Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Sumpah Darah
Syuting adegan drama terakhir. Sutradara mengarahkan adegan dan para pemeran drama diharapkan bersiap. Setelah sesi pembacaan naskah singkat dengan sutradara, Nabil dan Nabila mengambil posisi.
"Action!" teriak sutradara.
Adegan kali ini adalah adegan di mana Nabila dan Nabil berlari dan bersembunyi di dalam gudang. Kedua orang tua mereka mencari dan terjadi perang mulut dan adu kekuatan di antara orang tua mereka.
Nabil dan Nabila akan melakukan ritual sumpah darah. Mereka melepas cincin yang melingkar di jari manis mereka dan memasukkannya ke dalam kendi.
Tiba-tiba saja petir mengaum keras di langit. Listrik di dalam ruangan aula padam. Angin berhembus dengan kencang. Ribuan tetesan air menyerbu bumi dan memaksa awan untuk menangis. Suasana menjadi dingin membuat bulu kuduk merinding.
Sutradara berdiri memberi isyarat kepada seluruh penghuni aula untuk diam dengan telunjuk ditaruh di atas bibirnya. Keheningan melanda ruangan aula saat itu. Benar-benar hening.
Nabil dan Nabila tetap fokus pada akting mereka. Samar-samar terlihat bayangan-bayangan hitam di sekeliling mereka. Aroma dupa semakin pekat tercium. Nabil dan Nabila juga sempat mendengar suara-suara berisik seperti pasar di sekitar mereka.
Nabil dan Nabila mengamati sekitar. Nampak Pak Sutradara, para kru, teman-teman mereka yang diam karena fokus menyaksikan akting mereka. Nabil dan Nabila saling berpandangan. Suara berisik itu sudah dipastikan bukan berasal dari mereka.
Nabil memberikan isyarat lewat matanya kepada Nabila. Seolah tenang dan lanjutkan. Nabila membalas isyarat mata Nabil. Mereka berdua melanjutkan akting.
Nabil mengeluarkan cincin yang terendam air darah. Kemudian cincin itu di pasangkan ke jari manis Nabila. Nabila juga melakukan hal yang sama. Nabil mengecup kening Nabila.
Dan ketika mereka hendak melarikan diri dari kejaran orang tua mereka. Sebuah peluru mengenai lampu hias yang tergantung di dalam gudang. Lampu hias bergaya etnik itu jatuh menimpa tubuh Nabil dan Nabila.
Pecahan kaca berhamburan di mana-mana. Darah segar mengalir. Nabila dan Nabil saling berpegangan tangan dan akhirnya mereka menghembuskan napas terakhir.
"Cut! Sangat bagus. Jempol untuk kalian semua," Sutradara memecah keheningan.
Semua kru dan seluruh yang ada di ruang aula bertepuk tangan. Kru drama membantu mengangkat lampu hias dan mengeluarkan Nabil dan Nabila dari pecahan kaca.
"Apa kalian terluka?" tanya salah seorang kru.
Nabil memeriksa Nabila dan dirinya. Mereka aman tidak ada yang terluka. Dengan hati-hati Nabil dan Nabila melewati pecahan kaca.
Nabil dan Nabila tersenyum lega. Sutradara dan para kru sangat memuji akting mereka. Chemistry alami mereka berdua benar-benar membuat hidup karakter.
Sutradara juga sangat terbantu dengan cuaca yang tiba-tiba hujan dan petir. Suasana yang tegang alami. Semua berjalan sangat lancar.
"Tolong lampu dinyalakan kembali," kata Sutradara.
"Maaf Pak. Listrik sedari tadi padam," sahut salah satu kru.
"Oh gitu. Trus tadi efek bayangan hitam di sekitar MC juga pas, mantap sekali," Sutradara sangat puas hari ini.
Para kru saling berpandangan. Mereka tidak mengerti bayangan yang di maksud pak Sutradara. Mereka kemudian kembali bekerja.
Nabil dan Nabila sudah berganti pakaian. Nabil bertanya kepada Sutradara apa syuting sudah berakhir dan apakah cincin yang mereka pakai tadi dikembalikan.
"Kerja kalian bagus. Kalian boleh pulang beristirahat. Dan cincin itu buat kalian sebagai kenang-kenangan."
"Terima kasih, kami permisi," pamit Nabil.
Nabil berpapasan dengan bu Amel. Nabil dengan sedikit membungkukkan badannya tersenyum menyapa Bu Amel. Amel juga membalas menyapa Nabil.
"Akting kalian berdua bagus," puji Amel.
"Terima kasih. Maaf Bu Amel, saya dijemput. Itu Nabila sudah duluan masuk mobil," ujar Nabil.
"Iya silakan. Oh iya Nabil, percaya deh kalian tidak akan pernah terpisahkan," Amel melambaikan tangannya ke arah Nabil.
