Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.
Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.
Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surprise!
Nuansa bekerja seperti biasa. Hari ini lebih banyak di dalam ruangan, duduk di balik meja, meneliti berkas-berkas. Dia sibuk sekali. Sedari pagi tidak sempat memainkan ponsel, sekadar berkabar dengan orang lain, utamanya Han Jean. Makan siang pun diantarkan ke ruangannya, langsung oleh Amy. Tanpa ditanya ingin apa, pria gemulai itu sudah tahu apa yang harus disajikan kepada bosnya.
"Yey kenapa nggak bilang sama eyke?" Amy berdiri berkacak pinggang, usai meletakkan kotak bento di meja kaca dalam ruang kerja Nuansa.
"Soal apa?" Nuansa bertanya balik, fokusnya masih pada lembaran berkas di tangan, masih enggan menatap Amy.
"Mas Je."
Satu alis Nuansa terangkat, tapi lagi-lagi masih tidak mau mengalihkan pandangan dari pekerjaan yang ditekuri. "Kenapa sama Mas Je?"
"Pindah unit."
Tangan Nuansa seperti dipause, gerakannya yang hendak membalik halaman dokumen, terhenti. Dia mengangkat kepala, menatap Amy bingung. "Pindah unit apanya? Masih di unit yang sama, kok. Seminggu lalu gue baru ke sana," balasnya.
Amy mengurai kedua tangannya, turun dari pinggang. "Kemarin eyke datang ke sana buat antar sesuatu, tapi yang bukain pintu perempuan."
"Nggak mungkin," kata Nuansa, menutup map dan menaruhnya ke atas tumpukan berkas-berkas lain. "Mas Je nggak mungkin pindah unit tanpa konfirmasi."
"Tapi eyke nggak bohong!" Amy ngotot. Wajahnya memerah, kesal karena omongannya tidak dipercaya. Padahal memang benar dia datang ke unit Han Jean, dan yang membukakan adalah perempuan. Cantik, modis, tampak anggun di usianya yang matang.
"Tadinya eyke kira Mas Je punya selingkuhan, tahu!" ocehnya lagi. Tangannya bergerak membenahi rambut ghaib, menyelipkannya ke belakang telinga. Gestur kemayu yang tidak bisa hilang meski rambut extension yang pernah dia pasang, sudah dilepas berbulan-bulan lalu.
"Tapi pas eyke tanya soal Mas Je, dese nggak malah kelihatan bingung. Mukanya begini," ujarnya, seraya mempraktekkan ingatan yang didapatnya dari ekspektasi sang wanita asing. Dahi berkerut, alis hampir menyatu, dan sorot mata linglung.
"Terus dia bilang, 'siapa ya? kayaknya salah alamat' habis itu eyke ditinggal masuk, pintunya ditutup, padahal eyke juga masih bingung kok bisa unit Mas Je ditempatin sama orang asing. Mana hape eyke mati, nggak bisa konfirmasi ke Mas Je."
Nuansa mendengarkan keterangan Amy dengan otak berputar keras. Rasanya ada yang janggal dari cerita itu. "My," katanya, sorot matanya berubah serius. "12E-04, kan?"
"Iya!" Amy menjawab cepat, terlihat yakin dan penuh keteguhan. Namun sedetik kemudian, wajahnya berubah pias. "Waduh..." gumamnya. Dia menepuk kening, meringis malu. "Kayaknya eyke salah..." Tawanya sumbang.
Nuansa memutar bola mata malas. Ada-ada saja gebrakan Amy di tengah kesibukannya yang sudah ngalah-ngalahin kesibukan presiden. "Lo samperin unit siapa, Amy? Dengan penampilan begini?" cecar Nuansa jengah, tatapannya lalu turun mengamati penampilan nyentrik sang asisten pribadi; bulu mata palsu tiga lapis, gincu warna coral, dan anting hoop tipis yang turut bergerak mengikuti kepala. "Bagus lo nggak diseret ke bagian keamanan."
Amy berdecak kecil, agak cemberut. "Eyke salah ketuk pintu sebelah kayaknya," balasnya, "tapi kemarin eyke nggak begini wujudnya. Eyke cosplay jadi janda kembang seksi aduhai." Lanjutnya, sambil bergerak gemulai centil.
Nuansa terperangah sebentar. Tapi sudah tidak heran melihat tingkah Amy yang di luar nurul. Lagi pula, Han Jean juga tidak akan tergoda dengan bentukan Amy. Melihat pria gemulai lain yang sedang ngamen di lampu merah saja, Han Jean bisa lari terbirit-birit. Ini karena Amy sudah bersama lama saja dengan Nuansa, makanya Han Jean juga terbiasa, dan percaya bahwa Amy tidak akan menerkamnya. Sekarang yang cukup mengganggu Nuansa adalah... unit siapa yang Amy sambangi?
