Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkap Sandiwara Clarissa Part. 2
Erina menggeliat, mengucek-kucek matanya yang masih sedikit berat. Tangan Arga masih melingkar di pinggangnya.
Aku lupa hari ini akhir pekan, rasanya aku ingin seperti ini untuk beberapa saat.
Arga merasakan istrinya sudah bangun, dia semakin mempererat pelukannya dan menempelkan wajahnya di punggung Erina. Erina membalikkan tubuh, kini mereka saling berpelukan. Arga masih malas untuk membuka matanya.
"Honey, apa hari ini kamu ada acara? " Erina membelai rambut Arga. Arga hanya menganggukkan kepala. Arga yang posisinya lebih rendah kini membenamkan wajahnya di dada Erina yang memang tampak polos dibalik baju tidurnya, Arga mengusap-usapkan pipinya dan sesekali menciumi dada Erina yang sedikit terbuka. Ya, semua baju tidur Erina yang dibelikan nya hampir dengan model dada terbuka. Arga sangat menyukainya karna setiap bulan selalu ada baju tidur model terbaru di lemari Erina. Sepertinya tuan Arga sudah punya toko langganan baju tidurnya. Begitu pikir Erina.
"Kapan kita bisa memulainya lagi sayang? " Arga masih tetap fokus di dada Erina, dan tangannya mulai mengelus2 lembut punggung Erina.
"Mulai apa? " Erina menundukkan kepalanya menatap wajah Arga lebih dekat.
Arga sedikit menaikkan badannya dan berbisik di telinga Erina. "Bercinta." lalu kembali ke posisi semula bersandar di dada Erina.
Erina merasa wajahnya panas menahan malu karna ucapan suaminya.
"Sabar dulu ya hun, aku juga belum tahu pastinya. " Erina mengangkat bahu
"Kamu kontrol kapan? Nanti aku temenin ya, aku ingin tanya langsung ke dokter Mili. " Tangan Arga menyibak baju tidur Erina, perut mulus Erina kini mulai di elus-elusnya dengan mata tertutup. Erina merasa kegelian, dan segera menahan tangan suaminya.
"Aku mau mandi dulu hun. " Erina mencoba bangun, tapi Arga semakin mempererat pelukannya tak ingin melepaskan tubuh Erina.
"Ini masih terlalu pagi honey. " Arga menarik dagu Erina mencium bibirnya dan mereka berdua hanyut dalam ciuman yang cukup lama.
***
Usai sarapan. Arga sudah terlihat rapi. "Honey, aku ada urusan sebentar. Aku tak akan lama, kamu dirumah saja, aku akan segera kembali. " ucap Arga, yang diartikan sebuah perintah bagi Erina. Harus patuh dan jangan membantah.
Erina hanya menganggukan kepala, tak mau banyak bertanya karna tahu bagaimana kesibukan suaminya ini.
Pak Sam terlihat sudah menunggu dengan setia. Arga memeluk erat tubuh Erina, seolah hendak berpisah lama.
"Udah, kasihan pak Sam sudah menunggu." Erina melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan di pipi Arga.
Arga tersenyum dan membalas dengan tiga kecupan di wajah istrinya.
Erina mengantar sampai depan pintu dan kembali ke kamar setelah kepergian suaminya.
Mobil Arga berjalan menyusuri jalanan kota yang masih terlihat sedikit lengang dari hari biasanya. Akhir pekan di pagi hari memang tak seramai di hari biasa. Aktifitas perkantoran libur membuat jalanan tak terlalu banyak mobil yang lalu lalang, hanya beberapa mobil saja yang terlihat. Banyak warga kota yang memilih akhir pekan di puncak untuk bermalam disana atau hanya sekedar melepas penat.
***
Mobil sudah berhenti di depan Rumah Sakit tempat Clarissa dirawat. Arga turun dan terdiam sesaat.
Aku akan mengikuti alur sandiwara yang diciptakan Clarissa. Seorang yang berakting harus diimbangi dengan akting juga.
Gumam Arga
Senyum tipis mengembang di wajah Arga. Rencana untuk mengungkap sandiwara Clarissa harus dilaksanaknya dengan baik, selain untuk efek jera. Juga untuk mengultimatum Clarissa agar dia tak menganggu atau bahkan berani menyentuh Erina.
Sementara itu, Clarissa yang sudah mulai kesal karna orang suruhannya tak bisa dihubungi sampai saat ini.
"Rupanya mereka ingin mempermainkanku ya, kenapa susah sekali untuk di telfon. " Clarissa membanting kesal ponselnya di kasur tempat dia berbaring.
"Bagaimana nasib Erina si perebut Arga ku itu? Aku kan hanya menyuruh untuk menculiknya saja, kalau mereka berbuat diluar itu. Itu bukan urusanku lagi. " Clarissa tersenyum licik.
Suara ketukan pintu. "Masuk!" kata Clarissa.
Clarissa kaget melihat dua orang dari balik pintu Arga dan sekertaris Sam.
Clarissa mulai berakting. Dia meringis seolah merasakan sakit di bagian tubuhnya. Arga berjalan mendekat tempat tidur Clarissa.
"Bagaimana keadaanmu? " Suara Arga tampak lembut dibanding pertemuan terakhir mereka.
Sepertinya dia sudah sedikit luluh.
Clarissa tersenyum dalam hati
"Masih agak pusing, aku masih merasakan sakit di bagian kaki kananku. Kurasa aku akan butuh bantuan kursi roda untuk beberapa minggu kedepan. " Clarissa tampak murung
Cih,
Pintar sekali akting mu Cla. Tak kusangka ternyata ambisimu mengalahkan segala nya.
