Lafira Dares memiliki kemampuan supernatural sejak kecil. Dia tidak disukai dalam keluarga dan dituduh sebagai gadis pembawa sial. Hingga kedua kakinya menjadi lumpuh dan harus berada di kursi roda. Sayangnya, kematian sang ibu membuat dia menaruh benci dan dendam pada keluarga Dares.
Hingga akhirnya, dia menikah dengan Domian Morachel, Bos Mafia dunia bawah dan juga bos di belakang layar Mora Enterprise. Sama-sama memiliki bakat supernatural, Domian telah terpikat oleh Lafira Dares. Bagi Lafira, cinta tidak penting dan balas dendam telah mendarah daging. Sayangnya, dia harus bercampur dalam dunia mafia yang kejam, membantu Domian yang diincar oleh organisasi misterius.
Keduanya melawan organisasi misterius yang menginginkan kemampuan supernatural. Mampukah keduanya menyingkirkan semua musuh yang mengintai dalam kegelapan? Apakah Lafira Dares memiliki kemampuan tersembunyi lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Suasana Hati yang Buruk
DOMIAN menggelengkan kepala. Dia tahu ini bukan sesuatu yang mampu Lafira tolak begitu saja. Gadis itu terlalu misterius hingga berani menyerang Guru Stempson dengan mudah. Pasti tahu sesuatu tentang organisasi misterius itu. Atau setidaknya, Lafira tidak menganggap serius mereka.
Adapun menurut pemikiran gadis itu saat ini, ia tahu cepat atau lambat Domian mungkin harus mengetahuinya.
"Jika kamu ingin tahu, maka beri tahu aku identitas aslimu. Kamu bukan seorang pengusaha walaupun akan mewarisi properti keluarga Morachel." Lafira menatapnya tanpa ada jejak kelembutan.
Domian sendiri selalu merasa tertekan saat menghadapi Lafira. Gadis itu terlalu pintar, tapi juga kuat dari sisi yang lain. Sebagai seorang pria, ia kadang berpikir akan gagal untuk mengurus gadis kecil ini. Sekarang gadis itu bertanya, kekhawatiran kecilnya menjadu nyata.
Ia menatap Lafira seraya menyipitkan mata, Domian belum bisa mengatakan yang sebenarnya. "Lebih baik kamu patuh di rumah. Berbahaya untuk berkeliaran. " Setelah itu dia segera meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh kembali.
Lafira menatap kepergian Domian dengan kedua tangannya mencengkram ujung lengan kursi roda. Tak berapa lama, Shena kembali dan membawanya ke kamar lain karena ruang sebelumnya sedang dipasang kaca yang baru.
Gadis itu meraih smartphone-nya dan berpikir. Ia berada di dekat jendela bergorden putih. Angin sejuk berembus dan membuat gorden berkibar lembut. Hal ini membuat ia seperti sedang menenangkan pikirannya.
Lafira meminta Shena untuk meninggalkannya sendiri. "Aku akan menenangkan diri. Pergilah," katanya tanpa melihat wanita itu.
"Tapi Nona ... Aku khawatir kamu membutuhkan sesuatu." Shena tahu jika Lafira selalu membutuhkan beberapa bantuan untuk pergi ke kamar mandi ataupun mengambil barang. Apalagi ini di rumah Domian.
"Apa kamu mengasihani aku?" tanya gadis itu seraya melirik ke samping.
"Ah, tidak. Nona ... Aku tidak hanya khawatir—"
"Aku bilang pergi, kamu harus pergi! Aku akan memanggilmu jika aku membutuhkannya!" Nada bicara Lafira sedikit kasar, tapi dia sedang dalam suasana hati yang buruk.
Kedua kakinya inilah penyebabnya. Dia memperhatikan kedua kakinya yang sedikit sakit. Walaupun sakitnya hampir tidak terasa, ia masih bisa tahu jika otot kakinya masih bisa digerakkan. Tapi ia tidak mampu berjalan. Lalu bagaimana jika dia bisa berdiri lagi? Apakah ibunya akan kembali?
Keluarga Dares lah penyebabnya. Dia membenci mereka hingga tidak ada ruang negosiasi. Jika bukan karena mendiang ibunya pernah berpesan untuk tidak membunuh Tuan Lexan, namun ia sangat membencinya. Kebencian ini melahirkan sesuatu yang lain di hatinya. Dendam!
