Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
"Loh, Hanum mana?" Tanya ummi Sekar saat anaknya kembali namun tidak bersama dengan menantunya.
Gus Fauzan mendelik, dengan tergeragap. "Ummi, tadi, Hanum–" tenggorokannya nyaris tercekat, sungguh dirinya bingung harus menjelaskan apa pada ummi Sekar, tentang keberadaan Hanum. Tadi dirinya memang tak peduli pada Hanum, bahkan menurunkan Hanum di jalanan sana, tidak tau entah gadis itu sudah naik taksi atau belum.
Gus Fauzan terlalu sibuk bertemu dengan Arfira. Sampai mengabaikan Hanum. Dan sekarang dirinya benar-benar tidak tau dimana keberadaan Hanum. Dirinya bahkan malah mengantar Arfira pulang ke apartemen gadis itu,
"Hanum kemana? Kamu kalau berbicara yang benar! Jangan bertele-tele," ucap ummi Sekar dengan suara tegas,
Gus Fauzan meneguk ludahnya susah payah, "ta-tadi, Hanum, Fauzan suruh pulang duluan. Fauzan tadi ada urusan mendadak. Maafkan Fauzan, ummi... Seharusnya Hanum sudah kembali ke pondok pesantren sedari tadi." Ucap Gus Fauzan.
Mata ummi Sekar melotot. "Kamu suruh menantu ummi untuk pulang sendiri?!"
"I--ya. Tadi Fauzan ada urusan sebentar."
"Urusan sama siapa?"
"Sama temen, ummi."
"Bisa-bisanya kamu suruh istri kamu pulang sendirian, kamu malah sibuk sama temen kamu. Mestinya kamu antar dulu Hanum-nya, bukan malah kamu suruh pulang sendiri. Astaghfirullah, Zan... Ummi dan Abi tidak pernah mengajarkan kamu seperti ini." Ummi Sekar tertunduk lemas, dirinya sungguh takut terjadi sesuatu pada Hanum.
Gus Fauzan berjongkok di depan ummi Sekar. "Ummi, maafkan Fauzan, Fauzan memang salah. Tapi Fauzan nggak tau bakalan terjadi hal seperti ini. Mungkin aja Hanum lagi jalan-jalan sama temennya ummi. Jadi ummi tenang dulu ya."
Ummi Sekar menggelengkan kepalanya. "Kalau dia mau jalan-jalan dulu, dia pasti pamit, Zan. Ummi takut terjadi sesuatu sama Hanum." Ucap ummi Sekar.
"Bisa jadi kan, ummi. Ummi jangan berpikiran buruk dulu. Mungkin saja Hanum pergi karena ingin jalan-jalan bersama dengan temannya. Atau dia pulang sebentar ke rumah orangtuanya. Mungkin dia rindu dengan bunda dan ayahnya." Ucap Gus Fauzan kalut, sungguh dirinya menjadi merasa bersalah jika sampai terjadi sesuatu dengan Hanum. Dirinya tadi bahkan sangat melindungi Arfira, sampai tidak mengijinkan gadis itu pulang sendiri karena takut ada bahaya, namun Gus Fauzan malah mengabaikan Hanum.
"Bantu ummi bangkit, Zan. Rasanya ummi lemas sekali. Ummi ingin menghubungi pak Ahmad."
Gus Fauzan mengangguk, lalu membantu ummi Sekar untuk bangun dengan secara perlahan. Dirinya jadi bingung mau mengatakan tentang Arfira pada keluarganya. Hanum tak pulang entah kemana saja, reaksi ummi sudah seperti ini, apalagi nanti saat Gus Fauzan menceritakan tentang keinginannya menikah lagi.
Gus Fauzan jadi bingung. Dirinya harus berbuat apa?
"Anatarkan ummi ke dalam"
"Iya ummi."
Gus Fauzan dengan perlahan menuntun tubuh sang ummi, membawanya masuk ke ndalem. Tiba di sana, Gus Fauzan langsung menuntun ummi Sekar untuk duduk di sofa ruangan itu.
"Loh ummi kenapa?" Tanya Ramiah panik, melihat keadaan umminya yang seperti ini. Ramiah bahkan berjongkok dan mengelus-elus ummi Sekar.
Gus Fauzan menoleh ke arah sang adik. "Ramiah, bisa ambilkan minum untuk ummi? Abang mau ambil ponsel ummi dulu." Kata Gus Fauzan, sebab dirinya juga tidak punya nomor mertuanya.
Ramiah mengangguk, tidak bertanya lagi namun dirinya langsung bergegas menuju ke dapur.
Gus Fauzan menoleh ke arah sang ummi, yang masih tampak lemas.
