"Perjodohan memang terlihat begitu kuno, tapi bagiku itu adalah jalan yang akan mengantarkan sebuah hubungan kepada ikatan pernikahan," ~Alya Syafira.
Perbedaaan usia tidak membuat Alya menolak untuk menerima perjodohan antara dirinya dengan salah satu anak kembar dari sepupu umminya.
Raihan adalah laki-laki tampan dan mapan, sehingga tidak memupuk kemungkinan untuk Alya menerima perjodohannya itu. Terlebih lagi, ia telah mencintai laki-laki itu semenjak tahu akan di jodohkan dengan Raihan.
Namun, siapa sangka Rayan adik dari Raihan, diam-diam juga menaruh rasa kepada Alya yang akan menjadi kakak iparnya dalam waktu dekat ini.
Bagaimana jadinya, jika Raihan kembali dari perguruan tingginya di Spanyol, dan datang untuk memenuhi janjinya menikahi Alya? Dan apa yang terjadi kepada Rayan nantinya, jika melihat wanita yang di cintainya itu menikah dengan abangnya sendiri? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
..."Memang benar cinta bisa mengalahkan segalanya. Semua yang awalnya tidak mungkin akan menjadi nyata, dengan dalih ada karena cinta."...
...~~~...
Malam yang sunyi dengan angin malam, serta di temani oleh cahaya bulan yang menerangi alam semesta. Dan itu terasa menjadi semakin menegangkan bagi dua orang yang saling beradu paham.
Di mana setelah Raihan mengatakan yang sebenarnya, Alya pun terdiam untuk beberapa saat, sehingga membuat suasana begitu hening dan mencekam, di tambah dengan sunyinya malam yang membuat malam ini menjadi malam yang menegangkan.
Dengan segala keberaniannya, Alya menatap kembali wajah Raihan yang terlihat begitu merasa bersalah, bisa di lihat dari kedua matanya.
"Sejak kapan Mas berhubungan dengan wanita itu?" tanya Alya dengan tatapan yang terlihat penuh dengan kekecewaan yang mendalam.
Deg.
Sontak saja Raihan terkejut, ia sampai menelan ludahnya di saat menatap wajah cantik sang istri yang tengah menatap kepada dirinya.
"Ti--ga tahun yang lalu," jawab Raihan dengan tenggorakan yang seakan tercekat, setelah menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Alya.
"Tiga tahun? Haha ... lama juga ternyata," balas Alya dengan tawa hambar sebagai bukti kekecewaannya itu.
Raihan menundukan kepalanya merasa bersalah akan apa yang telah ia perbuat semasa masih menjalin hubungan bersama Alya. Terlebih lagi, respon sang istri cukup membuat Raihan tidak kuasa untuk melihatnya.
"Maaf ... Mas tidak bermaksud untuk membohongimu, Alya. Bahkan, sebelum kita menikah, Mas sudah memutuskan hubungan Mas dengannya," kata Raihan mencoba mengambil kepercayaan Alya kembali dengan meraih kedua belah tangannya.
Kini Alya menatap kedua mata Raihan, mencari kebenaran dari balik mata yang menunjukan kesedihan itu.
"Tiga tahun, Mas. Tiga tahun ke belakang itu kita sudah bertunangan. Mas tidak lupa itu, kan? Orang tua kita meresmikan perjodohan kita pada saat itu, dan kamu setuju untuk menikah dengan aku. Dan kenapa Mas enggak bilang kalau saat itu, Mas juga menjalin hubungan dengan wanita lain, hah?" tanya Alya dengan melepas genggaman tangannya dari Raihan, serta raut wajah yang menunjukan kekecewaan.
"Iya sayang, maafkan Mas. Saat itu Mas tidak ada pilihan," jawab Raihan dengan berusaha meraih jemari sang istri yang terus saja di tepis olehnya.
"Maaf? Mas minta maaf? Sudah terlambat Mas!" tegas Alya dengan sedikit menjauh dari suaminya itu, karena saking kecewanya.
"Sayang ...," pekik Raihan yang bingung harus melakukan apa, jika saja Alya sudah terlihat semarah ini. Bahkan, ia sampai berbalik badan untuk menghindar dari dirinya.
Pada akhirnya Raihan pun semakin mendekati Alya dan mulai memeluknya dari belakang, dengan sedikit memaksakan kehendaknya itu.
Di rasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Dan itu sudah pasti ulah dari Raihan, sehingga membuat Alya semakin berontak.
"Lepas Mas! Aku belum memaafkan kamu ya!" ucap Alya dengan memberikannya penegasan.
"Enggak bisa sayang, sebelum kamu memaafkan kesalahan Mas, Mas akan tetap seperti ini!" balas Raihan yang tidak ingin melepas pelukannya itu.
"Mas!" Alya dengan begitu tegas meminta sang suami untuk tidak membuatnya semakin marah.
Melihat kemarahan Alya, Raihan pun akhirnya mengalah dan melerai pelukannya, lalu membuat Alya berhadapan dengan dirinya.
