Saqueena Khanza Humaira, dokter obgyn berusia 27 tahun ... berparas cantik dan memiliki kepribadian unik, terpaksa menikah dengan seorang driver ojek online karena nazar atau janji yang terlanjur diucapkan oleh ayahnya.
Pernikahan tanpa didasari oleh rasa cinta, akankah memberi kebahagiaan? Ikuti kisahnya .... 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Rangga
Happy reading 😘😘😘
"Baiklah sayang. Setelah sarapan, aku akan memberi sesuatu untukmu, Za."
Raut wajah Khanza seketika berubah kala mendengar ucapan suaminya. Ia pun melisankan tanya disertai binar di manik matanya.
"Apa Ngga?"
"Ada dech. Segeralah mandi dan jangan berendam terlalu lama!" titahnya.
....
Seusai sarapan pagi, Rangga membawa istrinya ke kebun bunga amarilis. Keduanya duduk di bangku panjang yang menghadap ke sungai. Rangga melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. Sedangkan Khanza, ia menyandarkan kepalanya di bahu Rangga, suami yang kini dicintai.
"Ngga, sebenarnya ... apa yang ingin kamu berikan untukku?" Khanza mengangkat kepala lantas menatap wajah rupawan suaminya.
Rangga membalas tatapan Khanza disertai seutas senyum yang membingkai wajah tampannya. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kemejanya.
"Aku ingin memberikan ini, Za --" ucapnya sambil menyerahkan kotak perhiasan berwarna merah pada Khanza.
Tanpa ragu, Khanza menerimanya. Ia pun melisankan tanya diikuti pangkal alis yang saling bertaut. "Apa ini, Ngga?"
"Bukalah Za!" titahnya tanpa memudarkan senyuman di wajah.
Perlahan, Khanza membuka kotak perhiasan yang diberikan oleh sang kekasih hati. Netranya berotasi sempurna ketika melihat isi kotak perhiasan tersebut. Liontin berupa emas putih dengan gantungan berbentuk hati yang terhias berlian warna biru.
"Liontin?" pekiknya disertai binar di kedua manik mata.
"Iya. Liontin ini untukmu, Za. Aku membelinya ketika kita masih duduk di bangku SMA --"
"Sudah lama sekali Ngga --"
"Iya Za. Sudah lama sekali. Sebenarnya, aku ingin memberi liontin ini di hari ulang tahunmu. Tepatnya, saat usiamu menginjak 17 tahun. Namun karena kamu selalu jutek dan uring-uringan setiap melihatku, aku mengurungkannya --" Rangga menjeda sejenak ucapannya.
"Alhamdulillah, gadis yang dulu jutek dan galaknya minta ampun, kini telah menjadi istriku. Aku teramat bersyukur Za, apa yang aku pinta pada-Nya selama ini telah diijabah. Penantian dan perjuanganku untuk mendapatkan cintamu tidak sia-sia berkat kasih sayang dan ridho dari-Nya," tutur Rangga. Ia usap pipi kekasih halalnya dengan lembut disertai binar mata penuh cinta.
Khanza terenyuh mendengar ucapan suaminya. Di dalam hati ia berjanji, tidak akan lagi menyia-nyiakan cinta Rangga yang teramat tulus.
"Kamu tau Za, kenapa aku memilih berlian berwarna biru?"
Khanza menggelengkan kepala disertai seutas senyum yang membingkai wajah cantiknya.
"Aku memilih warna biru, karena warna ini melambangkan kepercayaan dan kesetiaan. Aku berharap, kita bisa saling percaya dan saling setia, Za. Bukan hanya untuk saat ini. Namun untuk selamanya. Percayalah, hanya kamu wanita yang aku cinta dan tidak ada yang lain."
Rangga mengecup lama kening Khanza lalu mengalungkan liontin di leher kekasih hatinya.
Netra Khanza berkaca-kaca. Ia merasa sangat dicintai oleh suaminya, Rangga Adithya Fairuz.
"Trimakasih, Ngga," ucapnya dengan bibir gemetar.
"Iya, sayang. Jangan pernah melepas liontin ini, Za!"
"Iya Ngga. Aku nggak akan pernah melepasnya."
