Cathalina Brea yang sering dipanggil Rea terlahir sebagai anak orang kaya. Di kehidupan keluarga besarnya orang tua Rea adalah pewaris usaha hotel dan Restoran terkaya di kotanya. Namun semasa kecil dia hanya dibesarkan oleh papinya yang adalah satu - satunya pewaris keturunan Setiawan.
Rea tumbuh dewasa dan menjadi seorang dokter spesialis anak. meskipun hidup berkelimpahan harta namun Rea tidak perna sombong.
Sebelum papanya meninggal semua saham perusahaan diberikan kepada Cathalina Brea Setiawan.
Keluarga besar marah, karena Rea adalah seorang perempuan. Saudara sepupu papanya Rea menjodohkan Rea dengan Simon Elias sebagai syarat Rea bisa memiliki semua peninggalan papinya. Ternyata penghianatan yang dia terima serta kekerasan dalam rumah tangga.
Rea mmenceraikan Simon dan memilih meninggalkan kota besar itu mengabdi di sebuah desa kecil disebuah pulau.
Apakah Rea bisa mendapatkan ketenagan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Khusus
Seleksi menjadi dokter yang di tempatkan di daerah terpencil sudah dilalui. Dan Rea lolos menjadi yang terpilih. Email pemberitahuannya dikopi kepada antie dan unclenya di Manado. Lely dan Daniel pun menyetujui cita - cita Rea.
Hari ini pukul tiga sore Lely dan Daniel sengaja ke makam James dan Grace sahabat mereka. Lely menceritakan semua keinginan anak dari sahabat mereka. Dia tahu jasad didalam tanah ini tidak me dengar, tetapi dia percaya di surga sana mereka tahu betapa kukuhnya anak mereka mau hidup susah di daerah terpencil, padahal papi maminya mempunyai kekayaan tak terhingga. Bahkan sampai tujuh turunan dari Rea masih ada. Lely menangis di makam itu. Daniel perna merasa hancur ketika mengantar Rea ke altar waktu menikah dengan orang yang salah. Sekarang pemberitaan apapun yang menjatuhkan Rea langsung dia usut dan pidanakan. Simon perna mau di pidanakan oleh sepasang suami istri ini,namun karena Simon memohon mereka mencabut tuntutan itu.
Rea sudah di Jakarta. Dia sedang mengikuti pelatihan sebelum ditempatkan di daerah yang sudah di tentukan. Rea ditugaskan menjadi dokter di salah satu kampung nelayan yang berbatasan dengan negara lain. Berbatasan darat. Dari Jakarta ke tempat ini bisa melewati laut, tetapi juga bisa melawati udara. Rea setuju ke tempat ini, karena ini adalah kampung dari maminya.
Dua jam kira - kira waktu penerbangan sampai tiba di ibukota propinsi dan enam jam perjalanan darat ke kota kabupaten. Bukan hanya sampai disitu. Rea juga masih menggunakan kendaraan darat satu jam ke kampung nelayan tersebut. Sampai disana masyarakat dan kepala desa sudah siap menyambutnya. Rea disini akan dibantu oleh empat orang ners yang memang sudah ditugaskan di puskesmas tersebut.
Pemandangan kampung nelayan, apalagi depan puskesmas yang berhadapan langsung dengan pantai membuat suasana berbeda bagi Rea. Sedangnya Rea selain puskesmas juga sudah ada rumah untuk dokter dan ners. Karena Rea baru tiba, maka dia hanya membersihkan rumah tempat tinggalnya. Selesai mengatur barang bawaannya. Rea memilih untuk beristirahat. Baru satu jam Rea beristirahat, dia di bangunkan oleh Ners Lita karena ada pasien anak kecil yang pahanya terluka akibat terkena rangka kapal yang karam di dalam laut waktu berenang.
Lukanya bukan ringan, namun luka berat karena panjang luka dan kedalamannya. Akhirnya Rea dibantu oleh Ners Nita, Paul dan Lita melakukan operasi ringan bagi luka tersebut, Anak laki - laki yang diketahui namanya Bertus itu di jahit lukanya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, untuk menolong Bertus. Dia dirawat di rumah sakit. Akhirnya dapur umum bagi puskesmas dibuka. Lita dan Nita dengan dibantu oleh tante Since mereka menyiapkan makan selain buat mereka juga buat Bertus yang di rawat inap.
"Selamat malam mama."
"Selamat malam dokter."
"Permisi mama, saya mau mengecek keadaan Bertus."
"Silahkan dokter." Ketika memeriksa, Rea diperhatikan oleh Bertus dan mamanya.