Nabil masuk ke dalam mobil. Nabil memikirkan perkataan Amel kepadanya bahwa kalian berdua tidak akan pernah terpisahkan. Siapa kalian? Apakah dia dan Nabila? Apakah Bu Amel bisa membaca pikiranku, batin Nabil.
Kevin yang mengurus bagian perlengkapan kena teguran dari Ammar. Kevin tidak menuruti perintahnya. Kevin menggunakan darah ayam asli. Kevin dengan jujur mengatakan yang menyiapkan alat ritual syuting adalah mamanya yaitu Bu Amel.
"Kev, gue mau jujur sama lu. Kenapa gue nyuruh pake sirup kental. Karena jika menggunakan darah ayam asli, Nabil dan Nabila benar-benar tidak bisa dipisahkan."
"Setahu gue, mereka sejak dulu gak bisa dipisahin," sahut Kevin.
"Kev, gue dapet bocoran dari Pak Sutradara. Ini drama diambil dari kisah nyata. Jika di dalam kendi itu darah ayam asli, Nabil dan Nabila terikat dalam perjanjian ghaib. Mereka dinobatkan sebagai suami istri dan makhluk tak kasat mata sebagai saksinya."
"Yang bener lu? Mereka kan bersaudara?" Kevin membulatkan matanya.
"Jika semua itu benar terjadi, gue gak tau apa yang akan terjadi pada mereka berdua."
"Kenapa lu gak bilang dari awal?" Kevin panik.
"Gue tanya, kok bisa Ibu lu yang nyiapin alat ritual? Sorry Kev, kok gue jadi curiga sama Ibu lu."
"Sebenarnya dia bukan Ibu kandung gue. Dia Ibu sambung gue. Katanya biar aktingnya lebih meyakinkan harus totalitas tinggi. Sorry Mar, gue nyesal banget," Kevin tertunduk.
"Pantesan tadi di lokasi syuting gue merasa merinding," Ammar juga terduduk di lantai.
"Ammar, gimana ini? Apa yang akan terjadi pada mereka? Apa kita beritahu Pak Sutradara?" Kevin masih merasa bersalah.
"Gue juga bingung. Ya sudah untuk sementara kita diam. Yuk kita pulang istirahat dulu di rumah masing-masing," Ammar bangkit dan meninggalkan ruangan aula disusul Kevin.
Kevin masuk ke dalam mobil dan diam. Amel mengemudikan mobilnya menuju rumah. Amel memperhatikan Kevin dari balik kaca spion.
"Kev, kok diam? Cape ya? Apa kita mampir dulu ke restoran?" Amel masih fokus ke jalan.
"Bu, apa Ibu benci Nabil dan Nabila?"
"Kenapa Ibu benci mereka?"
"Siapa tahu aja," jawab Kevin asal.
"Cerita sama Ibu, ada apa sih?" Amel melirik ke arah Kevin.
Kevin menceritakan pembicaraannya dengan Ammar di ruangan aula. Kevin takut jika yang di bilang Ammar kejadian. Nabil dan Nabila terikat perjanjian ghaib. Amel tidak kaget sama sekali. Amel tersenyum seolah mengiyakan yang dikatakan Ammar sebelumnya kepada Kevin.
"Kok reaksi Ibu biasa saja? Apa Ibu sudah tau semuanya?" Kevin penuh selidik.
"Kevin, kamu tau gak, Nabil sangat menyayangi Nabila."
"Bukan hanya Kevin, semua orang juga tau. Mereka tidak pernah berjauhan," jawab Kevin.
"Nabil menyayangi Nabila bukan seperti seorang Kakak pada Adiknya. Dia jatuh cinta pada Nabila. Dan mereka pasangan kembar yang sudah ditakdirkan bersama. Mereka berjodoh," kata Amel.
"Tapi mereka bersaudara Bu. Apa karena ini Ibu menyiapkan alat ritual? Agar Nabila dan Nabila tak terpisahkan?
"Iya," jawab Amel.
"Ibu jahat, keterlaluan!" Kevin menyilangkan kedua tangannya ke dada.
Amel tidak suka hati. Amel tidak terima perbuatannya kepada Nabila di bilang jahat. Untuk pertama kalinya Kevin berkata seperti itu terhadap dirinya. Amel marah, Amel memperdalam pedal gasnya. Amel mengebut di jalan raya.
Kevin berteriak histeris. Kevin meminta Amel untuk memperlambat mobilnya. Tapi Amel tidak perduli.
"Ibu Awaaaaaaaassss!" teriak kevin.
Amel tidak memperhatikan rambu-rambu jalan yang menunjukkan lampu merah. Di depannya ada seorang ibu hamil dan anak balita sedang menyebrang jalan. Amel mendadak menginjak rem.
CIIIIIIIIIIT!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...