CINTA WINARSIH

CINTA WINARSIH

1. Cita-cita Winarsih

Dari Penulis :

Dengan membaca cerita ini artinya pembaca telah menyatakan bahwa telah cukup umur untuk menilai isi bacaan.

Novel ini sepenuhnya fiksi. Jika ada kesamaan tempat dan nama tokoh, itu hanya kebetulan semata.

Jangan mengaitkan isi cerita dengan agama, suku atau golongan tertentu.

Terima kasih karena telah mampir ke novel ini.

*****

"Bu, Winar kasihan sama Yanto. Harusnya Yanto bisa bersekolah di tempat khusus anak-anak yang spesial. Tapi di desa kita nggak ada. Mestinya Yanto sudah bisa lebih mandiri di usianya," tutur Winarsih kepada ibunya yang sedang mencuci kaki di sebuah mata air dekat pematang sawah.

"Lantas kamu maunya bagaimana, Win? Kamu, kan, sudah tahu kalau mata pencaharian kita cuma mengerjakan sawah-sawah milik orang. Untuk makan saja kita masih kurang," jawab Bu Sumi sendu.

"Mas Utomo ngajak Winar kerja ke kota, Bu. Ke Ibukota. Mas Ut bilang ke Winar, setelah Mas Ut melewati masa kontrak kerjanya dua tahun, Mas Ut akan melamar Winar," ucap Winarsih antusias sambil mengangkat cangkul dan ember yang baru selesai dicuci ibunya.

"Kamu cuma tamatan SMP mau kerja apa di kota? Utomo saja cuma tamat SMA dan jadi buruh di sana. Kamu nggak khawatir malah bakal merepotkan dia?" Bu Sumi terlihat tidak bersemangat karena membayangkan anak perempuan satu-satunya akan pergi dari rumah.

"Bu ... Ibu sudah tahu, kan, kalau Winar sangat suka belajar? Ibu tahu juga kalau Winar dari SD adalah murid yang berprestasi? Winar nggak mau kita hidup begini-begini aja. Sejak Ayah meninggal untuk ngasi Yanto makanan bergizi pun kita nggak sanggup. Apalagi kalau nanti Yanto sakit. Sekali ini aja Ibu percaya sama Winar. Winar mau ngasi keluarga kita kehidupan yang lebih layak. Lagipula, Winar khawatir kalau Mas Utomo nantinya bakal kecantol gadis kota. Dia bakal lupa dengan Winar." Winarsih cemberut dengan raut wajah manja demi meluluhkan hati ibunya.

"Kamu pasti pulang, kan, Win?" Bu Sumi berhenti membereskan cangkul serta wadah makan siang untuk menatap wajah putrinya.

"Ya, pastilah, Bu. Desa Beringin ini tempat Winar dilahirkan dan dibesarkan. Desa ini tempat di mana semua orang yang Winar sayangi melewati hari-harinya. Di desa ini juga almarhum ayah dimakamkan. Winar pasti balik lagi untuk jemput Ibu dan Yanto. Cita-cita Winar hidup di dunia ini cuma ingin melihat Ibu hidup tenang dan bahagia. Itu aja. Winar kasihan lihat Ibu tiap hari mandi peluh di tengah sawah yang bahkan bukan milik Ibu lagi." Winarsih menunduk.

Bu Sumi kembali membereskan peralatan. Wanita tua itu memasukkan wadah makan siang yang dibawakan Winarsih siang tadi ke dalam sebuah ember besar dan meletakkan ember itu di atas kepalanya.

“Ayo, pulang. Sudah sore. Kasihan Yanto mungkin sudah lapar setelah seharian mengupas kayu manis,” ucap Bu Sumi kemudian berjalan mendahului putrinya untuk keluar dari pematang sawah menuju jalan utama desa.

“Jadi Ibu izinkan Winar, kan?” desak Winarsih lagi.

