Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 16
Fayola duduk dimeja makan dengan tatapan nanar, menu makanan di atas meja sudah tersaji sejak dua jam lalu, bahkan kini sudah hampir tengah malam, namun Fayola masih betah duduk seorang diri sambil menunggu.
Megi sudah menyuruh Fayola untuk beristirahat, karena waktu semakin malam, tapi Fayola tidak ingin meninggalkan tempat itu sebentar saja, meskipun Megi sudah membujuk dengan banyak alasan.
"Nona jika tuan Calvin datang saya akan membangunkan nona." Ucap Megi untuk kesekian kalinya.
"Tidak perlu bik, bibik saja yang istirahat." Fayola masih mempertahankan senyumnya, meksipun hatinya terasa sesak.
"Aku akan menunggunya, ini adalah kesempatan terakhir ku." Batin Fayola yang berharap Calvin akan pulang.
Sengaja Fayola menyiapkan makanan kesukaan Celvin, bahkan gadis itu memasaknya sendiri dengan arahan Megi. Fayola ingin membuat malam ini berkesan untuk Calvin karena selama ini pria itu yang sudah memperlakukannya dengan baik dan diperbolehkan untuk tinggal di mansion itu. Anggap saja Fayola sedang membalas kebaikan Calvin dengan melakukan hal kecil.
Megi yang sudah tidak bisa membujuk memilih pergi, Fayola yang memiliki sifat keras kepala begitu sulit untuk diberi tahu.
Satu jam dua jam sudah kembali berlalu, kini jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Fayola dengan sisa rasa kantuknya menunggu dengan sabar.
Pindah dari ruang makan Fayola kini duduk disofa depan televisi, gadis itu masih menunggu dengan tatapan lurus menatap telivisi yang menyala.
"Jika malam ini dia tidak pulang, maka masih ada sehari besok." Gumamnya sambil menatap pintu utama yang masih belum ada tanda-tanda Calvin akan kembali.
Sedangkan di luar Calvin baru saja keluar dari sebuah gedung yang cukup sepi, gedung yang terlihat tua dan tidak layak untuk di datangi, namun siapa sangka jika didalam bangunan tua itu justru menyimpan sisi seorang Calvin.
"Biar saya yang mengemudi tuan." Ucap seorang pria yang wajahnya sama dinginnya dengan Calvin.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." Calvin masuk kedalam mobilnya, pria itu menolak tawaran Rahul orang kepercayaannya.
"Tapi anda terlihat lelah tuan," kata Rahul lagi yang tidak bisa membiarkan Calvin pulang sendiri.
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Lebih baik kau bereskan semua saja."
Blem
Calvin menutup pintu mobilnya dan pergi meninggalkan Rahul yang hanya menghela napas.
Disepanjang jalan Calvin hanya fokus mengemudi, wajah lelahnya tak membuatnya tidak fokus. Calvin mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, hingga tiga puluh menit kemudian mobilnya memasuki mansion miliknya yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
Tidak ada orang lain yang bisa masuk, kecuali atas ijin pemilik rumah sendiri.
Saat membuka pintu, tatapan Calvin lurus kedepan, lampu ruang tengah masih menyala, dan saat kakinya semakin mendekat Calvin bisa melihat Fayola yang tidur meringkuk dengan televisi yang menyala.
"Kenapa dia tidur disini." Gumam Calvin yang sudah berdiri di sisi sofa dimana Fayola yang sedang meringkuk dengan mata terpejam.
Calvin yang merasa haus memilih untuk mengambil minum lebih dulu, pria itu tertegun melihat makanan diatas meja yang masih utuh. Sepertinya belum disentuh sama sekali.
"Ck, untuk apa semua ini." Kesal Calvin yang tidak suka melihat makanan masih utuh, itu berarti Fayola belum makan sama sekali.
Setelah membasahi tenggorakannya, Calvin kembali berjalan menuju sofa, di tatapnya wajah cantik Fayola saat terlelap, wajah cantik itu yang selalu menari dikepalanya
Calvin mengangkat tubuh Fayola untuk digendong, di bawahnya Fayola menuju pintu lift untuk menuju kamar mereka. Menaiki tangga hanya akan menguras tenaganya, jadi Calvin memilih menggunakan lift.
Fayola menggeliat kecil saat tubuhnya di baringkan diatas ranjang.
Calvin menarik selimut untuk menutupi tubuh Fayola, di tatapanya kembali kepala Calvin menunduk dan mengecup kening Fayola lama. Sebelum dirinya pergi menuju kamar mandi.
Setelah beberapa saat Calvin keluar, matanya mengarah pada tempat tidur, Fayola masih terlelap, sepetinya gadis itu menunggunya cukup lama.
Calvin megambil alat komunikasi, ia menghubungi Megi meskipun wanita itu sudah terlelap. Setelah selesai Calvin bersiap untuk tidur, hari ini dirinya cukup lelah dan menguras banyak tenaganya.
Berbaring di sisi Fayola, Calvin memeluk pinggang gadis itu dan mendaratkan kecupan di bibir dengan singkat.
*
*
Pagi hari Fayola bangun lebih dulu, keduanya matanya terbuka dan yang menjadi pemandangannya adalah kepala Calvin. Fayola tersenyum, tangannya mengusap rambut tebal Calvin.