Khanza kembali merebahkan kepala di bahu suaminya. Ia mengalihkan pandangan netranya ke hamparan bunga amarilis yang tengah menari-nari diterpa hembusan angin.
"Ngga, sebenarnya ... kamu seorang driver ojek atau hanya berpura-pura menjadi driver ojek untuk mengelabuhiku?"
Rangga terkekeh kala mendengar pertanyaan yang dilisankan oleh Khanza. Bukannya menjawab, Rangga malah balik bertanya pada istri comelnya. "Jika aku benar-benar seorang driver ojek, bagaimana Za? Jujur, aku nggak berniat untuk mengelabuhimu."
"Nggak masalah, Ngga. Kamu seorang driver ojek atau kuli bangunan sekalipun, aku nggak akan pernah malu. Tapi --"
"Tapi apa Za?"
"Tapi aku masih nggak percaya kalau kamu hanya seorang driver ojek, Ngga. Buktinya, kamu bisa membeli rumah."
Rangga tergelak lirih. "Jangan salah, Za. Meski seorang driver ojek, aku gemar menabung lho."
"Oh ya? Aku nggak percaya, Ngga."
"Aku beneran seorang driver ojek Za. Tepatnya sejak dua tahun yang lalu --"
"Dua tahun yang lalu?"
"Iya Za. Dua tahun yang lalu, bunda sangat terpukul karena ayah menceraikan beliau. Ayah lebih memilih istri keduanya dan sama sekali tidak memperdulikan perasaan bunda --"
Rangga menghela nafas dalam. Ia berusaha menghempas rasa sesak ketika teringat perlakuan ayahnya terhadap sang bunda.
Khanza mengerti apa yang tengah dirasakan oleh suaminya. Ia mengangkat kepala lalu menggenggam tangan Rangga dengan erat seraya mentransfer energi positif yang mampu memberi rasa tenang.
"Za, kamu sudah tau 'kan, ayahku memiliki dua istri. Ayah menikah dengan bunda karena terpaksa. Mereka menikah tanpa cinta. Setelah menikah, ayah hanya menyentuh bunda di malam pertama. Belum genap satu bulan kedua orang tuaku menikah, ayah dengan terang-terangan membawa kekasihnya pulang ke rumah. Meski hati bunda teramat sakit, beliau berusaha untuk tetap tegar. Bahkan, bunda mengijinkan ayah ... menikahi kekasihnya." Raut wajah Rangga terlihat sendu. Binar di matanya meredup. Keceriaannya menghilang ketika teringat nasib sang bunda.
"Dua tahun yang lalu, bukan hanya menceraikan bunda, tetapi ayah dan istri keduanya berusaha merebut perusahaan kakek. Meski telah berhasil merebut perusahaan kakek, istri kedua ayah mengirim orang untuk meneror dan menghancurkan hidup kami. Beruntung, bunda menceritakan semua yang kami alami pada bunda Kiran. Alhamdulillah, berkat ayah Bima dan bunda Kiran kami bisa terbebas dari teror dan tekanan istri kedua ayah. Dan ... setiap kami pergi ke kota, ayah Bima selalu mengirim orang kepercayaannya untuk mengawal kami --"
"Jadi, kepergianmu selama ini bukan hanya karena aku mengusirmu, Ngga?"
Rangga mengangguk samar dan menghembus nafas sedikit kasar. "Iya, Za. Aku pergi untuk menghindari orang-orang suruhan wanita iblis itu. Awalnya, aku memakai kumis dan jenggot palsu setiap pergi ke kota. Namun ayah Bima menyarankan, lebih baik aku benar-benar berkumis dan berjenggot lebat untuk sementara waktu. Agar tidak ada orang yang mengenaliku selain bunda, ayah Bima, dan bunda Kiran."
Khanza merasa empati setelah mendengar kisah perjalanan hidup Rangga dan sang bunda. Ia baru mengerti dibalik keceriaan seorang Rangga Adithya Fairuz, tersimpan kisah yang menorehkan kesedihan ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung .....
Mohon maaf, author baru bisa UP. Karena dari kemarin othornya seperti putri tidur. Rasanya mau merem terus dan nggak konsen ngetik 😅🙏
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like 👍
Klik ❤ untuk fav karya
Berikan gift atau vote bila berkenan mendukung karya receh author 😉
Trimakasih dan banyak cinta ❤😘