"Aku sekarang benar-benar kebingungan Cla, Erina hilang entah kemana." Arga memulai aktingnya, menjebak Clarissa agar mau mengakui sendiri kesalahan fatal yang dia lakukan.
Ternyata mereka bekerja dengan baik, bahkan sekarang Arga mengira bahwa Erina pergi dengan sendiri.
Clarissa merasa selangkah lebih maju.
"Aku sudah menduga dari awal, bahwa Erina tak sungguh-sungguh denganmu. Buktinya sekarang dia meninggalkanmu. Aku harap kamu bisa membuka mata dan hatimu, bahwa dia memang bukan yang terbaik untukmu. " Clarissa sungguh benar-benar pintar menjadi peran antagonis. Begitulah pikir Arga.
"Aku sudah terlanjur mencintainya, bahkan aku tak bisa hidup tanpa Erina." Arga duduk di sofa dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Arga kumohon bukalah matamu, Erina tak pantas mendapatkan cintamu. Aku lah yang akan selalu ada untukmu. Ku mohon maafkanlah aku dan cintai aku lagi. " Clarissa memohon kepada Arga.
Arga merasa ingin segera mengakhiri sandiwara ini. Dia benar-benar tak tahan dengan bualan Clarissa.
"Oh ya Cla, aku lupa bertanya. Bagaimana kamu bisa mengalami kecelakaan ini?"
Arga mengalihkan pembicaraan, benar-benar sudah tak peduli dengan perasaan Clarissa.
Clarissa merasa celingukan, antara bingung dan takut. "Aku tak terlalu ingat Ga. Semua itu terjadi begitu cepat. " Memegang kepala dan merasakan sakit yang dibuat-buat.
"Apa kau mengalami benturan di kepalamu? Kau bahkan masih mengingat aku dan Erina. Bagaimana mungkin kau bisa melupakan peristiwa kecelakaan itu. Bukankah peristiwa yang mengerikan akan mudah kita ingat di memori kita. Kau bahkan tidak mengalami luka serius, seharusnya kau sadar ketika peristiwa itu berlangsung. " Pertanyaan demi pertanyaan Arga, sangat menyudutkan Clarissa.
"Aku sendiri tak tahu, kamu bahkan seperti seorang polisi yang banyak sekali bertanya! " Clarissa benar-benar merasa tersudut kan.
"Sudahlah Cla, aku sudah tidak tahan lagi sekarang. Sudahi sandiwaramu. " Bentak Arga yang sudah cukup bersabar.
"Apa maksudmu? " Suara Clarissa terdengar berat.
Jangan-jangan mereka gagal menculik Erina dan membongkar semuanya. Awas saja kalau ini benar terjadi, aku sudah keluar uang banyak untuk mereka.
Clarissa mengutuk dalam hati.
Arga mendekati Clarissa, menatap tajam. Seolah tak pernah ada rasa di hatinya untuk Clarissa.
Clarissa menggigit bibirnya, pikirannya yang masih melayang tentang sebuah rencana jahat untuk menculik Erina. Tergambar jelas di kepalanya. Sebuah tindakan yang sekarang akan disesalinya seumur hidup. Kini tengah menghantuinya, membuat hatinya bergetar bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Arga padanya.
Arga menarik nafas panjang. "Cla, tindakanmu sungguh di luar batas. Aku tak menyangka kamu bisa mempunyai rencana selicik itu. " Suara Arga lebih lembut, berharap dengan melunak nya dia. Clarissa akan mengakui kesalahannya.
Clarissa terdiam, apa yang dipikirkannya benar. Arga sudah mengetahui semuanya.
"Iya, memang aku sudah merencanakan semuanya. Kamu bahkan sudah menutup mata dan hatimu." Clarissa berteriak matanya mulai basah oleh airmata
"Sadar Cla, hatimu sudah tertutup oleh nafsu dan ambisimu. Ini bukan seperti kamu, Clarissa yang aku kenal dulu. " Arga mencoba meraih sisi dalam hati Clarissa. Berharap kali ini Clarissa benar-benar tergugah hatinya.
"Bukan aku yang berubah, tapi kamu Ga. Kamu yang sudah berubah karna wanita itu, kamu bahkan tidak bisa membedakan aku yang tulus mencintaimu dan dia yang hanya menginginkan hartamu. Dia tak lebih bagai wanita penggoda. " Clarissa berteriak lebih kencang.
"Cukup." Tangan Arga hampir melayang di pipi Clarissa, Arga terdiam dan nafasnya terengah-engah menahan amarahnya. Clarissa memejamkan mata seakan siap akan merasakan tangan panas menampar pipinya.
Arga menurunkan tangannya berbalik badan dan berjalan menuju pak Sam.
"Pak Sam, aku tak ingin menyakitinya. Jadi uruslah dia. Dan ingatkan dia untuk menjauh dari hidupku." Arga berlalu meninggalkan kamar Clarissa.
Clarissa masih terdiam, masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Pak Sam berjalan ke arah Clarissa.
"Nona, anda sungguh tidak mengenal Tuan Arga. Dia tidak akan membiarkan orang yang sangat dicintainya terluka. Jadi menjauhlah sebisa mungkin, kali ini anda masih beruntung nona. Jadi mohon di ingat, jangan pernah ada pikiran untuk menyakiti nona Erina. " Pak Sam pergi berlalu dan meninggalkan Clarissa sendiri.
Clarissa bergetar mendengar ucapan sekaligus ancaman untuknya.
"Kau sudah menghancurkan hidupku Erina, kau merebut Arga dariku." Clarissa berteriak dan menangis sejadi-jadinya.
Bersambung
Jangan lupa untuk coment, like + vote ya😉
Happy reading🥰