“Kamu mau kerja apa di kota, Win? Meski kamu pintar, tapi kamu cuma lulusan SMP.” Bu Sumi kembali mengingatkan Winarsih.

“Winar jadi asisten rumah tangga, Bu. Itu bahasa kotanya. Kalau di desa kita orang menyebutnya sebagai pembantu atau babu. Winar nggak apa-apa, kok, Bu. Yang penting gaji Winar lumayan. Kerjanya pun nggak terlalu capek dan banyak. Kata kenalannya Mas Utomo, majikan Winar nanti seorang pejabat, Bu. Keluarga yang sudah kaya turun-temurun. Pembantu di rumahnya banyak. Winar cuma bantu-bantu di dapur karena Winar bisa masak. Kata Mas Utomo rumah majikan Winar nanti besar sekali. Mirip istana. Saking besarnya rumah itu, bisa aja Winar nggak akan pernah ketemu dengan majikan Winar nanti. Winar boleh berangkat, kan, Bu? Mas Utomo pasti jagain Winar di kota. Mas Utomo juga bisa jenguk Winar tiap akhir minggu.”

Winarsih menerangkan panjang lebar kepada Ibunya yang masih bergeming.

"Sebenarnya dari dulu kamu sudah tahu kalau ibu kurang setuju kamu dekat dengan dia. Maumu jadi aneh-aneh, Win,” kesal Bu Sumi saat mendengar Winarsih berkali-kali menyebut nama Utomo yang seolah terus mempengaruhi anak perempuannya untuk pergi ke kota.

“Maksud Mas Utomo baik, Bu. Mas Utomo juga selalu baik ke Winar. Ibu nggak boleh begitu menilai orang lain." Winarsih kembali cemberut.

“Kamu yakin bisa jaga diri di kota?” tanya Bu Sumi lagi-lagi tanpa melihat putrinya.

“Yakin Bu,” tegas Winarsih

“Ibu nggak pernah nuntut apapun dari kamu dan Yanto. Kalian lahir ke dunia ini karena ibu yang menginginkannya. Ibu nggak mau kebahagiaan ibu jadi beban kalian," ucap Bu Sumi saat menghentikan langkahnya.

Bu Sumi menoleh ke arah Winarsih yang sedang menunggunya untuk berbicara. Sesaat lagi mereka akan tiba di depan gang yang menuju rumah.

“Win, Ibu nggak bisa nahan kamu untuk nggak pergi dari desa ini sementara enggak ada yang bisa ibu tawarkan. Pergi kalau kamu yakin mau pergi. Jaga diri kamu sebaik-baiknya. Jangan percaya siapa pun selain diri kamu sendiri, termasuk Utomo. Percaya sekedarnya saja. Jangan menggantungkan hal apa pun pada orang lain. Dan ingat, Win ... saat kamu sudah memutuskan sesuatu, itulah takdir yang harus kamu jalani. Jangan pernah menyesalinya. Sebanyak apa pun usia kamu, kamu tetap putri kecil ibu yang berharga. Kamu paham, Nak?”

Nasehat panjang lebar nan lembut yang baru saja selesai diucapkan oleh Bu Sumi berhasil membuat mata Winarsih memanas. Matanya sudah berkaca-kaca hendak menangis dan bulir air mata langsung jatuh tak terbendung.

Winarsih tak sanggup menjawab perkataan Bu Sumi. Kepalanya hanya mengangguk berkali-kali.

“Jangan nangis. Itu Yanto sudah melambai-lambai dari depan rumah. Nanti melihat kakaknya menangis dia malah ikut menangis.”

Bu Sumi menghapus air mata di pipi Winarsih dengan tangan kiri. Tangan kanannya masih memegang ember besar yang berada di puncak kepala.

“Ibu mau dimasakin apa untuk makan malam?” tanya Winarsih.

“Gayamu nanya mau makan apa, memangnya setiap hari yang kita makan berbeda?” sindir Bu Sumi.

