. Karina bahkan melihat kedua ibu mereka saling bertukar pandang dengan senyum simpul di wajah mereka.
Ketika mereka melewati gerbang dan para ibu sedang sibuk bercakap-cakap, Steve menyamakan langkahnya dengan Karina. Dia mendekat dan berbisik ke telinga Karina. "Mulai sekarang, jangan lengah. Tadi sopirku bilang bahwa mereka tidak pernah berhenti membicarakan kita sepanjang perjalanan ke bandara."
Karina menoleh untuk menatap mata Steve dan mengangguk pelan. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga pramugari mengarahkan mereka ke tempat duduk mereka. "Penerbangan ini akan transit berapa kali?"
"Dua transit. Satu di Tokyo, dan satu lagi transit domestik dari Paris ke Corsica. Ayahku sempat menawarkan agar penerbangan kita diganti menggunakan jet pribadi, tetapi ibu kita menginginkan 'pengalaman wisata yang sesungguhnya'." Steve menghela nafas, sambil menjatuhkan diri di kursinya. Steve mengambil kursi dekat jendela, dan Karina merasa tidak ingin melakukan perlawanan. Jadi ia membiarkannya saja. Ia akan memperebutkan kursi jendela itu pada penerbangan berikutnya.
Hal yang menyenangkan dari terbang dengan tiket kelas satu adalah kamu akan mendapatkan bilik tersendiri. Dan karena ibu mereka duduk di depan mereka, Steve dan Karina tidak perlu berpura-pura saling berdekatan satu sama lain untuk sementara waktu. Pertunjukan yang sesungguhnya baru akan dimulai ketika mereka turun untuk transit dan saat mereka tiba di Corsica nanti. Dan menurut monitor pelacak penerbangan yang ada di layar di hadapannya, ia masih memiliki waktu sekitar sembilan jam lagi sampai saat itu tiba.
Ketika ia menoleh untuk mencuri pandang ke arah Steve, pria itu tampak sudah mengeluarkan setumpuk kertas yang Karina kenali sebagai berkas proyek, membolak-baliknya dengan tatapan serius. Benar-benar seorang CEO yang hebat.
Karina yang merupakan calon CEO hanya mendengus pelan dan memakai masker tidur di matanya. Masker tidurnya bergambar Kuromi, karena Karina berprinsip bahwa dirinya harus tetap terlihat imut saat tidur, terutama di ruang publik.
Selama ia tahu Steve menjadi orang yang paling rajin diantara mereka berdua, ia akan mengambil kesempatan itu untuk sedikit lebih rileks. Ini adalah salah satu dinamika terbaik di antara mereka. Karina, seorang anak tunggal yang terbiasa menjadi orang yang berprestasi dalam keluarganya, bertemu dengan Steve yang bahkan lebih berprestasi daripada dirinya. Karena itu ia memutuskan bahwa ada baiknya untuk bermalas-malasan sesekali.
Ia baru akan bertanya tentang detailnya nanti saat mereka turun dari pesawat. Karina yakin Steve bahkan tidak akan mengeluh, karena pria itu pasti akan langsung menjelaskannya seolah dia memang sudah menunggu Karina untuk bertanya.
Ini adalah salah satu sifat Steve yang Karina sukai. Steve adalah tipe orang yang akan mengizinkanmu meminjam catatannya saat kamu tertidur di kelas, dan tipe yang akan menjelaskan bagian film yang terlewatkan saat kamu pergi ke kamar mandi. Ini adalah karakteristik yang menurut Karina sangat menguntungkan, jadi dia akan terus memanfaatkannya untuk saat ini.
Dan ketika dunia berhenti berputar dan berubah menjadi gelap gulita, Karina keluar dari kenyataan dan masuk ke dalam alam mimpinya.
•
•
aku mampir nih thor... semangat ya!
😭