【Cantik×Ketos Dingin+Cinta Pandangan Pertama+Cinta Manis】⚠️ FOLLOW DULU BARU BACA ⚠️ Haii..selamat menyelami dunia fiksi, sebagian cerita diambil dari kisah nyata. mohon maaf jika ada kesalahan/kekurangan Dalam cerita ini, karena saya juga manusia biasa. Terimakasih sudah mau mampir ke cerita ini ••••••••• Liliana Marcella Kusuma, Itulah nama yang dulunya disematkan oleh neneknya. entah kenapa sejak dia kecil dia tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya, seakan kedua paruh baya itu membentangkan jarak kepada putrinya itu. Namun walaupun begitu, Liliana tetap semangat menjalani harinya karena dia punya pacar yang sangat cinta padanya. Ivander Jovanka Bagaskara, Pria dingin yang tak tersentuh, dan terlahir dari keluarga konglomerat. walaupun punya harta yang melimpah dan keluarga yang lengkap tak membuatnya bahagia. Tapi sejak berjumpa dengan perempuan yang bernama Liliana Marcella Kusuma, membuat dunianya serasa berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sriii Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(11). Pergi?
Happy reading
Di rumah sakit
Vander terbangun ketika merasakan sakit ditelinga nya, Dan saat mendongak ternyata mama nya yang sedang menjewer telinga Vander didepan Liliana sendiri.
"Ma... lepasin ma, sakit banget Lo ma." Vander meringis begitu merasakan cubitan nyonya Cecilia tak main-main
"Suruh siapa kamu tidur van, bukannya jagain mantu mama. Malah enak-enak tidur." Jelas nyonya Cecilia setelah tangannya terlepas dari telinga putranya.
"Ya maaf ma, tadi aku ngantuk banget. Jadi ya tidur deh!" Vander beralih menatap Liliana yang kebetulan juga sedang menatapnya. "Sayang kamu nggak apa-apa kan, kamu sudah makan belum, biar aku siapin sekarang?"
"Tadi aku udah makan kok, disuapin sama mama. Iya kan ma?"
"Iya sayang, yasudah kamu istirahat saja dulu." Nyonya Cecilia kembali Duduk disofa dalam ruangan itu
"Tapi aku pengen makan sate Van, kayaknya enak banget deh kalau dimakan sore-sore begini."
"Oke sayang, kamu tunggu disini ya, biar aku keluar sebentar buat membelinya." Sahut Vander dengan antusias sembari mengacak rambut kekasihnya.
"Oke, jangan lama-lama. Punya mama sama papa jangan lupa dibeliin juga yang."
Vander mengangguk, lalu mencium kening Liliana. Setelahnya dia berpamitan pada sang mama
Seperginya Vander keluar untuk membeli Sate. Pikiran Liliana sedang berkecamuk saat ini, sanggup kah dia mengatakan itu pada Vander Dan apa jadinya nanti jika Vander tak ada disisinya lagi. Dibalik dirinya yang berusaha baik-baik saja Tapi orang tidak akan tahu bagaimana dia melawan itu semua
Clekk
"Aku datang sayang." Vander masuk dengan senyuman manis diwajahnya
Liliana menyambut nya dengan senyuman manis juga, sedangkan nyonya Cecilia tak nampak diruangan itu, karena sedang berada didalam kamar mandi.
"Mama mana sayang? Kok kamu sendirian aja." Tanya Vander sambil meletakkan 1 bungkus kantong plastik di atas nakas, lalu yang satunya dibawanya ketempat Lili berada
"Mama lagi di kamar mandi yang." Jawab Liliana sembari melirik makanan yang dibawa pacarnya
"Boleh nggak Van, kalau kita makannya ditaman aja! Aku suntuk didalam terus, pengen menghirup udara segar." Tutur Liliana lagi dengan nada lembut
"Boleh dong sayang, sini biar aku bantuin." Vander dengan sigap membantu Liliana untuk pindah kekursi roda, kebetulan sekali kemarin sudah disiapkan kursi roda didalam ruangan itu. Jadi tak perlu bolak-balik
"Loh Vander, mau dibawa kemana Lili Nya?" Nyonya Cecilia tiba-tiba muncul dari dalam kamar mandi membuat kedua atensi orang itu beralih ke pada nyonya Cecilia
"Oh itu ma, Lili pengen makan ditaman, mau cari udara segar." Kata Lili sembari tersenyum
"Ooh itu toh, Vander kamu jaga mantu mama baik-baik ya."!!
"Iya ma, Kalau Begitu kami keluar dulu ya ma. Itu satenya aku taro diatas nakas, untuk bagian mama."
"Oke, makasih sayang."
Setelahnya Vander dan Liliana Keluar menyusuluri koridor menuju taman Rumah sakit. Keduanya tampak diam saja hingga diujung koridor seorang perempuan datang dengan langkah antusias menyapa Vander
"Halo Vander, ini kamu kan! Udah lama Lo kita nggak pernah jumpa." Sapanya dengan senyuman lebar
Vander mengerutkan dahinya mencoba mengingat wanita yang didepannya, Lili pun tampak diam saja memandangi wanita cantik itu. Ya Liliana memang begitu dia tidak akan menyapa orang lain yang tidak dia kenal jika memang bukan orang itu duluan yang menyapanya.
