Season 2 'Married With Ketos'
Menjalani hubungan jarak jauh itu susah dijalani bagi sebagian orang yang tidak kuat menahan rindu. Seperti kata Dylan, rindu itu berat dan..
Begitu juga yang sedang dijalani oleh pasangan muda Alsava dan Gerald. Ibarat kata baru diajak terbang tinggi kemudian harus terhempas pada sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa salah satu dari mereka harus mengejar cita-cita dan impian.
Lalu bagaimana pertemuan mereka setelah lama terpisah? masih samakah hati yang dulu dirasa?
Jawabannya ada di kisah cinta mereka yang baru ya gaes 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cireng Oh Cireng
Dengan kecepatan penuh Gerald melajukan mobilnya menuju ke apartemen. Beberapa menit yang lalu Abim memberitahu Gerald jika Alsa tidak enak badan.
Karena jarak apartemen Gerald ke kampus lebih dekat dari pada rumah. Maka Icha dan Kia mengantar Alsa ke apartemen Gerald.
Pikirannya kacau. Hanya tertuju kepada Alsa, tetapi disaat kacaunya pikiran Gerald saat ini. Abim kembali menelpon Gerald.
Dengan sedikit tergesa Gerald mengangkat sambungan telepon dari Abim.
*Apa Bim?
(..)
Hah? gue nggak tahu makanan itu
(..)
Oke gue cariin*
Tut
Gerald tampak menghela napas frustasi. Yang benar saja Abim menyuruhnya untuk mencari makanan dengan nama cireng. Dan itu atas permintaan Alsa. Gerald pernah mendengar nama makanan tersebut, tetapi dia tidak tahu bentuk dan juga rasanya seperti apa.
"Dimana gue harus nemuin makanan itu?" gumamnya dengan ekor mata melihat ke sekeliling jalan.
Sebelum akhirnya senyumnya terlihat dari sudut bibirnya. Ada Rasya yang pastinya akan membantunya untuk mencari makanan yang cukup aneh menurutnya.
Sementara di apartemen. Alsa sedang tersenyum senang mendengar jika Gerald akan membelikan cireng untuknya.
"Pengen cireng aja pakai acara pusing! aneh lo," cibir Icha membuat Alsa melotot.
"Ya ampun Cha, gue beneran pusing ini, dari pagi juga udah mual terus," jelasnya seraya merapihkan posisi duduknya.
"Lo kenapa nggak beli di kampus aja sih tuh cireng?" kali ini Kia ikut bertanya.
Sementara Abim sudah kembali ke kampus setelah mengantar mereka bertiga tadi.
"Nggak enak di kampus, enakan yang pinggir jalan," jawab Alsa yang langsung mendapat toyoran dari Kia.
"Kayak pernah beli dipinggir jalan aja," ledeknya membuat Alsa terkekeh.
"Btw kira-kira Kak Gerald dapat nggak ya?"
Pertanyaan Icha membuat Alsa seketika terdiam. Sebelum akhirnya Alsa menghela napas dengan seringai di bibirnya.
"Harus dapat, kalau nggak awas aja dia minta jatah," gumam Alsa membuat Icha dan Kia sama-sama terbengong.
"Alsa!" keduanya sama-sama memandang Alsa dengan tatapan aneh.
"Apa?" tanya Alsa tidak kalah heran.
"Jangan-jangan lo-"
Ucapan Icha terpotong karena Kia sudah lebih dulu menyiku lengannya.
"Apaan sih?" Alsa mulai penasaran.
Keduanya sama-sama menggeleng. "Nggak papa, lupain."
Alsa mencebikan bibirnya kesal. "Nggak jelas kalian."
Sementara Icha dan Kia hanya terkikik menanggapinya. Jika apa yang mereka pikirkan benar. Maka sebentar lagi Alsa akan menjadi.....
Menit demi menit mereka masih setia menemani Alsa di apartemen Gerald. Tetapi Gerald belum juga muncul. Alsa mulai gelisah, jangan-jangan Gerald tidak mau membelikannya.
Ekor matanya melirik ke arah arloji di tangannya. Kini sudah pukul 11 siang. Harusnya Kia dan Icha juga sudah kembali ke kampus.
"Kalian nggak balik kampus?"
Pertanyaan Alsa membuat keduanya menoleh.
"Lo ngusir kita?" tanya Icha yang dijawab Alsa dengan memutar bola matanya.
