Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Menyerah
"Gue hitung sampe 3. Kalau lo tetep gak mau pergi, lo bakal rasain akibatnya."
Fahra mengerutkan dahinya. Ia masih tak dapat mencerna ucapan Fahrul.
"1...." seisi kelas menjadi tegang. Sedangkan Fahra masih tak paham maksud Fahrul. Ia melirik ke kiri kanan, atas bawah depan belakang, semua mata tertuju pada nya. Apakah Fahra sedang berada di sebuah sinetron? Atau ftv? Atau bahkan sebuah serial? Semoga saja ini bukan serial azab. Aduh, ngeri.
"2...." lanjut Fahrul menghitung.
"Tuhan, semoga Fahra gak kenapa-kenapa. Ciptakanlah keajaiban supaya gadis pemberani itu bs menghilang tiba-tiba." ucap Cinta yang terus berharap ada sebuah keajaiban untuk teman barunya itu.
"Rul, ini ambil jus nya" Fahra semakin mendekatkan jus itu ditangan Fahrul.
"Kesabaran gue udah abis!" Fahrul mengambil jus yang ada ditangan Fahra. Gadis itu tersenyum saat Fahrul mengambil jus pemberiannya.
Fahrul melempar jus merah itu tepat dipundak sebelah kanan Fahra. Gadis itu meringis kesakitan. Setelah itu ia menolak Fahra dengan sangat keras hingga terjatuh. Seisi kelas terkejut dan melihat Fahra dengan rasa iba.
Tak ada seorang pun yang berani membantu Fahra. Semua mata hanya melihat kejadian itu tanpa ada yang berbuat apa-apa. Dasar pengecut. Padahal kalau 1 kelas lawan 2 orang pasti.... liat dulu siapa yang melawan. Kalau sekelas isinya banci, ya pasti menang Fahrul la.
Cinta adalah orang yang sangat menghindari segala hal yang berurusan dengan Fahrul. Namun ia merasa bahwa Fahra adalah temannya. Dengan sigap Cinta menghampiri Fahra dan memberikan gadis itu jaketnya. Fahra tak henti-hentinya menatap Fahrul dengan perasaan bertanya-tanya.
"Pake ini Raa" Cinta mencoba untuk membantu.
Fahra melihat ke arah Cinta dan tersenyum pada gadis itu. "Terima kasih ya, Cinta"
Mereka berdua bergegas pergi ke toilet untuk membersihkan rambut dan baju Fahra yang kotor.
"Kan gue udah bilang sama lo, jangan lakuin itu. Gue udah bisa nebak apa yang bakal terjadi sama lo." celoteh Cinta saat mereka sedang membersihkan rambut dan baju Fahra.
"Fahrul itu sahabat kecil Fahra. Dulu saat Fahra sakit atau menangis, Fahrul pasti juga ikutan. Bahkan saat Fahra jatuh saat belajar sepeda, Fahrul nangis dan bantuin Fahra. Fahrul itu superheronya Fahra." ucap Fahra lirih.
"Ohhh jadi kalian sahabat kecil? Tapi Fahrul sejajat itu ya. Harusnya dia seneng dan peluk cium elo. Ehhh ini malah dilempar pakai jus. Dikiranya lo permainan di pasar malam apa? Yang sekali lempar langsung dapat hadiah. Huftt emang susah sih. Sekarang sama dulu itu beda Fahraaaa. Dulu kalian masih kecil, tapi sekarang kalian udah mulai gede. Lo gak bisa samain anak-anak sama remaja"
"Tapi Fahra tetap yakin, kalau Fahrul yang sekarang masih sama seperti Fahrul yang dulu." kekeh Fahra percaya diri.
"Yaudah deh, serah lo aja."
~>>•<<~
Sejak pulang sekolah, Fahra terus menunggu Bundanya Pulang. Hingga waktu menunjukkan pukul 8, Susan pulang dengan wajah yang sedikit lesu. Susan harus mengurus kantor saat suaminya bekerja diluar kota.
"Bundaaa Fahraa mau cerita" ucap Fahra tak sabaran.
"Sebentar ya sayang, Bunda mandi dulu. Nggak apa-apa kan?"
"Iya Bun, Nggakpapa kok"
Setelah Susan selesai mandi, Fahra dengan semangat mengajaknya duduk diruang tamu.
"Bunda tau nggak tadi Fahra ketemu siapa?" tanya Fahra mencoba membuat Susan berfikir.
"Hmm temen-temen sekolah yang baik sama kamu?"
"Bukan"
"Seorang pria tampan yang bersedia membonceng kamu dengan motor besar?''