"Ooh kamu alisha kan, anaknya om Dean." Tebak Vander
Sedangkan wanita bernama alisha itu tentu saja senang, ketika mendengar Vander masih mengingatnya.
"Iya Van, aku kira kamu lupa Lo, sama aku." Katanya lagi sambil tersenyum
"Hampir lupa sih, soalnya kan udah lama banget kalian pindah keluar negeri."
"Hehehe iya sih, Oh iya kabar om sama Tante gimana?" Tanyanya lagi antusias
"Baik, oiya ini kenalin Lis, pacar aku Liliana." Kata Vander sembari mengelus punggung tangan kekasihnya dengan lembut
Sontak aja aliasha mengalihkan atensinya pada Liliana. "Eh iya, halo aku alisha." Katanya dengan terbata, dia masih syok ketika mengetahui jika Vander Yang dikenalnya sebagai pria dingin sudah punya kekasih.
"Hai kak, kenalin namaku Liliana." Jawab Liliana singkat, dia tak bisa langsung akrab dengan orang yang baru dikenalnya.
"Nama yang cantik, Aku doain semoga hubungan kalian langgeng ya." Kata alisha
"Aamiin." Jawab keduanya dengan serempak
Liliana memandang alisha dengan saksama, dari pancaran matanya saat memandang Vander sangat berbeda, dia tahu itu. Karena dia juga pernah diposisi itu
"Yaudah Lis, kami berdua duluan ya." Ucap Vander yang akan bersiap mendorong kursi roda kekasihnya.
Alisha mengangguk. " Iya Van, Titip salam sama Om dan Tante ya." Ucapnya
"Iya lis, nanti aku sampaikan."
"Kami Duluan ya kak." Liliana tersenyum tipis memandangi alisha
Alisha mengangguk saja, hingga kedua orang itu berlalu begitu saja. Alisha memandang punggung Vander dengan nanar. "Seandainya aku berada diposisi wanita itu, pasti rasanya bahagia banget. Ah, sudahlah lebih baik aku keruangan nenek."
••••••••
Sedangkan ditaman rumah sakit. Liliana duduk bersama Vander, namun satupun diantara mereka tak ada yang membuka pembicaraan. Dilihat dari raut wajah keduanya, seperti ada ketegangan yang melanda.
"Van, kamu tahu sendiri kan bagaimana keadaanku! Jadi aku mohon sama kamu tolong pertimbangkan keinginan ku ini." Ucap Liliana lagi sambil menunduk kebawah, dia merasa tak sanggup mengatakan itu. Tapi demi kebaikan semuanya, dia memberanikan diri.
"Lili sudah berapa kali aku bilang, untuk tidak mengatakan ini lagi. Aku muak Li mendengarnya." Ucap Vander dengan tegas, dia memandang kekasihnya yang setia menundukkan kepalanya.
"Tapi Van, tolong mengerti posisi aku. Aku nggak mau lagi membebani orang-orang yang aku sayang, sudah cukup sampai disini Vander." Ucap Lili tak kalah tegasnya, walau suaranya parau Karena menahan tangis
Angin disore hari itu seakan jadi saksi jika keduanya sedang berdebat panjang
Vander kemudian berjongkok di depan kekasihnya, dipegangnya tangan kurus itu sembari matanya tak lepas memandangi wajah Lili. "Tolong Jangan paksa aku Li, dengan sesuatu yang tidak aku suka. Kamu tahu sendiri kan bagaimana aku menghadapi dunia ini sebelum aku mengenalmu, nggak bisa Li rasanya berat buat aku."
"Jadi pliss, jangan paksa aku buat menjauhi kamu! Kalau memang kamu pengen sendiri dulu, nggak papa. Aku izinkan kamu buat menenangkan diri, Tapi untuk permintaan kamu yang satu itu, Maaf aku tidak bisa Li."
Liliana tergugu mendengar ucapan Vander. Dia merasa bimbang saat ini, disisi lain dia tak ingin membebani orang tersayang Nya, sedangkan disisi lain dia terjebak dalam ilusi Nya, ntah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali pesan-pesan dari orang yang tak dikenalnya untuk menyuruh Nya menjauhi Vander.
Ditambah lagi ketika mendengar vonis dokter yang bulan lalu, Yang pasti dari semua yang terjadi membuat pikirannya semakin berantakan.
"Tapi bagaimana menurutmu jika aku Pergi Van?" Tanya Liliana dengan lembut
Vander masih berjongkok didepannya, sambil menatapnya dengan pandangan teduh. Yang selalu berhasil membuat seorang Lili terpesona pada pria itu.
"Pergi jalan-jalan, maksudnya, atau kamu mau hiburan keluar negeri yang?" Tanya Vander tak kalah lembutnya
Jika itu keinginan Lili, dia pasti kabulkan. Menemani wanita itu sepanjang hidupnya
Liliana menggeleng. "Bukan, perginya ketempat yang jauh, yang mana kamu pun tak bisa menjemputku."
Vander menyatukan kedua alisnya. "Li, apa maksud kamu yang? Kamu mau ninggalin aku?"
••••••••••°°°°°°°°••••••••••
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE YA Terimakasih.
Maaf ya kak, jika dalam penulisan nya masih berantakan, karena Saya juga masih pemula.