“Hari ini ada yang beda, telur asin yang Winar buat minggu lalu sudah bisa dimakan hari ini," sahut Winarsih riang sambil memeluk bahu ibunya.

Yanto yang melihat kedatangan ibu dan kakaknya melompat-lompat girang. Remaja pria 14 tahun pengidap down syndrome itu langsung menyongsong Bu Sumi untuk mengambil ember bawaan ibunya itu.

Meski Yanto adalah seorang anak dengan keistimewaan spesialnya, sehari-hari Yanto mengambil upahan untuk mengupas kayu manis.

Setiap pagi petani kayu manis mengantarkan beberapa keranjang berisi kayu manis yang harus dibersihkan dengan pisau.

******

Malam itu Winarsih telah berjanji akan menemui Utomo di sebuah pondok bekas pos ronda yang terletak hampir di perbatasan desa tetangga mereka. Jaraknya agak jauh dan Winarsih berencana hendak meminjam sepeda tetangganya seperti biasa.

Winarsih dan Utomo sering bertemu di sana diam-diam sejak awal mereka berpacaran tiga tahun yang lalu.

Pondok bekas pos ronda itu sering dijadikan tempat bertemu untuk pasangan yang belum mendapat izin dari orang tua mereka.

Bu Sumi tak pernah mengizinkan putrinya untuk berpacaran dengan Utomo. Meski sebenarnya Bu Sumi mengetahui hubungan Winarsih dengan salah satu anak tengkulak di desa itu, Bu Sumi tak pernah menunjukkan sikap menyetujuinya dengan alasan Winarsih masih terlalu muda untuk menjalin hubungan serius.

Wanita tua itu tak ingin putrinya menikah terlalu cepat seperti kebanyakan gadis di desa mereka.

Dan Utomo yang memahami sikap Bu Sumi tak pernah memaksa Winarsih untuk segera membujuk sang ibu agar menerimanya sebagai calon menantu.

Alhasil, pria 24 tahun itu tak pernah mengapeli Winarsih pada sabtu malam seperti kebanyakan pasangan pacaran di desa mereka.

Winarsih mengenal Utomo sejak baru pertama kali menamatkan SMP dan berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya ke satu-satunya SMA di wilayah mereka.

Saat itu, Winarsih yang begitu antusias pergi mengunjungi SMA baru, menggunakan sepeda dengan beberapa temannya.

Tiba di depan gerbang sekolah, mereka bertemu dengan beberapa pemuda yang ternyata adalah murid SMA yang baru saja lulus dan hendak mengambil ijazahnya.

Winarsih yang remaja berusia 15 tahun kala itu begitu terpukau saat berkenalan dengan Utomo yang dinilainya sangat tampan dan macho.

Beberapa kali pertemuan selanjutnya turut meluluhkan hati Winarsih untuk menerima Utomo sebagai pacarnya.

Winarsih adalah wanita manis berkulit kuning langsat dengan tinggi 160 sentimeter. Rambutnya yang ikal sebahu, selalu dikuncirnya membentuk ekor kuda tinggi.

Untuk wanita yang bertubuh berisi dan montok, Winarsih bisa dikatakan cukup gesit dan sigap dalam bekerja.

Bentuk wajahnya oval sempurna dengan bibir penuh dan sorot mata yang memancarkan kecerdasan.

Beberapa pemuda di desanya terang-terangan menyukai Winarsih dengan beberapa kali datang berkunjung ke gubuknya.

Tapi Winarsih tetaplah Winarsih yang hanya mengenal Utomo sebagai pria yang berada di dalam hatinya.

Tahun demi tahun berlalu, hubungan mereka telah masuk tahun keenam. Dan selama itu juga, Utomo telah bekerja di sebuah pabrik sebagai mandor.

