elara adalah seorang "pengganggu" yang tiba-tiba terlempar ke dalam dunia novel fantasi dan dipaksa oleh sebuah entitas kejam bernama Sistem 'Eros' untuk menyelesaikan Misi Utama: Merebut hati Pangeran Rayden, Pemeran Utama Pria yang terkenal dingin dan misterius. Kegagalan berarti kehancuran total.
Berbekal panduan misi yang kaku dan serangkaian taktik romantis klise, Elara memulai penyerbuannya. Namun, sejak pertemuan pertama, System 'Eros' mengalami bug besar: Pangeran Rayden kini dapat mendengar setiap pikiran, komentar sinis, rencana kotor, dan bahkan sumpah serapah Elara yang tersembunyi jauh di dalam hatinya.
Tiba-tiba, setiap pujian yang Elara lontarkan terdengar palsu karena Rayden mendengarnya menambahkan, "Semoga dia tersedak tehnya," dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Kerajaan yang Jujur dan Manajemen Kucing
Kehidupan baru Elara sebagai Permaisuri Kerajaan Astrea dimulai dengan badai adaptasi. Namun, ia tidak sendiri. Ia punya Rayden, Raja yang baru dinobatkan, dan bug abadi yang menjaga kejujuran di antara mereka.
[Poin Cinta: 100%. Status: Stabil Permanen. Fase Hubungan: Administrasi Kerajaan dengan Komunikasi Mental.]
Pagi hari setelah upacara pernikahan, Elara dan Rayden duduk di meja sarapan, dikelilingi oleh dokumen-dokumen kerajaan dan, tentu saja, Padi Hangat I, kucing oranye bermahkota yang kini tidur di atas tumpukan gulungan perkamen penting.
"Padi Hangat harus dipindahkan dari dokumen penting, Elara. Dia baru saja menandatangani dekrit pajak baru dengan cakarnya," kata Rayden sambil tersenyum.
"Jangan ganggu dia, Rayden. Dia terlihat sangat nyaman. Lagi pula, mungkin dekrit pajak yang ditandatangani oleh cakar kucing oranye adalah kebijakan yang lebih adil daripada kebijakan bangsawan mana pun. Biarkan saja. Lagipula, dokumen itu terlihat membosankan sekali. Aku lebih baik memikirkan cara mendekorasi kamar kucing."
Rayden menghela napas, menyerah. "Aku mendengarmu. Dan kau benar, dokumen ini membosankan. Tapi kita harus mengurus keluhan dari Adipati Merian. Dia mengeluh tentang perbatasan yang tidak jelas."
Rayden menunjuk pada sebuah peta. "Menurut laporan resminya, Merian merasa tanahnya dicuri oleh Baron Faltus."
Elara fokus pada keluhan itu. "Keluhan perbatasan? Itu kedok. Aku ingat dari novel, Adipati Merian adalah seorang penipu yang menjual kayu terlarang ke kerajaan tetangga. Dia menggunakan perbatasan sebagai pengalihan. Dia harus diselidiki, Rayden, bukan diberi konsesi tanah."
Rayden segera menarik kembali dokumen itu dari tangan Elara. Wajahnya menjadi serius. "Pengalihan, ya? Penjualan kayu terlarang. Itu adalah pelanggaran serius terhadap perjanjian perdagangan. Aku akan mengirim agen intelijen ke sana segera. Tanpa sepengetahuan Dewan."
"Itu adalah contoh yang baik, Elara. Kita baru saja menyelesaikan masalah serius yang seharusnya memakan waktu berbulan-bulan, hanya dalam waktu tiga detik," kata Rayden, bersandar dan menatapnya.
"Aku merasa seperti agen rahasia yang terperangkap dalam novel romantis," balas Elara, mengambil sepotong buah.
"Kau adalah agen rahasia terhebat yang pernah ada. Karena kau adalah satu-satunya yang tidak pernah bisa membohongiku," Rayden tersenyum, lalu menyentuh cangkir tehnya. "Sekarang, kita harus menghadapi Dewan Kerajaan. Mereka pasti akan menguji keputusanmu tentang etiket kemarin."
Dewan Kerajaan, yang terdiri dari para tetua konservatif, berkumpul di ruang rapat. Wajah mereka tegang dan serius. Begitu Rayden dan Elara masuk, mereka membungkuk dengan kaku.
Ketua Dewan, Lord Eldrin, memulai dengan nada dingin. "Yang Mulia Raja, Yang Mulia Permaisuri. Kami memiliki pertanyaan mengenai protokol upacara pernikahan dan... salam unilateral yang Permaisuri perkenalkan."
"Salam 'Jenderal Padi Hangat'?" Rayden bertanya dengan nada santai.
"Ya. Itu bertentangan dengan tradisi selama berabad-abad!" seru Lord Eldrin.
Elara menatap Lord Eldrin. "Oh, Tuhan. Pria ini sangat peduli pada salam. Dia pasti tidak punya hobi lain. Aku yakin dia menyulam sarung bantal dengan lambang kerajaan pada malam hari. Dan jubahnya terlihat terlalu tebal. Dia pasti menyembunyikan kudapan di balik lipatan jubahnya."
Rayden segera mengalihkan pandangannya, menahan senyum. "Lord Eldrin, Permaisuri saya telah membawa semangat baru ke istana. Semangat kejujuran dan keberanian. Salam itu adalah simbol dari keberaniannya yang menyelamatkan kerajaan kita dari Duke Veridian."
"Tapi... mengapa hormat militer?" tanya Lord Eldrin, bingung.
"Karena," jawab Rayden, menatap Elara, "Dia adalah seorang pejuang, Lord Eldrin. Dia adalah Jenderal bagi hatiku, dan sekarang, bagi kerajaan ini."
Rayden kemudian mengirimkan pikiran kepada Elara: "Pikirkan kue kering mini yang keras dan hambar. Pikirkan kudapan di balik jubah. Cepat, Elara, dia akan menyerah!"
Elara segera memfokuskan pikirannya. "Kue kering. Kudapan tersembunyi. Dia sangat lapar dan hanya ingin sesi ini selesai agar dia bisa makan."
Rayden mengangguk kecil. "Lord Eldrin, saya mengerti kekhawatiran Anda. Tapi saya ingin Anda tahu, Permaisuri saya sangat peduli pada kesejahteraan Dewan, dan dia berharap Anda semua mendapatkan kudapan yang layak setelah sesi yang panjang ini."
Lord Eldrin, wajahnya pucat karena pengalihan pembicaraan yang aneh dan sangat tepat, segera mengakhiri sesi. "Baiklah, Yang Mulia. Kami mengerti. Kami... akan beradaptasi dengan tradisi baru ini."
Setelah Dewan pergi, Elara dan Rayden saling bertukar pandang.
"Mereka semua sangat mudah ditebak jika kau tahu pikiran mereka," kata Elara, menyeringai.
"Dan kau adalah satu-satunya yang bisa melihat inti dari masalah mereka, Elara," balas Rayden. "Kita akan menjadi tim yang tak terkalahkan. Raja yang strategis dan Permaisuri yang bisa membaca pikiran."
Elara merasa hubungan mereka kini telah melampaui romansa fantasi yang konyol. Itu adalah kemitraan yang mutlak, didasarkan pada bug yang memaksa mereka untuk membangun Kerajaan Astrea yang paling jujur dan terbuka yang pernah ada.