Miranda adalah seorang jurnalis wanita berusia 29 tahun di sebuah majalah sport di Toronto, Kanada. Impian sebagai seorang penulis buku dia hentikan setelah bertemu Jeff, kekasihnya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, Jeff dengan teganya berselingkuh dan membuat Miranda jatuh di titik terendah hidupnya.
Di saat kegalauan itu datang, Miranda diperintahkan atasannya untuk kembali menulis buku. Sebuah buku biografi dari mantan atlet nasional rugby yang kini menjadi seorang pelatih terkenal bernama Rick. Pria berusia 51 tahun yang baru kehilangan istri yang dicintainya karena kanker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biran ASMR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Miranda masuk ke dalam rumah Rick dan mobil Nat terdengar mulai menjauh. Rumah yang biasanya terang benderang itu kini terlihat remang-remang. Hanya ada pencahayaan lampu berwarna kuning di ruang TV dan lilin-lilin yang menyala di atas meja makan.
Rick keluar dari kamarnya dan menyambut kedatangan Miranda dengan senyuman manisnya. Miranda tersipu mendapat senyuman itu. Melihat Rick dengan stelan jas berwarna navy dengan rambut tergerai seperti itu, membuat Miranda semakin meleleh dengan ketampanan dan kemaskulinannya.
Usia benar-benar hanya sebuah angka. Tak ada pengaruhnya sama sekali pada Rick. Seharusnya Rick yang mendapatkan peran sebagai Aquaman. Ah.. sulitnya mendeskripsikan Rick #Author.
Rick meraih tangan Miranda dan membantunya berjalan menuju meja makan. Sesampainya di ruang makan, Rick membukakan kursi untuk Miranda. Wanita itu pun duduk di sana tanpa menghilangkan senyumnya.
Rick duduk di hadapan Miranda. Di sana, mereka berdua hanya terhalang meja makan dengan lilin menyala dan makanan di atas meja.
"Well, here we are. Special dinner," kata Rick kemudian meletakan serbet di pangkuannya.
Miranda terkekeh mengingat akhirnya mereka bisa makan malam spesial seperti ini setelah ada saja gangguannya. Dia meletakan serbet di pangkuannya dan Rick mulai menghidangkan makanan yang sudah berjejer di sana, mulai dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Tak lupa, segelas wine merah di meja masing-masing.
"Rick, kau masih ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Miranda membuka obrolan di tengah-tengah makan malam.
Rick mengernyitkan dahinya dan mengingat sesuatu. "Ya, saat kau mewawancaraiku setelah pertandingan perempat final."
"Kau mengingatnya? Kukira kau sudah lupa!"
"Bagaimana bisa aku melupakannya? Baru pertama kali aku bertemu jurnalis menyebalkan sepertimu!" Rick tersenyum mengingatnya.
"Benar kan? Kau belum menyukaiku saat itu? Hah! Bagaimana bisa Nat menyimpulkan kalau kau sudah menyukaiku saat itu?!" gerutu Miranda mulai melupakan keanggunannya yang dia jaga sedari tadi.
Rick tertawa mendengarnya. Dia pun mengakui sikap sok tahu Nat yang sudah melekat padanya itu. Tapi pada akhirnya, Nat memang sangat tahu dan memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan Rick.
Makanan sudah habis dan mereka puas dengan makanan istimewa malam ini. Rick beranjak dari meja makan kemudian menyalakan musik klasik dari audio player.
"Kau mau berdansa?" tanya Rick lalu berjalan menghampiri Miranda.
"Tentu," Miranda meraih tangan Rick. Tapi sayang dia tidak dapat mengikuti gerakan Rick dengan baik karena masalah kakinya. "Sorry!"
Rick tersenyum lalu mengangkat tubuh Miranda lalu membantunya berdiri dengan menginjakkan kaki Miranda ke atas kakinya. "Dengan begini, kau akan berdansa dengan baik,"
Miranda lagi-lagi serasa melayang di udara oleh perlakukan Rick malam ini. Dia tahu berat tubuh dan kakinya tidak akan melukai Rick sama sekali. Miranda mendaratkan kepalanya di dada bidang Rick. Rick bergerak lembut mengikuti irama musik.
"Kau masih ingat dengan pertanyaanmu di rumah sakit saat aku terluka?" tanya Rick di sela-sela dansa.
"Hm? Pertanyaan yang mana?" Miranda balik bertanya tanpa mengubah posisi kepalanya yang bersandar.
"Waktu itu kau bertanya, apa yang ingin kucapai setelah memenangkan pertandingan final,"
"Ohh.. iya aku ingat,"
"Kau masih ingat jawabannya?"
"Kau ingin mendirikan sekolah olahraga untuk anak-anak."
"Ya, kau benar."
"Well, congratulation. Sekolah impianmu akan segera berdiri."
"Thank you. Um.. sebenarnya ada lagi selain itu. Kau tidak ingat?"
"Aku lupa."