"Bunda ihh, nggak gitu juga. Tadi Fahra ketemu..." gadis itu menggantung bicaranya.
"Siapa?" tanya Susan mulai penasaran
Susan terlihat begitu penasaran, terlebih saat Fahra menggantung ucapannya. Fahra tersenyum miring sembari menaikkan satu alisnya. Beberapa kali ia melirik ke arah sekitar.
"Fahra... Ketemu... Fah.. Rul..." Fahra menggantung setiap ucapannya dan mencoba menyembunyikan senyum.
"Haaa?" Susan terkejut sekaligus tak menyangka. "Kamu serius? Kok bisa? Bunda gak tau loh ya kalau Fahrul juga sekolah di SMU Pancasila." Susan tersenyum sumringah.
"Fahra seneng banget, Bun"
"Terus-terus sekarang Fahrul gimana?" tanya Susan begitu bersemangat.
Mendengar pertanyaan itu, Fahra sempat tertegun. Ia tak ingin mengatakan apa yang telah dilakukan Fahrul padanya hari ini.
"Sekarang Fahrul wajahnya ganteng, Bun. Dia juga hebat main gitar. Dan tadi nih ya Bun, Bu guru bilang Fahrul adalah siswa berprestasi yang selalu bertahan menjadi juara paralel disekolah. Keren kan, Bun?" Fahra bercerita begitu semangat. Sesekali ia kembali membayangkan bagaimana tampannya wajah Fahrul.
"Bunda jadi gak sabar mau ketemu dan liat langsung gimana Fahrul sekarang." ucapnya tersenyum. "Ehh udah malam sayang, tidur gih" lanjut Susan mencium dahi Fahra.
"Oke deh, Fahra tidur dulu" Fahra bergegas masuk ke kamar. Sementara Susan menatap setiap langkah putrinya dengan senyuman.
Setelah beberapa minggu masuk sekolah, Fahra sudah bisa beradaptasi. Ia juga semakin akrab dengan Cinta. Bahkan Cinta sudah pernah main ke rumahnya.
Saat pulang dari luar kota, Hans membawa banyak coklat kesukaan Fahra. Dan gadis itu tau betul kalau Fahrul juga sangat menyukai coklat. Ia berencana untuk memberikan coklat itu pada Fahrul saat masuk kelas.
Fahra sengaja berangkat lebih awal agar bisa menunggu Fahrul didepan kelas.
"Fahra? Tumben dateng awal?" tanya seorang pria yang baru saja datang, ia adalah Ridho. Pria itu memang selalu datang awal untuk tidur lagi di sekolah. Sedangkan Fahra, memang baru kali ini gadis itu datang awal.
"Fahra mau nungguin Fahrul. Fahra mau kasi coklat ini ke Fahrul." jawab Fahra sembari tersenyum hingga menampakkan lesung di pipinya. Sangat manis.
"Lo yakin, masih mau coba deketin Fahrul? Lo gak nyerah dengan perlakuan kasar dia selama ini ke elo?" tanya Ridho mulai menelaah. Sejujurnya ia kasian kepada Fahra yang diperlakukan semena-mena oleh Fahrul. Sedangkan gadis itu tetap berusaha.
"Nggak dong. Kan Fahrul sahabatnya Fahra dari kecil. Fahra yakin, Fahrul itu sebenarnya baik. Cuma, mungkin dia malu kalau harus berteman dengan cewek manja dan cupu kayak Fahra."
"Cupu? Lo bilang diri lo cupu? Hahahahahah lo sama sekali gak keliatan cupu kok. Malah lo keliatan cantik banget. Apalagi pas lo senyum, lesung pipi lo buat orang sesek" Ridho mencoba untuk mencairkan suasana. Tentu saja yang diucapkan Ridho itu benar adanya.
Mendengar itu, Fahra terkekeh dan tersipu malu. "Ah Ridho berlebihan"
"Yaudah ya, gue masuk kelas dulu. Mau lanjut tidur sebelum bell masuk bunyi." Ridho pergi meninggalkan Fahra sendiri di depan pintu.
Satu persatu siswa mulai datang dan masuk ke kelas. Mereka memandangi Fahra yang setia berdiri di depan pintu seperti satpam.
"Wahh tumben amat lo dah dateng. Biasanya 15 menit sebelum bell lo baru dateng." ucap seorang gadis, yang ternyata adalah Cinta.
"Kemarin Ayah Fahra pulang, terus bawa coklat banyakk banget. Jadi Fahra mau kasi ini ke Fahrul." jawab Fahra menunjukkan coklat yang ada ditangannya.
"Lo nggak kapok juga dengan perlakuan kasar Fahrul selama ini ke elo?"