Untuk ukuran kehidupan di desa mereka, pekerjaan dan gaji yang diterima Utomo sudah cukup memuaskan.

Tapi tidak bagi Utomo. Pria itu memiliki impian untuk bisa tinggal di kota besar dan punya kehidupan yang lebih mapan lagi.

Utomo harus mengumpulkan uang gajinya sebagai modal untuk berangkat kerja ke ibukota dan melanjutkan pendidikannya di sana meski tanpa persetujuan sang ayah.

Ayah Utomo menginginkan Utomo mewarisi serta mengelola beberapa hektar sawahnya. Ayahnya bahkan telah memilihkan seorang gadis untuk dinikahkan pada Utomo kelak.

Winarsih yang miskin melarat tak pernah masuk ke dalam hitungan ayah Utomo dalam memilih kandidat calon menantunya.

Ayah Utomo; Pak Mukhlis tak ingin Utomo menanggung beban kehidupan keluarga Winarsih yang dikatakannya ‘terlalu miskin’.

******

“Kok, kamu lama sekali?” tanya Utomo pada Winarsih yang baru saja tiba di pondok bekas pos ronda.

Winarsih menyandarkan sepeda pinjamannya di salah satu tiang pondok. Wanita itu menghampiri Utomo yang duduk merapat ke dinding pos yang mirip gubuk di tengah sawah agar tak terlihat dari kejauhan.

“Tadi aku menyuapi Yanto lebih dulu sebelum ke sini. Manjanya sedang kumat," ujar Winarsih sembari duduk di sebelah kekasihnya.

“Gimana? Ibu kamu sudah memberi izin?” tanya Utomo tak sabar.

“Sudah,” jawab Winarsih tersenyum.

“Serius? Serius kamu jadi berangkat bareng aku ke kota?” tanya Utomo lagi untuk meyakinkan apa yang baru saja didengarnya.

“Serius,” ujar Winarsih kembali dengan mata berbinar.

Utomo langsung menarik Winarsih ke dalam pelukannya. Beberapa saat lamanya sepasang insan itu berpelukan dalam kegelapan.

“Aku senang sekali, Win,” ucap Utomo sambil menciumi rambut kekasihnya.

“Aku juga senang, Mas. Apalagi Mas Ut bilang, Mas Ut akan melanjutkan kuliah di ibukota. Aku sabar nunggu Mas Ut. Aku juga udah janji ke Ibu suatu hari nanti akan bawa Yanto menjalani terapi di kota,” ujar Winarsih dengan naif dan antusias pada Utomo.

Utomo melepaskan pelukannya pada tubuh Winarsih. Dia memandang gadis yang memakai kemeja bermotif bunga-bunga dan rok panjang di bawah lutut yang berwarna merah itu dengan dahi mengernyit.

“Maksud kamu, kita menikah sesudah aku selesai kuliah? Begitu?” tanya Utomo.

“Iya, Mas. Aku sabar, kok. Setidaknya kita harus mengantongi restu dari kedua orang tua kita. Mas harus buktikan pada ayah Mas Ut kalau pilihan Mas Ut untuk berangkat ke kota itu tidak salah. Kita harus membuktikan pada orang tua kita, Mas.”

Winarsih menatap mata Utomo dalam kegelapan.

“Lagipula, aku masih 21 tahun Mas. Waktu kita menabung masih banyak,” sambung Winarsih.

“Tapi aku mau kita menikah dalam waktu dekat ini, Win.”

“Harus secepat itu, Mas?” tanya Winarsih.

“Aku ingin kamu segera jadi istriku. Dua tahun menunggu kontrak kerja berakhir saja mungkin aku sudah tidak sanggup," pungkas Utomo.

Aku tidak tahan harus terus-menerus menahan diri tiap berduaan dengan kamu, ucap Utomo dalam hati.

Laki-laki mana yang tahan berdekatan lama-lama dengan Winarsih yang cantik dan bertubuh molek ini, pikirnya.