"Aku ingin jalan-jalan keliling eropa bahkan dunia bersama seseorang yang kucintai."
Miranda teringat kembali hal itu. Impian yang indah. Mengingatkannya pada mimpi masa mudanya dulu. "Rick, kau tahu? Sewaktu aku remaja aku pernah memimpikan hal yang kurang lebih sama sepertimu."
"Benarkah?"
Miranda mengangguk. "Dulu, aku mempunyai impian berkeliling dunia dan menulis. Aku bahkan sudah menentukan target pencapaianku, satu negara satu karya buku."
"Wah! Wonderful. Bagaimana kalau kita mewujudkan impian itu bersama-sama?"
Miranda mendongak. "Maksudmu?"
Rick menghentikan gerakan dansanya lalu mendudukan Miranda di kursi meja makan yang dia tarik ke hadapannya. Kemudian dia merogoh saku jasnya lalu berlutut di hadapan Miranda membut tubuhnya sejajar dengan wanita yang duduk di hadapannya itu.
Kotak beludru berwarna merah itu terbuka dan terlihat cincin bertema rustic berbentuk akar pohon yang melingkar dengan sebuah mutiara kecil di atasnya.
"Menikahlah denganku dan temani aku di sisa hidupku," kata Rick dengan tatapan hangatnya.
Miranda terharu mendengarnya. Baru kali ini dia menghadapi lelaki gentle seperti Rick. Bahkan Jeff tidak pernah mengajaknya menikah saat hubungannya masih berjalan dengan baik dulu.
Menikah? Sebuah langkah besar yang tidak mudah. Miranda selalu ragu untuk langkah besar itu, tapi entah kenapa dia tidak ragu apabila Rick yang memintanya. Dari mana datangnya air mata itu, Miranda menangis karena haru.
"Yes, I do," kata Miranda sambil mengangguk dan mengusap air matanya.
Rick tersenyum lebar. Perasaan gundahnya selama ini terbayar sudah dengan tiga kata kecil itu. Dia pun memakaikan cincin itu ke jari manis tangan kiri Miranda.
"Aku tak menyaka kau akan menerimaku," kata Rick masih tak percaya.
"Shut up and kiss me!" Miranda menarik jas Rick dan mencium lelakinya.
Ciuman pertama yang indah dan penuh cinta itu akhirnya terjadi. Bukan hanya dalam imajinasi dan bukan dalam keadaan tidak sadar. Kini mereka berciuman dalam keadaan sadar dan benar-benar terjadi.
Rick berdiri dan mengangkat Miranda lalu mendudukannya di meja makan tanpa melepas bibir yang saling bertautan. Rick mendekap tubuh itu, sampai akhirnya mereka berhenti menautkan bibirnya. Dahi mereka menempel. Rick berhenti dan tak melangkah ke tahap selanjutnya.
"Aku adalah tipe lelaki yang klasik," kata Rick. "Aku tidak akan melakukannya sampai kita mengucap janji," tambahnya.
Miranda tersenyum. Semakin besarlah cintanya pada Rick. Di saat lelaki lain selalu menginginkan hal itu, Rick justru tidak melakukannya. Dia membuat pernikahan akan terasa sangat spesial.
***
Nat kini berada di tengah dua insan yang semalam telah saling mengakui cintanya tapi masih keluar dari kamar yang berbeda. Pemikiran Rick dirasa Nat tidak masuk di akalnya yang modern. Tapi dia tidak bisa memaksakan hal itu pada Rick. Haha.. yang benar saja!
"So, apa yang bisa kubantu?" tanya Nat.
"Bisakah kau mengatur sebuah acara pernikahan?" tanya Rick.
Nat terbelalak, terkejut mendengarnya. "Hoho.. Kau mengejutkanku Rick! Awalnya kau berjalan lambat seperti kura-kura, tapi setelah dapat kau berlari bagaikan leopard!"
Miranda dan Rick tertawa mendengarnya.
"Baiklah, pernikahan seperti apa yang kalian inginkan?" tanya Nat kemudian.
Rick memberi isyarat pada Miranda. "Kami ingin acara pernikahan yang private dan sakral. Hanya orang-orang terdekat dan tak ada media."
Nat mengernyitkan dahinya dan melirik pada Rick yang disambut dengan anggukkan Rick. "Dengan karirmu yang sedang melejit saat ini, sepertinya akan sulit menjauhkan media. Terlebih pengantin wanitamu ini adalah seorang jurnalis!" kata Nat pada Rick.
Miranda menyeringai, tak berdosa. "Aku akan resign setelah menikah."
"Maka dari itu Nat, aku percayakan segalanya padamu. Kau memang dapat diandalkan dan tidak pernah mengecewakanku!" kata Rick meyakinkan Nat.
Nat menyibak rambut pendeknya lalu menghela nafas panjang. "Aku ingin bayaran yang mahal!"
♤♤♤
Cincin pernikahan Rick & Miranda.