Etnauri Renata wanita luar biasa yang menghabiskan separuh umurnya untuk mengejar cinta Thunder Routhbone, pria dingin yang bahkan tidak pernah menoleh ke arahnya. Akankah Etna berhasil meluluhkan hati Thunder?
DISCLAIMER
Cerita ini merupakan karya fiksi dan murni karangan penulis. Apabila terdapat kesamaan latar, penokohan, dan unsur lain dalam cerita bukan merupakan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsje Artemis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
"Apa gua bilang. Udah relain aja" ujar Aphrodite
"Yok bisa yok move on" Minerva menambahkan
"Fixlah calon ipar baru anaknya Djeng Anggita" Louisa menimpali.
Etna sedang melakukan video call dengan saudari-saudarinya. Tanpa dia cerita, mamanya udah curhat duluan terbukti dengan panggilan heboh di Whatsappnya yang membuatnya pusing padahal dirinya baru saja sarapan dan minum obat.
"Lo udah ketemu anaknya Djeng Anggita" tanya Minerva
"Belum. Kata ayah, satu aja belum selesai"
"Ketemu aja kali, nambah temen" Aphrodite mendukung
"Na, feeling gua bagus sama anak Djeng Anggita" Louisa menambahkan.
"Halahhh pas sama Thunder juga lo bilang muka mereka berdua mirip tandanya jodoh, apaan" Aphrodite heboh.
"Iya masa baru kenal udah di mirip-miripin" Minerva ikut julid.
Etna hanya tertawa kecil mendengar pertengkaran ketiga saudarinya.
"Eh bentar ada panggilan masuk dari nomor baru" Etna menginterupsi pecakapan mereka.
"Angkat Na, mana tau penting. Jaga kesehatan ga usah mikirin manusia itu, dia aja gak mikirin kamu" ujar Aphrodite diikuti tanda setuju dari yang lainnya.
Etna mengakhiri video call dan menerima panggilan masuk dari nomor baru.
"Halo selamat pagi"
"Halo selamat pagi Na, ini aku Ilaria. Kamu udah pulang ya kemarin kata Hexa. Gimana keadaan kamu?"
"Oh, iya. Udah mending dibanding kemarin"
"Terima kasih banyak udah nolongin aku. Maaf aku belum sempat jengguk selama kamu di rawat. Aku juga mau minta maaf selama aku di rawat, Thunder jagain aku padahal aku sama Hexa udah bilang keadaanku baik-baik aja dia gak perlu ikutan jaga"
"Gak papa. Kata dokter Hexa kamu lagi isi ya. Selamat ya. Aku bersyukur udah nyelamatin dua nyawa"
"Na, sekali lagi aku minta maaf ya. Aku gak bermaksud nahan Thunder buat jagain aku"
"Ya ampun gak papa lagi. Lagian emang itu tugasnya Thunder gak jagain kamu dengan baik"
"Na aku gak mau ada salah paham"
"Aku udah empat tahun sama dia, gak mungkin aku salah paham. Udah dulu ya aku mau istirahat bye-bye"
Etna mengakhiri panggilan itu. Sudah cukup penjelasan Ilaria. Tidak perlu logika yang tinggi untuk menyimpulkan keadaan tersebut.
Etna merutuki dirinya lupa menanyakan dari mana Ilaria mendapat nomor handphonenya.
Ah sudahlah, toh dari mana nomornya didapat tidak akan merubah apapun.
Di dapur ...
Naomi selesai menyiapkan makan siang saat ponselnya berdering.
"Clarisa mantu is calling"
"Halo selamat siang Djeng, ada apa?" Naomi yang biasanya mulai percakapan dengan basa-basi, hari itu terlihat tidak bersemangat setelah melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.
"Selamat pagi Djeng. Etna katanya masuk rumah sakit tadi pagi saya jengguk sama perawatnya bilang sudah pulang kemarin malam"
"Iya Etna udah pulang"
"Gi mana keadaanya?"
"Udah baikan"
"Saya mau ke rumah jengguk Etna. Saya baru sampai dari luar kota tadi pagi"
"Gak usah, Etna udah baik-baik aja. Kata dokter dia butuh banyak istrirahat"
"Djeng, kabarin ya kalau Etna sudah bisa di jengguk"
"Iya nanti saya kabarin. Bye"
Naomi menatap ponselnya. Mimpi apa Clarisa Routhbone sampai menelponnya segala. Clarisa Routhbone tak jauh beda dengan putranya. Tidak pernah menelepon duluan, bahkan menolak hadir di pertunangan putranya.
Bodo amatlah mungkin aja kerasukan jin baik. Naomi juga tidak berniat mengabari kedaan putrinya, jika sudah baikan.
Nanti aja. Pas mau kiamat juga bisa dikatakan nanti aja kan?
...----------------...