"Memangnya ngak bisa ya, kalau gak nyusu setiap tidur." Gumamnya yang melihat mulut Calvin mengecap di bagian pucuk dadanya.
Kegiatan rutin yang selalu Calvin lakukan setiap malam jika mereka tidur bersama, sejak mereka tinggal dan tidur bersama Celvin selalu menyusu saat tidur.
"Shh, perih sekali." Gumam Fayola saat perlahan tubuhnya mundur untuk menarik lepas mulut Calvin dari dadanya.
Fayola bisa melihat pucuk dadanya yang sangat keras dan begitu menonjol di ujung pangkalnya terlihat merah seperti iritasi.
"Dasar bayi besar." Gumam Fayola sambil menatap wajah Calvin yang terlelap, begitu damai dengan ketampanan yang memikat. Fayola tidak pernah membayangkan akan dipertemukan dengan pria seperti Calvin Gilbert.
Hap
"Eh,"
"Mau kemana?" Suara serak Calvin menjadi sapaan setiap pagi membuka mata.
"Emm, aku mau-"
Grep
"Masih pagi, bukankah kau tidur larut." Gumam Calvin sambil memeluk tubuh Fayola kembali.
Calvin menenggelamkan wajahnya di dada Fayola menghirup aroman tubuh Fayola yang bagai nikotin untuknya. Aroma tubuh Fayola mampu membuatnya begitu tenang, selelah apapun pekerjanya setelah menghirup tubuh Fayola rasanya Calvin tak lagi merasakan apapun.
"Em, kau tahu aku menunggumu." Fayola membelai kepala Calvin.
Kebersamaan seperti ini membuat perasaan hangat, namun hanya sementara karena Fayola menyadari sesuatu hal.
"Ya, lain kali tidak perlu melakukan itu. Kau bisa tidur lebih dulu."
Fayola tersenyum, "Janji tidak akan melakukannya lagi, dan ini yang terakhir kali." Jawabnya dengan senyum getir.
Calvin semakin mengeratkan pelukannya, usapan tangan Fayola dikepalanya membuatnya kembali mengantuk.
"Pak, apakah hari ini anda sibuk?" tanya Fayola masih mengusap kepala Calvin.
"Hm," Calvin hanya bergumam.
"Kalau tidak, aku ingin pergi jalan-jalan bersama bapak."
Untuk pertama kali Fayola meminta waktu Calvin.
"Dua jam lagi," balas Calvin tanpa menatap Fayola, namun gerakan tangannya membuat Fayola mengigit bibir.
"Enak..." Gumam Calvin sambil menatap wajah Fayola yang sudah memerah.
"Hu'um, bapak selalu bisa membuat saya panas." Cicit Fayola dengan wajah semerah pantat babun.
Calvin tersenyum menyeringai, wanitanya ini semakin berani saja.
"Nakal." Calvin mencolek hidung kecil Fayola yang mancung.
Bibir Fayola mengerucut, "Lagian cuma bapak yang bisa buat aku puas." Katanya lagi dengan nada menggoda.
"Apa kau ingin memberikan ku hadiah untuk menemanimu jalan-jalan, hm." Calvin menyentuh dagu Fayola untuk menatapnya.
Tangan Fayola terangkat dan melingkar di leher Calvin.
"Bukankah hadiah didapat setelah melakukan tugas." Kata Fayola dengan bibir tersenyum manis.
Calvin selalu terpaku melihat senyuman Fayola, senyum yang mampu menggetarkan hatinya.
"Senyumannya begitu tulus, gadis ini memiliki hati yang tulus." Batin Calvin.
"Tidak juga, bahkan hadiah bisa diambil diawal atau akhir, dan aku akan megambil keduanya."
"Ahhh pak..."
Pada akhirnya tidak ada kata awal atau akhir, waktu dua jam Calvin habiskan untuk bercinta dengan wanitanya. Tidak ada kata bosan ataupun puas Calvin selalu ingin terus menerus menyentuh tubuh Fayola yang sudah membuatnya candu.
Bagi Calvin Fayola adalah obat nya, obat segala obat yang mampu membuatnya merasa nyaman. Selama bersama Calvin selalu ingin pulang tanpa mau membuang banyak waktu di luar, bahkan Calvin memasang banyak cctv di kamar mereka hanya untuk memantau kegiatan wanitanya di dalam kamar. Sehingga membuat Calvin seperti selalu dekat dengan Fayola tanpa gadis itu ketahui. Hanya saja ada rasa takut yang selalu membuat Calvin terlihat acuh, rasa takut yang tidak akan bisa ia lawan jika terus mempertahankan gadis itu.
Namun untuk sekarang Calvin belum bisa melepaskan, ia masih menginginkan Fayola meksipun sampai kapanpun ia menginginkannya.
Hingga tubuh keduanya kembali menyatu membuat Calvin tak kuasa merancau merasakannya.
"Aku tidak bisa baby, aku tidak bisa." Geram Calvin sambil terus bergerak kontras.
Fayola yang mendengar, tanpa terasa air matanya menetes, entah apa yang di maksud Calvin tapi cukup membuat hati Fayola teriris begitu sakit.