"Dimana ponsel ummi? Biar Fauzan ambil"
"Di dalam kamar."
Gus Fauzan langsung berjalan menuju ke kamar dan mengambilnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Gus Fauzan maupun Ramiah sudah ada di sana, mereka duduk saling berhadapan.
"Coba kamu hubungi pak Ahmad,"
Gus Fauzan menurut, lalu mengotak-atik ponsel milik ummi Sekar dan mencari nomor kontak pria itu. Tidylam dirinya telah mendapatkannya, langsung saja dirinya segera menghubungi pak Ahmad.
Dan tidak membutuhkan waktu lama, pak Ahmad segera menjawab panggilan itu.
"Assalamualaikum"
Terdengar suara pria itu seberang telpon sana, membuat jantung Gus Fauzan berdegup kencang dengan kekhawatiran yang menyeruak.
"Waalaikum salam, ekhm ayah. Ini Fauzan. Maaf telah mengganggu waktu ayah."
"Fauzan? Menantuku? Oh tidak masalah nak. Ada apa menghubungi ayah?"
Gus Fauzan melirik ummi Sekar, ummi Sekar juga menatapnya dan menyuruhnya untuk berbicara.
"Maaf ayah. Fauzan ingin bertanya, apakah Hanum ada di rumah ayah?" Tanya Gus Fauzan dengan suara pelan, dirinya takut jika Hanum memang tidak ada di sana.
"Tidak ada.. ayah baru saja pulang dari luar. Dan ayah sama sekali tidak melihat Hanum di rumah. Bibik juga tidak bilang kalau ada Hanum datang. Bunda kamu juga tidak tau." Sahut Ahmad, karena kebetulan bunda-nya Hanum ada di samping pria itu.
Gus Fauzan melebarkan matanya, kalau seperti ini dirinya jadi bingung kemana perginya sang istri. Apakah Hanum marah?
Tapi kenapa harus marah? Dirinya tidak berbuat salah apapun. Gus Fauzan merasa sama sekali tidak berbuat salah apapun.
"Memangnya Hanum kemana? Dia pergi kemana? Kenapa tidak bilang sama kamu?" Terdengar suara Ahmad dari sana lagi.
Gus Fauzan terhenyak. "Eh nggak ayah, astaghfirullah, Fauzan yang lupa. Tadi Hanum pamit pergi bersama salah satu ustadzah. Fauzan yang nggak biasa di tinggal Hanum jadi kayak begini. Maafkan Fauzan ayah, sudah mengganggu ayah." Ucap Gus Fauzan berbohong, membuat ummi Sekar melotot.
Terdengar helaan nafas lega, dirinya sudah takut putrinya berbuat macam-macam. "Ya ampun, manten baru ya."
Gus Fauzan meringis. "Kalau begitu, Fauzan tutup panggilan telponnya, ayah. Sekali lagi Fauzan minta maaf karena sudah mengganggu ayah. Assalamualaikum."
"Kamu ini seperti dengan siapa saja. Kamu sama sekali tidak menggangu nak. Ya sudah, waalaikum salam."
Setelah itu, panggilan terputus dan Gus Fauzan langsung di berondong pertanyaan oleh ummi Sekar.
"Kenapa kamu bilang gitu sama pak Ahmad?"
"Hanum nggak ada di sana kan? Astaghfirullah Fauzan..."
Ramiah mengelus lembut pundak ummi Sekar, dirinya tak tau menahu apa yang terjadi, namun Ramiah tetap tak mau ikut campur urusan rumah tangga abangnya.
Gau Fauzan meletakkan ponsel ummi Sekar di atas meja sana. "Fauzan akan cari, Hanum."
"Ya memang itu yang harus kamu lakukan, cari istri kamu, bukan hanya diam dan sibuk dengan teman kamu, sampai kamu melalaikan tugas kamu sebagai suami!" Pekik ummi Sekar marah..
"Ummi sabar, istighfar." Ucap Ramiah.
Ummi Sekar mengangguk, mengucapkan istighfar berulangkali. Rasanya marah sekali dengan anak laki-lakinya itu.
Sedangkan Gus Fauzan semakin di rundung rasa bersalah yang mendalam, apalagi saat melihat umminya yang marah besar.
"Kamu cari Hanum, jangan kembali kalau menantu ummi belum ketemu!" Terdengar terlalu kejam, namun Gus Fauzan harus di perlakukan seperti itu, supaya anaknya itu sadar dan lebih bertanggung jawab lagi..
Gus Fauzan menundukkan kepalanya, sambil menganggukkan kepalanya pelan.
*
Plak
"Berani kamu menikah dengan gadis itu, maka biarkan Abi mati dulu" desis kyai Al-Ghazali sambil menatap murka anaknya.
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!