"Mas tahu, Mas telah salah dan khilaf pada waktu itu. Maafkan Mas ya, sayang? Mas tidak bermaksud menyakiti hatimu, saat itu pula Mas memutuskan untuk meninggalkannya, dan tetap menikahimu karena Mas begitu mencintaimu, Alya." Raihan dengan begitu jelas mengatakan semuanya kepada sang istri.
"Lalu bagaimana dengan wanita itu, setelah Mas tinggalkan, dan banyak menghabiskan waktu dengannya selama tiga tahun ini? Apa Mas tidak memikirkan perasaannya yang sama sakit? Seperti saat ini aku mengetahui semuanya setelah semuanya terjadi," sahut Alya dengan melontarkan pertanyaan yang begitu dalam.
"Ya itu resikonya, sayang. Lagian Mas hanya senang-senang saja waktu itu, dan Mas tidak benar-benar mencintai Silvi. Mas berani janji sama kamu, Mas hanya cinta kamu makanya Mas menikahi kamu," ucap Raihan dengan meraih kedua tangan Alya untuk menyakinkannya.
"Mas egois! Dia juga wanita dan aku juga wanita, kita sama merasakan sakit, setelah kamu bohongi, Mas! Dan jika saja Mas bilang pada saat itu juga bahwa Mas telah mencintai wanita lain, aku tidak mungkin melanjutkan perjodohan ini, dan tidak menerima pinangan darimu, Mas! Aku memilih pergi saja daripada harus menyakiti hati wanita lain," ucap Alya dengan begitu marah.
Duaarrr!
Raihan begitu terkejut mendengar ucapan dari Alya yang begitu menyentuh sampai membuatnya menggelengkan kepalanya.
"Jangan berkata seperti itu, sayang! Mas tidak ingin kehilangan wanita yang Mas cintai. Maafkan Mas sayang, karena telah tertarik kepada wanita lain di luar sana, tapi Mas janji tidak akan melakukan itu lagi! Tolong maafkan Mas ya?" pinta Raihan dengan sedikit memohon.
"Jika Mas mencintai aku, mengapa pada saat di kantor, Mas berpelukan dengannya lagi? Itu cukup membuktikan bahwa kalian masih tetap berhubungan, kan?" seru Alya yang sudah habis kesabarannya.
"Enggak sayang, dia yang mulai peluk Mas. Dia yang masih belum bisa menerima, kalau Mas sudah menikah denganmu, sehingga dia bertingkah gila seperti itu," ucap Raihan karena tidak ingin membuat Alya semakin jauh menyimpulkan semuanya.
"Cukup Mas! Alya perlu waktu untuk bisa menangkan diri," kata Alya yang mulai menjauh.
Dan dengan cepat pula Raihan meraih tangan sang istri dan membuatnya kembali berbalik. Di saat itu pula, Raihan bersimpuh di hadapan Alya.
"Maaf sayang, Mas janji tidak akan melakukan itu lagi! Percayalah, Mas hanya mencintaimu, dan Mas tidak akan mengkhianatimu," ucap Raihan dengan memohon maaf kepada sang istri.
Melihat keseriusan dari Raihan, membuat Alya cukup terdiam untuk sesaat, dan mulai memikirkan semuanya dengan baik.
"Apa Mas bisa membuktikannya?" tanya Alya dengan sedikit memberikan tantangan.
"Iya, Mas akan membuktikannya! Kamu lihat nanti, Mas akan buktikan hanya kamu yang Mas cinta, tidak ada yang lain termasuk Silvi," jawab Raihan dengan begitu yakin.
Alya yang awalnya ragu, tapi menjadi luluh begitu mendengar keseriusan Raihan untuk meminta maaf kepadanya. Terlebih lagi, ia mengingat nasihat dari Bunda Zahra, dan juga pernikahannya yang masih seumur jagung. Tidak mungkin juga, ia membiarkan pernikahannya kandas, karena masa lalu suaminya.
"Tidak ada salahnya juga aku memberikan kesempatan kedua untuk Mas Raihan memperbaiki pernikahan kita. Dan aku akan berusaha kuat untuk menyembuhkan luka ini, walupun rasanya sangat menyakitkan," ucap Alya di dalam hatinya sembari menatap wajah Raihan.
Dan Raihan masih tetap menunggu jawaban dari sang istri. Sampai akhirnya, Alya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Iya, Mas. Aku memaafkan Mas, tapi Mas harus menepati janjimu itu. Jangan bohongi aku lagi dan segara bereskan masalah Mas dengan wanita itu! Aku tidak mau tahu, wanita itu jangan sampai menampakkan dirinya lagi di depan mataku!" ucap Alya yang mulai tenang.
Senyuman langsung terlihat di wajah Raihan dan laki-laki itu segera berdiri, lalu memeluk tubuh Alya. "Terimakasih banyak sayang, Mas akan bereskan semuanya, dan Mas akan buktikan kesungguhan Mas kepadamu. Mas janji tidak akan melakukan kesalahan lagi," katanya dengan begitu erat memeluk tubuh Alya.
Awalnya Alya masih ragu, tapi akhirnya ia menerima pelukan itu, dan membalas memeluknya sembari tersenyum tipis. Dan sekarang keduanya telah berbaikan kembali, setelah Alya memutuskan untuk memaafkan kesalahan Raihan.
.
.
.