"Nggak ngusir, ngingetin! kalian kan masih ada mata kuliah."
"Ketinggalan sekali nggak papa lagi Al, tanggung juga udah jam segini malas ke kampus," jawab Kia membuat Alsa menggeleng.
"Terserah deh. Gue mau tidur, capek banget," ucap Alsa membuat Kia dan Icha saling pandang bingung.
Capek? yang benar saja. Sedari tadi Alsa melakukan hal yang sama seperti mereka, hanya duduk sambil *se*croll ponsel.
"Pasti bener dugaan gue Ki." Icha semakin yakin dengan apa yang dipikirkannya.
Begitu juga dengan Kia yang tidak menampik hal tersebut. Alsa sudah mempunyai suami, dan kini usianya juga sudah cukup dibanding dengan dulu.
Sebuah belaian lembut menyapu di sekitar permukaan kulit wajahnya. Alsa merasa sedikit terusik. Matanya perlahan mulai terbuka. Dan di depannya sudah berdiri sosok laki-laki tampan yang sedari tadi dia tunggu.
Seulas senyum terukir dari wajah cantik Alsa. Begitu juga dengan Gerald yang berada di depannya.
"Sorry buat lo nunggu," ucap Gerald dan dijawab Alsa dengan gelengan kepala.
"Dapat?" satu kata yang sedari tadi ingin Alsa katakan.
Gerald mengangguk dengan senyum tipis. Lalu membantu Alsa untuk bangun dari tidurnya.
Sebuah kecupan singkat dan hangat dia berikan di puncuk kepala Alsa. Hari ini Gerald memang tidak ada jadwal kuliah. Tadi dia dari kantor langsung pulang karena Abim yang memberitahukan tentang keadaan Alsa.
"Perlu ke dokter?"
Pertanyaan Gerald langsung dijawab Alsa dengan gelengan kepala. Dia juga tidak begitu merasa pusing sebenarnya. Hanya saja mendadak rasa malas muncul dengan sendirinya. Alsa juga tidak paham kenapa bisa begitu.
"Mana?" pertanyaan Alsa membuat Gerald menaikan sebelah alisnya.
"Sudah pulang," jawab Gerald membuat Alsa mengernyit.
"Hah?" heran Alsa.
"Icha dan Kia kan? mereka pulang setelah gue datang," jelas Gerald dan sukses membuat Alsa menahan tawanya.
"Bukan mereka Rald, tapi pesenan gue." Alsa menjelaskan dengan tawa yang sudah meledak.
Terlihat gelengan kepala dari Gerald. Bukan kedua sahabatnya yang Alsa tanyakan. Tetapi makanan dengan nama yang menurut Gerald aneh itu yang Alsa tanyakan.
Tetapi, Gerald sama sekali belum sadar akan keanehan pada sikap Alsa.
"Cire maksud lo?" tanya Gerald dan dijawab Alsa dengan sentilan pada kening Gerald.
Asli Alsa tidak sopan banget untuk saat ini.
"Cireng Rald, bukan cire...pakai eng." Alsa menjelaskan seraya menekan kata-katanya.
"Beda dikit doang." Gerald sengaja menarik hidung mancung Alsa.
"Bentar," pamitnya untuk mengambil pesanan yang Alsa minta.
Tidak lama Gerald datang dengan beberapa bungkus berisi cireng di dalamnya. Tetapi yang membuat Alsa heran karena bungkusan itu terlihat sangat berbeda. Bukan dari plastik tetapi dari kantong yang Alsa yakini Gerald membelinya bukan di pinggir jalan, tetapi di restoran yang mungkin menyediakan makanan itu.
"Ini pesenan lo, nyarinya susah banget," ucap Gerald.
Padahal sebenarnya Rasyalah yang dapat restoran dengan menu cireng sebagai cemilan. Karena jika membeli di pinggir jalan Gerald tidaklah yakin. Apa lagi dirinya sedang melakukan program hamil untuk Alsa.
"Yakin beli di pinggir jalan?"
Pertanyaan Alsa sukses membuat Gerald terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya menghela napas.
"Susah Al nyari di pinggir jalan," alibi Gerald.
Alsa terdiam beberapa saat. Ada sedikit rasa kesal dengan Gerald. Tetapi melihat bungkusan tersebut membuat tangannya terangkat untuk membukanya.