Shena tertegun oleh sikap tiba-tiba Lafira. Ia ingin mengatakan sesuatu yang lain tapi melihat jika gelas di atas meja nakas itu pecah tiba-tiba, dia mengurungkan niatnya.
"Kalau begitu Nona ... Panggil aku jika ada sesuatu," katanya segera melenggang ke luar kamar dengan wajah pucat.
Dia menutup pintu kamar dengan hati-hati dan ketika berbalik, ia terkejut saat melihat Domian sudah berdiri tak jauh darinya. Ia sedikit membungkuk ringan lalu meninggalkan rumah itu.
Domian mengerutkan keningnya lagi dan menatap pintu kamar dengan sedikit pemikiran. Apakah suasana hati gadis itu pecah lagi? Belum lagi suara gelas pecah, ia tidak yakin apakah ketika masuk, Lafira akan mengusirnya dengan kasar?
Di kamar itu sendiri ...
Lafira memperhatikan layar smartphone. Ia memasuki kontak dan mengetik beberapa angka yang diingatnya. Lalu ragu-ragu untuk melakukan panggilan. Lagi pula, dia jarang menghubungi orang itu kecuali jika ada sesuatu yang penting. Pada akhirnya, ia tidak melakukan panggilan apapun.
Hanya saja, sebuah pesan tiba-tiba muncul dari orang itu. Mengatakan jika tempat tambang batu giok yang baru ditemukan. Lafira segera membalas pesan, meminta orang itu memeriksa dan bernegosiasi dengan pemerintah setempat.
Setelah itu dia menyimpan smartphone-nya, memperhatikan pemandangan dari jendela untuk waktu yang lama. Ia tidak tahu apakah hidup bersama Domian adalah pilihan tepat atau justru hanya akan membuatnya terluka. Lagi pula, ia tidak ingin jika pria itu sama seperti ayahnya.
Pintu kamar tamu dibuka dari luar dan sosok Domian muncul dengan segera susu hangat serta roti isi. Lafira memutar kursi rodanya sedikit dan memperhatikannya meletakkan gelas dan piring di atas meja.
"Kamu belum makan. Makanlah ini dulu sebelum makan sesuatu yang lain. Koki sedang memasak." Pria itu kembali memiliki suara yang datar dan acuh tak acuh.
Lafira memperhatikan roti isi di atas meja. "Apakah Shena benar-benar memberitahumu tentang apa yang aku suka?" tanyanya.
"Itu tidak penting."
"Aku benci roti isi." Gadis itu menurunkan kelopak matanya dan memutar kembali kursi roda untuk menghadap jendela besar.
Domian tidak banyak bicara dan segera menghampirinya, mendorong kursi roda menuju meja. Lafira ingin menghentikannya, tapi tidak mampu menahan pria ini. Kemampuannya tidak berguna bagi Domian.
Pria itu membiarkannya makan siang. Roti isi dengan segelas susu. Dia mulai mulai membenci ini sejak lama. Tapi pria itu justru memintanya untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
"Itu hanya roti isi, apa yang membuatmu begitu tidak suka?" tanya Domian.
"Karena ..." Lafira tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa dia membenci roti isi.
Domian sudah mengambil sepotong dan memakannya dengan lahap. Tidak ada masalah sama sekali. Lafira mengerutkan kening dan menatapnya dengan aneh. Apakah begitu enak? Pikirnya.
Sejak Tuan Lexan mencampakkan ibunya, dia tidak pernah mau lagi memakan roti isi. Karena sejak dulu, ayahnya lah yang selalu menyiapkan makanan itu setiap pagi.
"Domian ... Apakah kamu memiliki wanita simpanan di luar sana?" tanyanya.
tapi ttng perselingkuhan Domi & Arandel masih terasa janggal aja. kayak... serius Fira memaafkannya begitu aja? Domian jg ngapain gtu tunduk sm Arandel, padahal masih ada banyak jalan lain. bodoh juga sih.
(resiko baca pake hati & perasaan. kadang hati itu nolak logika, sebanyak apapun logika itu.)
terimakasih Kak Risa yg telah menyajikan cerita ini, semangat berkarya yaaa, Kak!