"My," panggilnya.
Si Amy menyahut dengan gaya khasnya, mengangkat dagu diikuti gestur centil lainnya. "Lo ketuk unit nomor berapa?"
"12E-05. Kenapa?"
Nuansa tidak langsung menjawab, saliva tertahan di tenggorokan, terasa keras untuk ditelan. Unit 12E-05 yang Amy sebutkan itu, adalah unit di mana Angger keluar dan bertemu dengannya. Dan kalau Amy bilang yang membukakan pintu adalah perempuan, maka itu berarti...
"Heh!" Angin berembus menampar wajah Nuansa, hasil kibasan tangan Amy. "Malah melamun. Yey kenapa tanya-tanya eyke ketuk unit mana? Yey kenapa sama penghuninya?"
Nuansa menggeleng. "Bukan apa-apa. Lain kali jangan salah lagi. Takutnya lo malah salah masuk ke unit psikopat, mampus nanti lo dimutilasi."
Amy bergidik, menggeleng keras. "Ihhh ... amit-amit!" serunya seraya mengetuk-ngetuk permukaan meja kerja Nuansa. "Yey kalau ngomong hati-hati. Kata-kata adalah doa, tahu!" susulnya.
Nuansa mengedik. "Gue cuma ngingetin. Nggak ada salahnya hati-hati di tengah dunia yang udah gila ini."
Amy baru mangap, hendak menimpali, tapi harus terjeda ketika pintu ruang kerja Nuansa diketuk tiga kali. Tak lama, sekretaris Nuansa, seorang gadis muda berwajah polos dan tampak cerdas, masuk dan membungkuk sopan; kepada Nuansa, juga kepada dirinya. Amy sempat salah fokus sebentar, memegangi dadanya dengan tatapan takjub, terharu karena diperlakukan begitu. Dalam hati, dia senang Nuansa akhirnya ganti sekretaris.
Fyi saja, sekretaris yang lama itu tampilannya seperti nenek sihir. Make up menor, pakaian seksi, muka judes tidak ada ramah-tamahnya sama sekali. Hanya ramah pada Nuansa dan para jajaran direksi. Amy menyebutnya jalang kurang ajar.
"Manisnya," gumamnya tanpa sadar.
Suara deheman dari Nuansa, barulah membuat kesadarannya kembali, dan dia mengalihkan pandangan kagumnya dari sekretaris Nuansa.
"Ada apa?" tanya Nuansa pada sekretarisnya itu.
Sang gadis menyerahkan amplop cokelat muda, yang biasa digunakan untuk pengiriman dokumen penting. Bedanya, tidak ada nama pengirim, hanya ada nama penerima. Karenanya, Nuansa terbingung dan heran saat menerimanya.
"Siapa yang antar? Kurir yang biasa?" tanyanya.
Sekretarisnya menggeleng, resting face-nya tampak seperti sedang tersenyum, membuatnya semakin terlihat ramah. "Bukan kurir sepertinya, Bu. Pakaiannya biasa."
"Kamu lihat wajahnya?"
Sang sekretaris menggeleng lagi, raut wajahnya mulai terlihat gusar. "Orangnya pakai topi dan masker, jadi saya nggak bisa lihat wajahnya. Tapi sama security sudah dicek, nggak bawa sesuatu yang membahayakan, makanya diperbolehkan masuk."
"Oke, makasih," putus Nuansa pada akhirnya. Kiriman asing seperti ini memang harus diwaspadai, tapi karena pihak keamanan sudah cek tidak ada indikasi bahaya dan barang yang dikirim hanya bentuk dokumen, Nuansa rasa ini masih aman untuk diterima.
"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya pamit," kata sang sekretaris, lalu membungkuk dan keluar dari ruang kerjanya.
Setelah pintu kembali tertutup, Nuansa mulai membuka segel, hendak memeriksa isi di dalam amplop yang diterima. Namun, gerakannya terjeda saat menyadari kepala Amy melongok mendekat. Dilihatnya Amy memasang wajah kepo, matanya berbinar-binar tidak sabar hendak tahu juga isi di dalam amplop.
"My," katanya, "tolong belikan triple peach americano di coffee shop biasa."
Amy mendesah pelan, tapi tetap saja mengangguk patuh dan pergi melaksanakan perintah.
Sesudah Amy juga pergi, Nuansa lanjutkan membuka amplop. Dari sana, dikeluarkannya setumpuk lembaran foto. Yang ketika dilihat, baru salah satunya saja, sudah membuat kepalanya berdenyut hebat.
Bersambung....
Hamil dulu tapi😁