"Dokter cantik sekali. Seperti orang Portugis."
"Terima kasih."
"Dokter bukan orang disini to?"
Sudah seminggu, Rea bertugas disini. Berto yang selalu menemani Rea kalau dia mau berenang, lari pagi atai lari sore. Seperti hari ini Rea pagi jam enam sudah berlari disepanjang pantai. Selesai itu dia berenang. Setelah aktivitas pagi, Rea kembali ke rumah dinas. Pukul tujuh Rea sudah siap dengan baju kerjanya. Rea sedang menikmati sarapan paginya.
"Paul, seminggu ini kok saya tidak perna melihat anak - anak sekolah?"
"Dok, sekolahnya jauh."
"Yang berduit saja yang kasih anaknya sekolah Dok."
"Jadi kalau tidak sekolah mereka?"
"Seperti usia Berto yah..... sudah bisa kelaut tangkap ikan, kemudian di jualkan."
Rea merenung melihat dan membanyangkan anak - anak ini. Rea tidak tahu, bahwa tadi pagi waktu dia sedang olah raga, ada seorang tentara yang melihat aktivitas Rea di pagi hari.
Rea dan rekan - rekan nersnya sedang mengatur perlengkapan medis yang mereka minta dari pusat. Karena rencananya besok mereka akan ada posyandu sekaligus pemeriksaan gratis.
Terlihat mobil tentara memasuki halaman kompleks puskesmas. Tampak empat orang anggota tentara datang memperkenalkan diri. Salah satunya Kapten Marinir Elon Andrew yang mejabat sebagai komandan di pos mereka. Yang jaraknya dari puskesmas ke posal hanya berjarak sekitar tiga ratus meter.
"Selamat pagi." Rombongan tentara di sambut oleh Paul, dia mengira bahwa mereka yang datang mau berobat, ternyata memperkenalkan diri mereka.
"Ini ruangan dokter puskesmas, ibu dokter ini yang bertanggung jawab disini." Paul sedang memperkenalkan tugas mereka dan siapa dokter disini.
Rea kaget melihat Elon,dan dia sedang berpikir dimana dia perna bertemu.
"Saya bertemu dokter di Jogja di rumah sakit siloam. Waktu jembut kaka saya dokter gigi Sara."
"Oooooooo iya, adiknya dokter Sara."
"Masih ingat nama sayakan Elon Andrew." Rea tersenyum, karena dia sudah mengingat. Rea dan Elon berbicara cukup lama. Elon menjelaskan bahwa di daerah ini sering ada penyeludupan. Jadi dia meminta jika ada hal - hal yang berbahaya agar segera melapor kepada mereka. Selain itu juga dari kementrian kesehatan juga menitip tenaga medis mereka kepada tentara yang bertugas. Karena daerah rawan.
Dan Rea juga melaporkan program kerja mereka. Terutama program kerja yang dekat ini. Mereka akan memeriksa kesehatan para orang tua dan anak - anak. Karena dari hasil survei Rea selama seminggu ini, banyak anak - anak di kampung ini kurang gisi dan kesadaran untuk merawat lingkungan tempat tinggal mereka kurang ada. Padahal pantai disepanjang kampung ini sangat indah. Kegiatan Bakti sosial juga melibatkan tentara karena mereka senang akan program ini. Dan kegiatannya akan dilakukan minggu depan. Namun pemberitahuan ke pusat sudah dilakukan empat hari yang lalu via email dan bantuan obat serta susu dan beberapa sembako sudah di kirim ke puskesmas hari ini. Makanya mereka yang ada sedang sibuk mengemas semua sembako pada kantong - kantong yang memang sudah disiapkan.
"Dokter, semoga kepedulian ini akan berdampak baik bagi masyarakat."
"Amin." Kami semua yang ada di ruangan mengaminkan apa yang diucapkan Paul.
"Tetapi dok, apa kah kita akan menunggu kedatangan masyarakat?"
"Tidak, berdasarkan informasi yang diperoleh. Kita akan berkunjung ke rumah - rumah. Lita kamu bagi daftar kepala keluarga per hari agar bisa kita jangkau."
"Oke dokter."
Beberapa hari tersisa sebelum hari pelaksanaan. Di puskesmas mereka bekerja semaksimal mungkin. Mengingat jumlah kepala keluarga dikampung ini ada seratus orang, maka diupayakan semua bisa berjalan dengan baik.
Semua ners mereka mengira bahwa sembako juga bantuan dari dinas kesehatan bersama dengan obat - obatan. Mereka tidak tahu bahwa sembako itu adalah sumbangan Rea murni yang diurus langsung oleh antie dan unclenya.