"Cita-citaku masih banyak, Mas. Aku ingin membahagiakan Ibu dan Yanto lebih dulu. Mas Ut tau sendiri sejak Ayahku meninggal hidup kami sangat kekurangan. Aku kasihan lihat Ibu harus berpanas-panasan di sawah yang bahkan bukan miliknya." Winarsih menerawang menatap pepohonan di depannya.

"Kalau sudah menikah nanti, aku pasti membantu ibumu dan Yanto, Win. Lagipula aku khawatir kalau enggak buru-buru menikahimu, kamu malah kepincut laki-laki lain," ujar Utomo.

Winarsih menatap kekasihnya dengan pandangan setengah tak percaya. Utomo yang berada di hadapannya saat ini ternyata adalah seorang pria yang ia nilai egois.

Sejak tadi pria itu seperti tak berusaha untuk mengerti apa yang ia katakan.

**To** be continued

Terpopuler

Comments

Dwisur

Dwisur

aku baru mau baca ini, sambil nunggu gita mar

2024-12-07

0

Surahman Ammank

Surahman Ammank

aku baca yg ke 3 kalinya

2024-11-24

0

Nur Yanti

Nur Yanti

baru baca

2024-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cita-cita Winarsih
2 2. Persiapan
3 3. Perjalanan
4 4. Keluarga
5 5. Pak Hartono
6 6. Dean Danawira Hartono
7 7. Malam Minggu
8 8. Kepergok
9 9. Mendadak Masak
10 10. In The Night Club
11 11. Sorry, Dear
12 12. Pertengkaran
13 13. Maaf ?
14 14. Luka
15 15. Tak Cukup
16 16. Penyesalan
17 17. Ancaman
18 18. Multivitamin
19 19. Larut Malam
20 20. Monas
21 21. Bye, Love.
22 22. Where Are You?
23 23. Kebisuan
24 24. Get Out of My Car
25 25. Ukuran
26 26. Di Dekat Pohon Bambu
27 27. "Saya laper Pak,"
28 28. Pita Kecil Merah Hati
29 29. Eneg?
30 30. Peluk Aku
31 31. Create Memories
32 32. Calon Asisten Pak Hartono
33 33. Pergunjingan
34 34. Tell Him!
35 35. Duduk Persoalan
36 36. Tempat Bersandar
37 37. Pamit
38 38. Pulang
39 39. Di Mana Kamu?
40 40. Desa Beringin
41 41. Murka Ibu
42 42. Tamu Tengah Malam
43 43. Keputusan
44 44. Kebahagiaan Dean
45 45. Pengakuan
46 46. Pria Dengan Beskap
47 47. Dia, Istriku
48 48. Kekhawatiran Dean
49 49. Dia, Suamiku
50 50. Kerepotan Dean
51 51. Teruntuk Utomo
52 52. Berpapasan
53 53. Bu Winar
54 54. Sakit Bu Amalia
55 55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56 56. Pengakuan Dean
57 57. Pria Miskin?
58 58. Keresahan Winarsih
59 59. Melepas Dean Pergi
60 60. Pelukan Untuk Ibu
61 61. Stay Away From Me
62 62. Tunggu Aku di Kotamu
63 63. Uang Bu Winar
64 64. Rumah Mertua
65 65. Rumah Hijau
66 66. Galaunya Dean
67 67. Bertemu Reporter Desa
68 68. You Are My Home
69 69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70 70. Kabar
71 71. Baik-Baik Sayang
72 72. Where Are You (2)
73 73. Naif
74 74. Kebisuan (2)
75 75. I Heart You
76 76. Tamu di Pagi Buta
77 77. Get Out of My House
78 78. Keluarnya Kartu As
79 79. Langkah Selanjutnya
80 80. Dean Sachet
81 81. Peringatan
82 82. Efek Cemburu Dean
83 83. Kram Dini Hari
84 84. Insiden
85 85. Akhir Cinta Disty
86 86. Hei, Love!
87 87. Aku Di Sini
88 88. Cinta Winarsih
89 89. Like a Baby
90 90. Siapa Ara?
91 91. Air Mata Dean
92 92. Buka Jahitan
93 93. Shopping
94 94. Berita
95 95. Ketika Badai Datang
96 96. Titik Balik
97 97. Sandaran Hati
98 98. Hati Seorang Isteri
99 99. Bunga Untuk Winarsih
100 100. Dean Sachet is Coming
101 101. Nama Bayi
102 102. Pillow Talk
103 103. Resah
104 104. Akung dan Uti
105 105. Sidang Putusan
106 106. Wanita Pemilik Saham
107 107. Teman Lama
108 108. Obrolan
109 109. Tatapan Nostalgia
110 110. Salah Tingkah
111 111. Dirja dan Uti
112 112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113 113. Misi Dean
114 114. Gosip Time
115 115. Kebohongan Kecil
116 116. Titah Bu Amalia
117 117. Rapat Pemegang Saham (1)
118 118. Jatuh Cinta Lagi
119 119. Rapat Pemegang Saham (2)
120 120. Curahan Hati Winarsih
121 121. Usaha Dean
122 122. Hari Pertama
123 123. PDKT
124 124. Curahan Isi Hati
125 125. Anak Dan Ibu
126 126. Berburu
127 127. Efek SPA
128 128. Aku Cinta Mas Dean
129 129. Mesra
130 130. Anggi Nisakara Hartono
131 131. Menatapmu Lekat-Lekat
132 132. Mas Gagah
133 133. Arti Dirimu
134 134. Selamat Ulang Tahun Mas
135 135. Bye Ara
136 136. Makan Malam Paket Lengkap
137 137. Jambi
138 138. Jawa di Jambi
139 139. Rewang
140 140. Panen Bu Sumi
141 141. Acara Sesudah Panen
142 142. Stressnya Dean
143 143. Sungsang
144 144. Kelahiran Kedua
145 145. Ciuman Yuk
146 146. Kejutan Sebelum Pesta
147 147. Untuk Cinta Winarsih
148 148. Raja dan Ratu Sehari
149 149. Paguyuban Winarsih
150 150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151 151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152 152. GENK DUDA AKUT
153 SPECIAL PART : 1.0
154 SPECIAL PART : 2.0
155 SPECIAL PART : 3.0
156 SPECIAL PART : 4.0
157 SPECIAL PART : 5.0
Episodes

