NovelToon NovelToon
Pernikahan Rahasia Dengan Sang Billionaire: Perpect Stranger

Pernikahan Rahasia Dengan Sang Billionaire: Perpect Stranger

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Minaaida

Ryan, kekasih Liana membatalkan pernikahan mereka tepat satu jam sebelum acara pernikahan di mulai. Semua karena ingin menolong kekasih masa kecilnya yang sedang dalam kesusahan.

Karena kecewa, sakit hati dan tidak ingin menanggung malu, akhirnya Liana mencari pengganti mempelai pria.

Saat sedang mencari mempelai pria, Liana bertemu Nathan Samosa, pria cacat yang ditinggal sang mempelai wanita di hari pernikahannya.

Tanpa ragu, Liana menawarkan diri untuk menjadi mempelai wanita, menggantikan mempelai wanita yang kabur melarikan diri, tanpa dia tahu asal usul pria tersebut.

Tanpa Liana sadari, dia ternyata telah menikah dengan putra orang paling berkuasa di kota ini. Seorang pria dingin yang sama sekali tidak mengenal arti cinta dalam hidupnya.

Liana menjalani kehidupan rumah tangga dengan pria yang sama sekali belum dia kenal, tanpa cinta meskipun terikat komitmen. Sanggupkah dia mengubah hati Nathan yang sedingin salju menjadi hangat dan penuh cinta.

Temukan jawabannya disini

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 06. Keintiman Yang Canggung

Secara naluriah, Liana ingin menolak. Bahkan sejak ia dan Ryan mulai berkencan, Ryan secara halus mendorong untuk lebih intim.

Tapi Liana selalu membayangkan menyimpan bagian dari dirinya untuk malam pernikahannya. Berbagi pengalaman pertama kalinya dengan suaminya. Selama ini, hubungannya dengan Ryan hanya berupa sentuhan lembut, genggaman tangan, pelukan, tidak lebih dari itu.

Tapi sekarang, dia hampir tidak mengenal Nathan. Mereka baru bertemu sekali, dan sekarang dia diharapkan untuk berbagi tempat tidur dengannya? Semuanya terjadi terlalu cepat untuk dia proses. 

Nathan, bagaimanapun juga, tampak tidak terpengaruh oleh ekspresi tertegunnya. Nada bicaranya datar, nyaris tanpa ekspresi saat ia berkata, "Kita sudah menikah, bukankah wajar jika kita tidur bersama?".

Dia berhenti sejenak, matanya sedikit menyipit saat dia menatapnya. Kemudian, tanpa peringatan, dia menambahkan, "atau apakah Anda merasa tidak nyaman karena saya cacat?"

Liana sudah bersiap untuk menjelaskan, tapi sebelum dia bisa mengatakan sepatah kata pun, dia sekilas menangkap bayangan tentang ejekan terhadap diri sendiri yang melintas di wajahnya.

"Maafkan saya," gumamnya, suaranya tiba-tiba menjadi pahit. "Tentu saja, tidak ada seorang pun yang mau dengan suami yang cacat."

Hati Liana tersayat, dan dia segera memotongnya, suaranya mendesak, "Tidak.. tidak! Saya sama sekali tidak merasa seperti itu...!"

Ia menarik napas panjang, nadanya tegas dengan sedikit tekanan, "Kita sudah menikah sekarang. Berbagi tempat tidur adalah hal yang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Saya tidak mempermasalahkan hal itu."

Namun, perasaan begitu dekat dengan seseorang yang hampir tidak dikenalnya membuat gelombang kegelisahan mengendap di dadanya.

Tapi tidak ada jalan untuk kembali sekarang. Dia hanya harus beradaptasi. 

Nathan menangkap keraguan di matanya, tatapannya tak terbaca saat ia memberikan anggukan kecil. setelah beberapa saat, ia berbicara lagi, suaranya melembut. "Ini sudah larut malam, saya biasanya tidur lebih awal, saya harap kamu bisa menyesuaikan diri dengan jadwalku."

Liana mengangguk cepat, meski dadanya bergemuruh, "Tidak apa-apa, saya akan membawa koper saya masuk."

"Tunggu...!" Nathan menyela, suaranya mantap. "Mengingat kondisi fisik saya, selama ini saya selalu meminta staf rumah untuk membantu saya dengan hal-hal tertentu. Tapi sekarang, karena kau sudah di sini, aku lebih suka tidak merepotkan orang lain."

Setelah itu, dia mendorong dirinya sendiri menuju kamar mandi.

"Apa?" Liana membeku, kebingungan kini menyelimutinya.