Melihat cireng dengan berbagai aneka rasa di dalamnya membuat mata Alsa berbinar. Apa lagi Cireng dengan keju mozarela di dalamnya, seketika lidah Alsa berontak untuk segera merasakannya.
"Sorry Al, kalau lo masih pengen yang di pinggir jalan. gue bisa cari lagi."
Ucapan Gerald seketika membuat Alsa melotot. Gerald benar-benar tidak tahu sekali jika dirinya sudah tidak mempermasalahkan hal itu. Alsa sudah siap untuk menyantap cireng di depannya.
"Nggak perlu! ini udah cukup, thank Rald," jawab Alsa lalu melahap satu cireng yang dia ambil.
Gerald menahan senyum. Dia sendiri tahu betapa Alsa tadi sudah tidak sabar ingin memakan cireng tersebut. Niatnya memang hanya untuk menggoda saja.
"Mau coba?" tawar Alsa dan mendapat gelengan kepala dari Gerald.
Terlihat Alsa yang menghela napasnya. Lalu sebuah ide muncul dari otaknya. Dengan sigap Alsa mengambil salah satu cireng dengan rasa paling enak menurutnya. Sengaja dia suapkan ke dalam mulut Gerald yang sempat berniat berontak. Tetapi pada akhirnya...
"Lumayan," ucap Gerald membuat Alsa mencebik.
Alsa tahu jika Gerald sangat suka. Tetapi dia gengsi untuk mengatakannya. Mereka sama-sama makan cireng dengan berbagai varian rasa. Sebelum akhirnya sebuah panggilan masuk di ponsel Gerald.
Melihat nama yang tertera membuat Gerald terdiam sejenak.
"Siapa?" tanya Alsa dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.
"Teman di sana," jawab Gerald seraya memperlihatkan nama yang tertera.
Alsa mengangguk. "Angkat aja."
Setelahnya Gerald pamit. Dia berdiri masih di ruangan yang sama. Hanya saja sedikit menjauh dari Alsa. Dengan bahasa yang dia gunakan ketika kuliah di luar sana.
Setelah menutup telepon. Gerald kembali duduk di sebelah Alsa. Tetapi wajahnya tidak seperti tadi. Ada yang berbeda kali ini.
"Ada apa?" tanya Alsa melihat perubahan pada raut wajah Gerald.
Gerald menarik Alsa masuk ke dalam peluknya. Ini waktu yang dia tunggu. Mempertemukan Alsa dan kedua orang tuanya untuk meluruskan permasalahan yang ada. Atau setidaknya Gerald berharap ada kejelasan dari kedua orang tua Alsa.
"Rald," lirih Alsa di sela pelukan mereka.
"Ya.." jawabnya singkat.
Belum sempat Alsa kembali bertanya. Kali ini ponselnya yang bedering. Membuat keduanya mau tidak mau melepas pelukan.
Keningnya berkerut melihat nomor Viko yang kembali muncul. Sementara Gerald yang tahu siapa yang menghubungi Alsa mendadak menjadi gerah. Seringai jahat muncul di wajah tampannya.
"Sini," ucapnya mengambil ponsel Alsa.
Tanpa perlawanan. Alsa membiarkan Gerald mengambil alih ponselnya. Sementara dirinya diam di sebelah Gerald yang kini sudah mengangkat sambungan telepon dari Viko.
Viko
Al, gue denger lo sakit? udah baikan kan sekarang?
Gue ke rumah lo ya sekarang?
Gerald
Dia baik-baik aja
Duarr
Viko melotot mendengar suara cowok yang mengangkat teleponnya.
Dengan amarah yang memuncak Viko menutup sambungan sambungan teleponnya. Menatap kesal ke arah ponselnya.
"Siapa lo?" gumamnya seraya meremas ponsel yang ada di genggaman tangannya. Sebelum akhirnya ponsel itu remuk terkena benturan dinding karena sengaja Viko lempar.
"Viko!" teriak seorang gadis yang berjalan ke ara Viko.
Gadis itu menatap Viko dengan tatapan tidak bisa diartikan. Seringai jahat sangat kentara di wajah cantiknya.
______
Hallo gaes... sabar ya sampai kalian tahu masalah yang terjadi dengan kedua orang tua Alsa.
Pleas dukung cerita ini dengan cara like, koment, vote, beri hadiahnya dan juga kasih koint buat yang punya...
kok segitu nya merawat anak hasil hubungan gelap mami Eva daripada Alsa yg anak kandung nya?