NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.

​Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.

​Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!

Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Bencana Atika

Beberapa hari berlalu setelah Pesta Dansa Kerajaan, tetapi gema dari malam itu masih melekat padaku seperti jubah yang tak bisa kulepaskan.

Siang hari, aku adalah Mawar Besi dari keluarga Hartwin — tegas, efisien, dan dingin.

Aku mengawasi pembangunan lumbung, menandatangani kontrak dagang, dan melatih para manajerku dengan standar yang kejam. Aku adalah mesin yang bekerja tanpa henti.

Tapi di malam hari, saat aku sendirian di ruang kerjaku yang sunyi, aku kembali menjadi gadis yang berdiri gemetar di lantai dansa. Kata-kata Marquess terus berputar di kepalaku.

"Mengapa jiwamu... berbau seperti ularku?"

"Bau itu... seperti rumah yang hilang."

Kata-kata itu adalah racun yang meresap perlahan. Dia tidak hanya mengancamku; dia melihatku. Dia melihat sesuatu dalam diriku yang bahkan aku sendiri tidak bisa melihatnya, dan itu membuatku merasa tel*njang dan terekspos.

Setiap malam, aku memeriksa diriku di cermin, mencari tanda, noda, atau jejak tak kasat mata yang dia bicarakan. Tentu saja, aku tidak menemukan apa-apa. Noda itu ada di jiwaku.

Pada malam keempat, sebuah pesan rahasia dari "Laksamana" tiba. Dia meminta pertemuan.

Kami bertemu di sebuah paviliun teh terpencil di taman botani ibu kota saat senja. Dia datang dengan penyamaran yang sama seperti di galeri, tetapi kekhawatiran di matanya yang biru tidak bisa disamarkan.

"Aku melihat wajahmu setelah kau berdansa dengannya," katanya langsung, tanpa basa-basi. "Apa yang dia katakan padamu, Elira?"

Penggunaan nama pertamaku yang tiba-tiba membuatku sedikit terkejut. "Dia... tertarik," jawabku hati-hati.

Apa kami sedekat itu sekarang? Tidak. Sadarlah Elira. Dia mungkin seperti itu karena sedang dalam penyamarannya.

Aku menjelaskan, "Marquess tidak lagi melihatku sebagai bidak catur dalam permainan Baron Latona. Dia melihatku sebagai teka-teki pribadi yang harus ia pecahkan." Aku berhenti sejenak. Lalu melanjutkan, "Dia... menjadi seratus kali lebih berbahaya sekarang."

Duke Raymond mengangguk, rahangnya mengeras. "Obsesi Marquess Tyran bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Kau harus lebih berhati-hati."

"Justru karena itulah kita tidak boleh kalah," balasku. Aku menyerahkan sebuah gulungan perkamen kecil padanya.

"Ini adalah laporan terakhirku tentang aktivitas Akademi Trisula. Sumberku mengatakan mereka telah memfinalisasi kalender astronomi baru. Ada gerhana bulan parsial dalam satu minggu. Itu adalah waktu yang sempurna untuk serangan kejutan di bawah naungan kegelapan."

Dia mengambil laporan itu, matanya memindai isinya dengan cepat. "Aku akan mengerahkan tiga skuadron Kavaleri Sihir tambahan ke wilayah selatan sebagai latihan rutin... Tidak. Karena sudah begini, sekalian saja aku kerahkan artileri sihir dan melabelinya sebagai usulan dan percobaan penempatan artileri sihir di pelabuhan."

Artileri sihir... aku mengingatnya. Senjata sihir yang diklaim bisa menembak sampai kejauhan satu kilometer. Kebanggaan dan proposal yang dikemukakan oleh fraksi Royalis. Namun, setelah Marquess menjadi pahlawan yang menghentikan invasi Thalvaria, usulan artileri sihir tidak terdengar lagi.

Dia menatapku, ada keseriusan yang dalam di matanya. "Kau telah melakukan lebih dari cukup, Elira. Saat serangan itu datang, berjanjilah padaku kau akan tetap berada di kediamanmu dan mengunci gerbang."

Aku hanya mengangguk dan melontarkan sebuah kebohongan kecil, "Aku akan berhati-hati, Yang Mulia."

Maaf, tapi aku harus terjun langsung dan merebut semua penghargaan Marquess yang bisa aku rebut. Kali ini dia tidak akan dipanggil Pahlawan, tetapi pecundang yang kalah.

Setelah pertemuan itu, tekadku semakin kuat. Aku kembali ke kediaman dan memberikan perintah terakhirku melalui jaringan Nyonya Mawar.

"Tarik semua aset atas nama Hartwin dan afiliasi kita yang tersisa dari Kota Pelabuhan Atika dalam 24 jam. Pindahkan semua barang berharga ke gudang darurat di Silverwood, Lopiaroot, dan Bluehound. Tulis di laporan sebagai restrukturisasi keuangan Hartwin."

Lalu perintah kedua, "Rekrut mantan prajurit atau petugas medis untuk membangun pos bantuan atas nama santunan penarikan diri Hartwin dari Atika, pastikan setiap rekrutan terlatih dalam pertolongan pertama dasar dan ilmu tanggap bencana."

"Pastikan semua pos bantuan tidak terlalu dekat dengan pusat kota maupun pelabuhan. Utamakan membangun pos di beberapa desa pesisir."

"Masak skala besar dua kali sehari sampai akhir bulan Juli dan bagikan kepada panti asuhan serta para pekerja di sekitar. Harap pastikan gudang penuh dengan perban, ramuan penyembuh, dan ransum darurat. Jangan ragu untuk meminta dana tambahan jika terasa kurang."

Semua bidak caturku telah berada di posisinya. Persiapanku matang dan memakai metode Marquess Tyran yang tanpa celah. Sekarang, tinggal menunggu musuh bergerak.

Waktu pun berlalu.

Malam itu, kelelahan menguasaiku. Entah karena terlalu banyak bekerja atau kopiku kurang, aku jatuh tertidur di mejaku, di atas tumpukan peta dan laporan.

Aku pun bermimpi.

Aku berada di tempat yang gelap dan berasap. Udara terasa panas dan menyesakkan. Di kejauhan, aku bisa mendengar suara teriakan, derak api, dan dentang logam yang beradu. Pelabuhan Atika yang terbakar dan telah berubah menjadi markas musuh.

Aku berjalan melalui kabut asap, suara jeritan dan tangisan semakin keras. Lalu, dari balik kabut, dua sosok kecil muncul.

Satu laki-laki, satu perempuan. Yang laki-laki berambut hitam. Sementara yang perempuan...

Aku mengenalnya.

Mata yang jernih dan rambut pirang madu.

Itu anak perempuan yang sama dengan yang aku lihat di tambang.

Wajah mereka kotor, mata mereka penuh ketakutan. Mama... bisik gadis kecil itu, suaranya seperti angin yang menyayat hati.

Sebuah sengatan rasa sakit dan rindu yang tak bisa dijelaskan menghantamku begitu keras hingga aku nyaris terjatuh dalam mimpiku.

Mama?

Anak laki-laki itu, yang masih seumuran dengan yang perempuan, menarik tangan si gadis kecil, menenangkannya seperti seorang kakak. Mereka kemudian menunjuk ke dalam kegelapan di belakang.

"Yang lain... masih di dalam," katanya, suaranya mendesak. "Apinya... panas... Jangan biarkan mereka terbakar lagi, tolong..."

Mereka berbalik dan berlari ke dalam asap, menoleh ke belakang seolah memintaku untuk mengikuti. Aku mencoba memanggil mereka, mencoba menanyakan nama mereka, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku.

Satu-satunya hal yang bisa kulihat sebelum mereka menghilang adalah sebuah bangunan batu dengan lengkungan di atas pintunya. Panti Asuhan Saint Jude.

Aku terbangun dengan sentakan hebat, jantungku berdebar kencang, napasku terengah-engah. Bau asap seolah masih menempel di hidungku.

Pelabuhan yang hancur terbakar. Panti Asuhan Saint Jude. Jangan biarkan kami terbakar lagi. Apa artinya itu? Dan siapa mereka? Siapa gadis kecil itu? Kenapa dia datang kepadaku?

DONG! DONG! DONG!

Aku tersentak lagi, kali ini oleh suara yang nyata. Lonceng raksasa menara utama kediaman Hartwin, berbunyi dengan nada yang cepat dan panik, sebuah nada yang hanya digunakan untuk keadaan darurat tingkat tinggi.

Pintu kamarku diketuk berkali-kali dengan panik. "Masuklah," titahku. Pintu dibanting terbuka. Seorang penjaga, masih mengenakan pelindung dada di atas baju tidurnya, berdiri di sana, wajahnya pucat.

"Nona Elira!" teriaknya. "Berita dari menara pengawas selatan! Armada Thalvaria telah memasuki perairan kita! Pelabuhan Atika... sedang diserang!"

1
BlackMail
Makasih udah mampir.🙏
Pena Santri
up thor, seru abis👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!