Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pak Rian
Beberapa hari berlalu sejak kepulangan mereka dari studio musik, mereka belum bertemu lagi. Gadis yang masih berstatus dosen honor itu tengah disibukkan dengan tugasnya memeriksa hasil ujian mahasiswanya. Bahkan dia harus membawa pulang pekerjaannya.
Tok tok tok
Pintu kamarnya terbuka dan terlihat pak Suryo berdiri disana.
"Bisa ayah bicara sebentar?"
"Iya Yah!" Pak Suryo memasuki kamar putrinya dan duduk di kursi di meja kerja Rena.
"Bagaimana hubunganmu dengan Aldi?" tanyanya.
"Alhamdulillah, baik-baik aja Yah!"
"Apa dia masih sering menghubungimu?"
"Iya, Yah!' jawabnya pelan
Rena menyembunyikan perasaan galaunya. Sudah beberapa hari Aldi jarang menghubunginya. Hanya sekali Aldi mengiriminya pesan singkat bahwa dia sedang sibuk bolak-balik Tokyo-Nagoya mengerjakan proyek.
"Ini sudah lewat setahun, dia jadi datang kan ?"
"Semoga aja Yah, soalnya Aldi pernah bilang jika dia sudah bisa mengambil cuti dia akan pulang mengurus pernikahan kami."
"Ayah sebenarnya khawatir. Kalau dia menundanya lagi kalian bisa mendapat banyak masalah, hubungan jarak jauh itu tidak mudah apalagi bagi seorang laki-laki."
Hening.
"Kamu bisa lanjutkan lagi kerjaanmu. Jangan terlalu larut malam tidurnya!" pesannya sebelum dia meninggalkan kamar.
Tiba-tiba hati Rena terasa nyeri. Mengingat apa yang dikatakan ayahnya itu benar. Dia menggeleng cepat menepis semua pikiran buruk yang datang dan makin menghimpitnya.
"Aku baik-baik aja! ... kami berdua kuat ... kami baik-baik aja!" gumamnya sambil memejamkan matanya, mencoba memotivasinya hatinya untuk yakin pada cinta mereka.
Ddrrttt Ddrrttt
Sebuah pesan masuk. Rena membukanya
Kamu baik-baik aja? _Yori.
Rena menghembuskan nafas perlahan.
"Kenapa mesti dia yang menanyakan kabarku disaat aku butuh kabar darimu Aldi?" gumamnya pelan.
Dia menekan nomor Aldi. Setelah sekian lama berdering, panggilan itu tidak juga tersambung dengan pemiliknya.
"Kamu kenapa Aldi?" gumamnya
Lalu ponselnya berdering. Nama Amanda terpampang di layar. Rena mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam. Ren, besok kamu meeting pagi kan?" tanya Amanda.
"Iya, kenapa?" jawab Rena dengan pertanyaan lagi.
"Besok selesai meeting, kamu bantu aku cek lokasi untuk acara wisata Diesnatalis Fakultas ya! Tapi kamu nyusul aja, aku berangkat pagi-pagi sama pak Riko dan Panitia Bagian Perlengkapan soalnya ada dua lokasi yang harus dikunjungi."
"Jauh nggak lokasinya?" tanya Rena.
"Lumayanlah sekitar sejam setengah dari kampus!"
"Trus aku berangkat bareng siapa?"
"Kamu bisa minta tolong Yori nggak?" Amanda malah bertanya kembali.
"Ngawur kamu! Dia bilang apa nanti kalau aku minta antar dia! Lagian dia kayanya lagi sibuk!"
"Loh bukannya udah selesai ujian?"
"Ya kali aja ada kesibukannya yang lain. Udah ah kenapa jadi ngomongin dia sih!"
"Ya udah kalau gitu nanti aku minta tolong staff anterin kamu pake mobil kampus!"
"Ok. kabarin aja besok ya!"
"Asiap bu dosen syantik! See you tomorrow!" Amanda pun mengakhiri panggilannya.
Rena pun kembali menyelesaikan pekerjaannya dan segera tidur.
*******
Keesokan harinya ...
Selesai meeting dengan para dosen dan dekan fakultas, Rena menuju ruangannya. Sampai di ruangannya ia segera meletakkan berkas-berkas dan laptopnya di laci.
"Bu Rena mau pergi cek lokasi ya?" tanya seseorang yang sudah berada di samping mejanya. Rena mengangkat kepalanya dan melihat Pak Rian di sana.
"Iya!" jawab Rena singkat.
"Tadi saya diminta sama Mbak Amanda untuk mengantarkan Bu Rena ke lokasi!" katanya dengan halus. Dahi Rena berkerut. Dia merasa aneh.
"Oh ya? Kalau begitu saya hubungi Amanda dulu ya!"
Rena menekan nomor Amanda dan terdengar nada operator yang menyatakan nomor Amanda tidak aktif.
"Kalau Bu Rena sudah siap berangkat saya bereskan dulu meja saya!" kata pak Rian kemudian.
"Baik, kalau begitu saya tunggu di lobi" Rena segera melangkah keluar menuju lobi kampus sambil terus mencoba menghubungi Amanda, tapi nomor Amanda tetap tidak aktif. Dia juga mencoba menghubungi pak Riko tapi hasilnya tetap sama.
Tiba-tiba Yori menelponnya. Dia segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam, lagi sibuk?" tanya Yori lembut.
"Tidak, kamu?" Rena kembali bertanya
"Tidak terlalu!"
"Kamu lagi dimana?" tanya Rena kemudian.