Updated 157 Episodes

1
1. Cita-cita Winarsih
2
2. Persiapan
3
3. Perjalanan
4
4. Keluarga
5
5. Pak Hartono
6
6. Dean Danawira Hartono
7
7. Malam Minggu
8
8. Kepergok
9
9. Mendadak Masak
10
10. In The Night Club
11
11. Sorry, Dear
12
12. Pertengkaran
13
13. Maaf ?
14
14. Luka
15
15. Tak Cukup
16
16. Penyesalan
17
17. Ancaman
18
18. Multivitamin
19
19. Larut Malam
20
20. Monas
21
21. Bye, Love.
22
22. Where Are You?
23
23. Kebisuan
24
24. Get Out of My Car
25
25. Ukuran
26
26. Di Dekat Pohon Bambu
27
27. "Saya laper Pak,"
28
28. Pita Kecil Merah Hati
29
29. Eneg?
30
30. Peluk Aku
31
31. Create Memories
32
32. Calon Asisten Pak Hartono
33
33. Pergunjingan
34
34. Tell Him!
35
35. Duduk Persoalan
36
36. Tempat Bersandar
37
37. Pamit
38
38. Pulang
39
39. Di Mana Kamu?
40
40. Desa Beringin
41
41. Murka Ibu
42
42. Tamu Tengah Malam
43
43. Keputusan
44
44. Kebahagiaan Dean
45
45. Pengakuan
46
46. Pria Dengan Beskap
47
47. Dia, Istriku
48
48. Kekhawatiran Dean
49
49. Dia, Suamiku
50
50. Kerepotan Dean
51
51. Teruntuk Utomo
52
52. Berpapasan
53
53. Bu Winar
54
54. Sakit Bu Amalia
55
55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56
56. Pengakuan Dean
57
57. Pria Miskin?
58
58. Keresahan Winarsih
59
59. Melepas Dean Pergi
60
60. Pelukan Untuk Ibu
61
61. Stay Away From Me
62
62. Tunggu Aku di Kotamu
63
63. Uang Bu Winar
64
64. Rumah Mertua
65
65. Rumah Hijau
66
66. Galaunya Dean
67
67. Bertemu Reporter Desa
68
68. You Are My Home
69
69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70
70. Kabar
71
71. Baik-Baik Sayang
72
72. Where Are You (2)
73
73. Naif
74
74. Kebisuan (2)
75
75. I Heart You
76
76. Tamu di Pagi Buta
77
77. Get Out of My House
78
78. Keluarnya Kartu As
79
79. Langkah Selanjutnya
80
80. Dean Sachet
81
81. Peringatan
82
82. Efek Cemburu Dean
83
83. Kram Dini Hari
84
84. Insiden
85
85. Akhir Cinta Disty
86
86. Hei, Love!
87
87. Aku Di Sini
88
88. Cinta Winarsih
89
89. Like a Baby
90
90. Siapa Ara?
91
91. Air Mata Dean
92
92. Buka Jahitan
93
93. Shopping
94
94. Berita
95
95. Ketika Badai Datang
96
96. Titik Balik
97
97. Sandaran Hati
98
98. Hati Seorang Isteri
99
99. Bunga Untuk Winarsih
100
100. Dean Sachet is Coming
101
101. Nama Bayi
102
102. Pillow Talk
103
103. Resah
104
104. Akung dan Uti
105
105. Sidang Putusan
106
106. Wanita Pemilik Saham
107
107. Teman Lama
108
108. Obrolan
109
109. Tatapan Nostalgia
110
110. Salah Tingkah
111
111. Dirja dan Uti
112
112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113
113. Misi Dean
114
114. Gosip Time
115
115. Kebohongan Kecil
116
116. Titah Bu Amalia
117
117. Rapat Pemegang Saham (1)
118
118. Jatuh Cinta Lagi
119
119. Rapat Pemegang Saham (2)
120
120. Curahan Hati Winarsih
121
121. Usaha Dean
122
122. Hari Pertama
123
123. PDKT
124
124. Curahan Isi Hati
125
125. Anak Dan Ibu
126
126. Berburu
127
127. Efek SPA
128
128. Aku Cinta Mas Dean
129
129. Mesra
130
130. Anggi Nisakara Hartono
131
131. Menatapmu Lekat-Lekat
132
132. Mas Gagah
133
133. Arti Dirimu
134
134. Selamat Ulang Tahun Mas
135
135. Bye Ara
136
136. Makan Malam Paket Lengkap
137
137. Jambi
138
138. Jawa di Jambi
139
139. Rewang
140
140. Panen Bu Sumi
141
141. Acara Sesudah Panen
142
142. Stressnya Dean
143
143. Sungsang
144
144. Kelahiran Kedua
145
145. Ciuman Yuk
146
146. Kejutan Sebelum Pesta
147
147. Untuk Cinta Winarsih
148
148. Raja dan Ratu Sehari
149
149. Paguyuban Winarsih
150
150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151
151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152
152. GENK DUDA AKUT
153
SPECIAL PART : 1.0
154
SPECIAL PART : 2.0
155
SPECIAL PART : 3.0
156
SPECIAL PART : 4.0
157
SPECIAL PART : 5.0

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!