Nathan berhenti di depan pintu kamar mandi, mendorong pintu nya dengan gerakan halus. Kemudian dia berbalik menghadap Liana , tatapannya tak bergeming, "Bantu aku mandi."

Mulut Liana menjadi kering, dengan terbata-bata dia mendekati Nathan, "bagaimana?"

Nathan mengangkat alis, nadanya hampir menggoda. "Dengan membantuku menanggalkan pakaian, tentu saja."

Mata Liana membelalak tak percaya. Otaknya langsung mencerna perkataan Nathan.  Mengingat apa yang baru saja dikatakan suaminya, ia menelan ludah, memaksa dirinya untuk melangkah maju, syaraf - syaraf nya menegang di setiap langkahnya. 

Liana menatap Nathan, dalam hati mengingatkan dirinya sendiri bahwa tidak peduli seberapa asing atau tidak nyamannya momen ini, dia adalah suaminya. Ini adalah bagian dari tugasnya.

Tangannya yang  terkepal bergetar saat ia menggerakkan tangannya, lalu perlahan-lahan mengulurkannya ke arah kancing-kancing kemeja Nathan.

Kancing-kancing kemejanya sangat kecil, didesain dengan sangat halus.

Telapak tangannya sudah licin oleh keringat. Dia sangat gugup. Tidak peduli seberapa keras ia berusaha, jari-jarinya seakan memiliki pikirannya sendiri, tergelincir pada kancing pertama lagi dan lagi tanpa hasil. Liana benar-benar frustasi.

Nathan berdiri mematung, memperhatikan Liana dengan tatapan geli di matanya saat melihat perjuangan gadis itu.

Nathan tahu Liana pasti kesal. Kesal karena harus merawat orang cacat seperti dia.

Dia tetap diam, penasaran untuk melihat sampai kapan Liana akan menyembunyikan ketidaknyamanannya.

Yang mengejutkannya, meskipun Liana bingung pada awalnya, namun Liana dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya. Dengan tekad yang terukir di wajahnya, dia melanjutkan tugasnya. Perlahan-lahan dia membuka kancing demi kancing satu per satu.

Saat kain kemejanya tersingkap, dadanya yang berotot dan terpahat indah, terlihat dengan jelas.

Energi maskulinnya menguar memenuhi udara, kekuatan dalam tubuhnya tak terbantahkan.

Liana seumur hidupnya belum  pernah sedekat ini dengan seorang pria. 

Dan saat ini matanya tak berkedip menatap lurus ke dada Nathan, pipinya memerah. Tangannya gemetar, nafasnya tersengal-sengal. 

 

Nathan memperhatikan setiap perubahan kecil dari ekspresi  Liana, dia merasakan lonjakan kepercayaan dirinya. Dia yakin dia berada di atas angin.

Saat itu, ujung jari Liana yang lembut dan dingin menyentuh perutnya. Kontak itu singkat, tapi memberikan kejutan padanya. 

Tubuhnya menegang saat gelombang panas yang luar biasa mengalir ke seluruh tubuhnya. 

Seolah-olah setiap aliran darah di tubuhnya terkonsentrasi di satu tempat, memicu gelombang kehangatan yang menjalar dengan cepat ke seluruh tubuh.

1
Minaaida
Terimakasih atas dukungannya, terus dukung aku ya, karena dukungan kalian sangat berarti bagiku. Jangan lupa vote aku ya
Minaaida
Kasian banget, nih pembaca, dari yang saya lihat, semua penulis dia kata - katain semua, tolol, bodoh, najis dan makian lainnya. Kalau semua penulis di kasih komentar begitu, mending nggak usah baca, sekalian! /Puke/

Dari pada kamu ngehujat para penulis Noveltoon, dan bikin dosa, lebih baik nggak usah baca novel - novel di aplikasi ini. Saya merasa miris dengan pembaca seperti anda

Bagimana susahnya para penulis ini membuat novel, dan anda cuma tahu memaki, saya kasihan banget pada anda. ?
Almayra Aya S
baguss. g belibet g ruwet. ak syuka
Nani Naya
Nathan kaku banget sih
Masliah Masliah
kirain novel seru, ternyata cuman novel sampah🤣🤣
Ayudya
aku senang dengan sikap Liana yg tegas dan ga menye menya dalam ambil keputusan
Hariyati Hariyati
keputusan yg tepat, Liana
buanglah mantan pada tempatnya

selamat datang kehidupan baru
semoga masa depanmu secerah mentari pagi
Minaaida
Bagi komen dong
Narimah Ahmad
lanjutt💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!