"Aku lagi di kantor Papa! Kalau kamu dimana sekarang?"
"Aku di kampus, mau bantuin cek lokasi wisata untuk acara diesnatalis"
"Sama Amanda?" tanyanya menyelidik.
"Amanda sudah duluan tadi pagi"
"Jadi kamu pergi sama siapa?" Suara Yori seperti khawatir.
"Pak Rian yang nganterin!" jawabnya pelan.
"Aku anterin ya!" kata Yori saat menangkap kegelisahan Rena.
"Nggak usah, aku gak mau menganggu kerjaan kamu," tolak Rena dengan halus.
"Kalau begitu kamu kirim lokasinya aja! Nanti aku nyusul"
"Oke!"
Panggilannya pun terputus. Rena masih berusaha meredam kegelisahannya dan menepis semua pertanyaan di kepalanya.
Kenapa Amanda gak bisa dihubungi, ya? Tumben dia minta tolong Pak Rian setahuku dia tidak suka sama Pak Rian. Dia berbicara dalam hati sambil terus berpikir.
Bunyi klakson sebuah mobil yang berhenti di depan lobi membuyarkan lamunan Rena.
"Ayo, Bu Rena, silahkan masuk!" kata Pak Rian dari dalam mobil yang terbuka jendelanya.
Rena memasuki mobil. Dia pun berdoa dalam hati untuk menenangkan hatinya. Selama perjalanan Rena hanya diam memperhatikan jalan di depannya sambil sesekali melihat map yang ada di ponselnya.
"Pak Rian kenapa lewat sini? Seharusnya tadi lurus!"
"Di depan ada jalan tembus Bu,saya sudah kenal daerah sini!" jawab pak Rian dengan santai.
Rena memperbesar peta dan semakin heran karena jalan yang dilaluinya semakin jauh dari lokasi yang di tuju. Bahkan Rena tidak melihat ada jalan tembus yang menghubungkan jalan tersebut dengan jalan yang seharusnya.
Dia melirik Pak Rian yang fokus mengemudi sambil bersenandung dan tersenyum. Dia semakin khawatir.
"Sebaiknya kita kembali ke jalur semula aja Pak agar lebih gampang." Rena memberanikan diri memberi saran.
"Bu Rena tidak percaya saya, ya?" kata Pak Rian menyelidik.
"Bukan begitu, maksud saya setidaknya jalurnya sudah pasti kelihatan di peta!" kata Rena meyakinkan Pak Rian.
"Memang ini tidak ada di peta Bu, karena jalan ini hanya orang yang kenal daerah ini saja yang tahu!" Pak Rian tetap ngotot.
Tiba-tiba sebuah pesan whattsapp masuk
Rena aku sudah hubungi pak Budi, dia yang akan ngantar kamu! Sinyal disini jelek! _Amanda
Rena terkejut tapi berusaha meredamnya. Tangannya mulai dingin. Dia berusaha menelpon Amanda kembali, tapi nihil. Kemudian dia mengirim pesan pada Amanda dan mengirim lokasinya pada Yori.
"Pak Rian, berhenti dulu saya mau ke toilet!" kata Rena saat melihat ada sebuah kedai kopi di depan.
Mobil itu pun berhenti, Pak Rian masuk ke dalam kedai dan memesan kopi. Rena langsung menuju toilet yang berada di belakang kedai.
Dia menelpon Yori. Saat Yori mengangkatnya Rena langsung mencecarnya dengan pertanyaan
"Yori, kamu dimana?"
"Aku udah dekat dari lokasimu, sekitar setengah jam lagi, kenapa bisa nyasar kesana?" tanya Yori cemas.
"Bukan nyasar katanya Pak Rian ada jalan tembus di depan, aku sudah ingatkan dia tapi dia ngotot."
"Jadi dia sengaja?" Suara Yori terdengar kesal.
"Entahlah ... aku nggak tahu Yori!" Rena hampir menangis
"Ya udah kamu tenang aja, aku usahakan bisa secepatnya sampai di sana!" kata Yori dengan lembut merusaha menenangkan gadis itu.
"Iya, hati-hati!" kata Rena sambil mengakhiri panggilannya.
Rena keluar dari toilet dan menuju mobil. Saat hendak masuk mobil, Pak Rian menahannya.
"Bu ini sudah saya pesankan teh hangat. Diminum dulu, mubazir!"
"Kan saya tidak pesan tadi Pak! Lain kali tanya dulu sebelum memesankan orang lain!" sanggah Rena dengan nada kesal.
"Baik Bu Rena, maaf!" kata Pak Rian sambil tersenyum.
Rena segera menghabiskan tehnya seraya berkata,
"Saya minta kita kembali di jalur semula saja! Kalau tidak mau, Pak Rian aja yang lanjutkan perjalanan sendiri saya akan kembali sendiri menumpang dengan orang lain!
"Baik Bu Rena! Mari kita berangkat!" jawab Pak Rian menurut.
Rena heran dengan perubahan sikap Pak Rian. Tapi dia menepisnya dan segera masuk ke dalam mobil. Mobil berputar arah, beberapa menit kemudian kepala Rena terasa pusing, penglihatannya memudar dan sekian detik kemudian ia pun tak sadarkan diri.
Pak Rian tersenyum dan berbalik arah. Dia melaju menyusuri jalanan yang sepi. Di sepanjang jalan hanya terlihat pohon-pohon yang tinggi. Tidak satupun nampak rumah penduduk. Setelah beberapa menit mereka berhenti di sebuah rumah yang berada tidak jauh dari jalan raya.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut