Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
"Jadi kau telah mengakui pernikahanmu dihadapan Rani?." Tanya Faras yang kini tengah duduk di sofa ruang kerja Davin.
Davin mengangguk.
"Aku memang tidak mengumumkan berita tentang pernikahanku, tapi aku pun tidak berniat menyembunyikan statusku yang Kini telah menjadi seorang suami. Sekalipun Dila tidak mencintaiku, namun aku tidak ingin mengecewakan istriku." Ya, Davin meyakini bahwa setiap istri pasti akan merasa kecewa jika di luar sana suaminya tidak mengakui statusnya sebagai pria beristri.
Faras menarik sudut bibirnya ke samping hingga menciptakan sebuah senyuman tipis di sana. "Aku tidak yakin jika istrimu tidak mencintaimu, Kawan."
"Kalau memang kau masih berpikir istrimu belum mencintaimu, sebaiknya buat dia mengandung anakmu!." Imbuh Faras, mencetuskan ide yang mampu membuat Davin melayangkan tatapan tak biasa pada sahabatnya itu.
"Aku bukan pria muka tembok yang sanggup menerima penolakan, apalagi untuk urusan ranjang." Balas Davin setelah cukup lama terdiam.
"Dav, dia istrimu, lalu apa salahnya seorang suami meminta haknya kepada istrinya? Kalaupun pada akhirnya istrimu menolak, setidaknya kau sudah mengutarakan keinginanmu sebagai seorang suami. Lagipula, bagaimana kau bisa tahu dia menolak atau tidak, jika kau hanya diam saja."
"Semua keputusan ada di tanganmu, kau bisa mencobanya atau tetap diam seperti kerbau dungu." Faras jadi gemas sendiri dengan sifat dan watak sahabat yang selalu saja lamban dalam berupaya menaklukkan hati istrinya.
*
Davin sudah berada di rumah, namun semua perkataan serta saran Faras di kantor tadi masih terngiang ditelinganya.
Davin memandang ke arah Dila yang berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan selembar handuk putih. Handuk putih yang hanya mampu menutupi sebagian tubuh mulus istrinya tersebut mampu membuat darah Davin berdesir lebih kencang. Jujur saja, sebagai pria normal tentunya penampilan Dila saat ini mampu membangkitkan sesuatu dalam diri Davin.
Dila menyadari cara Davin menatapnya. Namun begitu, Dila berusaha bersikap biasa saja meskipun faktanya jantungnya berdetak kencang.
Tubuh Dila langsung menegang ketika merasakan tangan besar milik Davin bertengger di pundaknya. Namun begitu, Ia sama sekali tidak bertanya apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu. Dila membalikkan tubuhnya menghadap pada Davin.
Perlahan Davin mengikis jarak diantara mereka. Pria itu menge-cup lembut bibir mungil sang istri. Dila sontak memejamkan matanya, menetralkan perasaan yang tidak biasa di dalam dada.
"Ya Tuhan....ada apa dengan jantungku? Kenapa jantungku berdegup kencang saat mas Davin menci-umku, dan kenapa juga aku tak kuasa menolaknya?." Batin Dila.
Sementara itu, Davin yang menyadari Dila memejamkan matanya, lantas menyudahi ciu-man lembutnya.
"Mas tidak akan memaksa jika kamu tidak menginginkannya." Davin berusaha menyematkan senyum tipis di bibirnya, meski hati merasa sedikit kecewa.
Di saat Davin berbalik badan hendak kembali ke tempat tidur, Dila teringat akan semua perkataan Marwah tempo hari.
"Tak apalah bertindak sedikit memalukan ketimbang suamiku tergoda pada wanita lain diluar sana." batin Dila.
Pelukan Dila berhasil menghentikan langkah Davin. Ia menatap tangan mungil istrinya yang kini melingkar pada pinggangnya.
"Aku tidak mengatakan apapun, lalu mengapa mas berpikir aku akan menolak?."
deg
Kalimat itu terdengar sedikit ambigu ditelinga Davin, sehingga pria itu memutar badan menghadap pada istrinya, menatap manik mata indah yang akhir-akhir ini mampu membuatnya mabuk kepayang.
Davin nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Dila sedikit berjinjit kemudian menge-cup lembut bibirnya.
Sudah tidak bisa dikondisikan lagi, tindakan Dila dianggap Davin sebagai ungkapan kesiapan. Hingga akhirnya malam itu Dila menunaikan kewajibannya sebagai istri seutuhnya bagi Davin. Dan anehnya, Dila tidak diselimuti perasaan bersalah sedikitpun pada Sandi, berbeda pada saat pertama kali ia melakukannya secara tidak sengaja bersama Davin sebelum mereka menikah. Di mana saat itu Dila merasa sangat bersalah pada Sandi, karena telah tidur dengan pria lain.
Keesokan paginya.
Davin yang baru saja terjaga, memandang istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya.
"Mas berharap setelah ini hubungan rumah tangga kita akan membaik, Dila. Mas memang bukan seorang miliarder tapi mas akan berusaha membahagiakan kamu." Gumam Davin sambil mengusap lembut rambut panjang istrinya. Selain itu, di dalam relung hati terdalam, Davin berharap perlahan Dila bisa menerima kehadirannya dengan ikhlas dan melupakan bayang-bayang mantan kekasihnya, Sandi. Ya, Davin cukup memaklumi jika saat ini dihati Dila masih ada nama Sandi, akan tetapi Davin berharap Dila tak lagi berpikir untuk menemui pria itu jika telah kembali nanti.
"Morning, sayang..." Ucapan yang terdengar begitu lembut laksana tetesan air hujan ditengah padang pasir, begitu menyejukkan, menyambut pagi Dila.
"Apa aku tidak salah dengar? Mas Davin manggil aku sayang?." Dalam hati Dila. tanpa sadar hati Dila berbunga-bunga.
"Mo_Morning mas." balas Dila dengan perasaan berubah canggung bercampur malu. Pasalnya, ingatan tentang kejadian semalam kembali menari-nari dibenak dan pikiran Dila.
Meskipun tak ada untaian kata cinta yang terucap, Namun Davin tetap menganggap kejadian semalam menjadi awal yang baik untuk hubungan mereka kedepannya. Ia berharap kedepannya rumah tangga mereka berjalan layaknya rumah tangga pada umumnya, dan Dila pun bisa sepenuhnya melupakan sosok Sandi.
"Mandilah.... Nanti kita berangkat bersama ke kantor!." Kata Davin dan Dila langsung mengangguk tanpa ada kata-kata protes.
Usai mandi dan bersiap, Davin dan Dila sarapan bersama sebelum berangkat ke kantor. Ditengah sarapan, tiba-tiba Davin mendapatkan telepon dari adiknya, Rifa, yang memintanya segera datang ke kediaman orang tua mereka. Dari cara Rifa berbicara sepertinya gadis itu terdengar panik.
"Ada apa, mas?." Tanya Dila, Menyaksikan raut wajah suaminya berubah cemas.
"Rifa meminta mas datang ke rumah mamah sekarang." Davin berusaha bersikap tenang meski faktanya hati pria itu sudah sangat gelisah. Soalnya, sebelumnya Rifa tidak pernah seperti ini.
"Mas pergi saja! Aku akan berangkat ke kantor dengan menggunakan mobilku sendiri." Kata Dila.
"Baiklah, kalau begitu mas pergi sekarang." Davin beranjak dari duduknya. Tanpa membuang waktu, ia segera mengemudikan mobilnya menuju kediaman orang tuanya.
"Semoga tidak terjadi hal buruk di sana." Gumam Dila seraya Menyaksikan mobil suaminya berlalu.
Tak lama kemudian, Dila pun berangkat ke kantor setelah berpamitan pada bi Atun. Ya, Dila sudah menganggap bi Atun layaknya keluarga sendiri, begitu pula sebaliknya, bi Atun sudah menganggap Dila seperti putrinya sendiri. Apalagi bi Atun sudah bekerja di keluarga itu sejak Dila masih balita.
*
"Tuan Marwan...." Setibanya di kediaman orang tuanya, Davin dikejutkan dengan keberadaan salah seorang rekan bisnis perusahaan SJ group.
Pria berusia senja tersebut mengalihkan pandangan ke arah datangnya Davin.
"Kamu mengenalnya, Davin?." Tanya papa Alex dengan raut wajah terkejut.
Davin mengangguk pelan dengan ekspresi bingungnya.
"Kalau begitu, saya pamit dulu...." Tuan Marwan kembali menatap papa Alex. "Lain waktu saya pasti akan berkunjung lagi ke sini." Ujarnya sembari menyematkan senyum penuh arti pada papa Alex.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt