Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?
Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 : Perkara Dengan Nailah Yang Membuat Sesuatu Hancur.
...19 : Perkara Dengan Nailah Yang Membuat Sesuatu Hancur....
Mobil berhenti di Masjid terdekat. Meera turun lebih dulu, disusul dengan Abhimana yang memarkirkan mobil. Setelah masuk ke pelataran depan batas wudu, mata Abhimana bertemu dengan Meera. Wanita itu pasti heran, tetapi peduli apa Abhimana? Ibadah adalah kegiatan yang dilakukan setiap muslim. Ingin dipandang bagaimana pun Abhimana terima.
Sesaat setelah maghrib dilaksanakan pun. Akhirnya waktu isya datang, Abhimana bermaksud juga untuk sekalian melaksanakan.
Meski jarang beribadah, dirinya bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa — mengenai dasar beragama. Berwudu, bacaan salat, surah pendek pun ia cukup tahu banyak.
Plink. Suara lembut dengan ponsel yang berkedip — menandakan ada notifikasi masuk. Abhimana yang baru saja berdiri, mengambil posisi minggir dipojok Masjid.
Bella? Jemarinya sigap membuka pesan itu.
Bella
Kamu sibuk banget.
Pesanku aja cuma di read, dibales aja enggak.
Seenggak penting itu ya aku di hidup kamu?
Kesalahan yang dilakukan Abhimana adalah membaca pesan. Sialnya, saat itu memang sibuk. Setelah melihat apa yang dikirim Bella, dirinya hanya melihat saja. Karena di dalam pikiran, ya … apapun yang dikenakan Bella akan cantik. Pendapatnya tidak terlalu penting.
^^^Gak gitu, Beb^^^
^^^Aku emang sibuk. Tapi kamu juga bilang lagi sibukkan?^^^
^^^Katamu lagi di Jakarta buat ngurus berkas. Jadi soal gaun itu, aku berpikir buat jawab nanti aja.^^^
^^^Tapi apapun yang kamu pilih itu bagus, Beb. Dikamu cantik semua. Aku setuju gaun apapun, selama kamu merasa nyaman.^^^
Untuk pertama kali, Abhimana harus long text pada wanita demi menjelaskan hal-hal sepele.
Ribet banget. Gini Lingga kok kayak bahagia banget ya nikah? Padahal … belum nikah aja, udah ada situasi kayak gini, batin Abhimana yang mulai sedikit ragu tentang pernikahan.
Ia menjadi ragu — akankah bisa ia menghadapi sifat dan perilaku kaum hawa ini nanti?
Bella
Kamu kalau bosen sama aku bilang aja, Bhi.
Bosan? Apa yang bosan? Baru sekali ia me-read pesan sudah dikatakan bosan?
^^^Enggak, Beb.^^^
^^^Aku kan udah bilang, aku sibuk.^^^
^^^Udah jangan ngambek, habis aku sampe Villa, kita video call ya?^^^
Bella
Gak mau.
Ya Tuhan, bisa gila!
^^^Terus kamu mau gimana?^^^
Bella
Pikir aja sendiri!
Angkat tangan sudah. Para wanita apa yang dikonsumsi mereka? Apa yang mereka mau juga?Selalu saja meminta pria-nya memikirkan hal, yang diri sendiri saja tidak memahami dan mengerti.
Rumit sekali. Bella memang memiliki banyak kelebihan. Tetapi sifat satu ini — berlebihan dengan sangat. Sedikit-sedikit ngambek.
Udahlah bodoh amat! Ponsel Abhimana dimasukkan kembali ke saku. Hujan sedikit reda. Ia keluar dari dalam Masjid dan berjalan ke parkiran. Nampaknya Meera belum keluar juga.
Menunggu sekitar lima belas menit. Mata Abhimana menangkap Meera yang sedang berjalan dengan payung.
Sebagai Tuan, ia berpikir untuk mengajaknya pulang bersama lagi. Ini namanya adalah pengertian, bukan perhatian. Biiip. Suara itu menangkap pendengar Meera. Hingga wanita itu menatap, Abhimana membuka jendela mobil.
“Masuk.”
Meera masih berdiri ditempat dan berkata, “Terimakasih, Tuan. Hujan sudah reda. Saya bisa pulang ke Villa menggunakan kendaraan lain saja.”
Ah, ribet. Semua cewek ribet. Nggak ngerti gue apa mau mereka, batin Abhimana kesal yang langsung melajukan mobil meninggalkan Meera.
Seminggu berlalu …
Lamaran yang ditolaknya dan bertemu tiba-tiba dengan Tuan Abhimana, adalah sesuatu hal yang Meera pikir tidak masuk akal. Tetapi kebetulan terjadi dimana saja.
Miss Ferdina pagi tadi memberitahukan setiap pelayan, bahwa akan terjadi makan malam besar keluarga Adiwangsa dan Widjaya Ismaya di Villa. Meera menjadi senang. Sepertinya ini menjadi tanda-tanda dipercepatnya pernikahan Tuan Abhimana dan Nona Arabella.
Alhamdulillah bentar lagi Villa ini bebas dari Tuan, batin Meera.
Chef Diq sudah menyiapkan hidang-hidangan spesial. Dan saat kedatangan keluarga Widjaya Ismaya, Meera melihat dengan bingung. Katanya makan-makan keluarga besar. Ini kok cuman Nona Arabella sama Kakaknya?
Bahkan pihak dari Adiwangsa yang datang adalah Tuan Abhimata dan Tuan Lingga saja. Tidak ada orangtua. Mengapa? Apa ada hal … aneh yang terjadi?
“Mau bicara formal atau non-formal, nih? Gue datang sebagai penengah aja — sebagai orang yang udah married.”
Ini terdengar, bukan karena menguping. Pelayan berdiri di sisi yang tidak jauh dari tempat makan malam mereka. Jadi termasuk Meera pun, pasti bisa mendengar percakapan Tuan dan Nona.
“Semuanya — yang kayak aku bilang ke Kak David, sebelum sampai ke sini.” Itu suara Nona Arabella.
Tetiba saja Tuan Abhimana menyahut, “Kamu punya mulut, Bel. Kenapa bukan kamu aja yang bicara?”
“Bhimana!”
Teguran terdengar dari Tuan Abhimata dan Tuan Lingga. Apa maksud dari ketegangan ini?
“Yaudah! Aku aja yang bicara.” Suara kesal dari Nona Arabella muncul, lagi. “Pernikahan itu apa? Pertunangan itu juga apa bagi kamu, Bhi?”
Tidak ada jawaban.
“Kamu aja yang bilang nggak ada hubungan apa-apa sama Nailah. Tapi izinin dia datang, masuk dan bahkan nginep di Apart kamu! Kamu gila, hah?! Kamu anggap aku ini apa?!"
Meera sudah tahu asal masalah ini datang dari mana.
“Emang nggak ada hubungan apa-apa. Aku kan udah bilang, Nailah itu teman perempuan — yang aku percaya. Dan aku nggak berpikir kamu orang lain dihidupku, kamu itu calon istriku,” jawab Tuan Abhimana.
Davidson Widjaya Ismaya — Kakak dari Nona Arabella menyahut, “Teman perempuan yang bisa lo percaya? Bro, lo ini udah tunangan, mau nikah juga. Dan lo. Dengan otak lo yang dangkal itu, mikir kalau pertemanan cewek dan cowok itu hal biasa? Emang udah gila lo ini! Nggak ada bedanya sama Kakak bajingan lo itu.”
Mungkin yang dimaksud Tuan David adalah Tuan Rajendra.
“Gue setuju sama David. Lo harus akui kalau lo itu salah,” sahut Tuan Lingga, juga.
“Okay. Gue salah. Dan sekarang …” Tuan Abhimana menjeda. “Mau kamu apa, Bel?”
Sampai sepuluh detik berlalu pun tidak ada jawaban dari Nona Arabella. Hingga Tuan David berkata, “Jawab, Bella. Apapun keputusan kamu, Kakak akan mendukung kamu. Kamu nggak perlu takut pandangan siapapun terhadap keluarga kita.”
“A-aku mau — pernikahan ini dibatalkan!”
Deg. Seluruh pelayan. Termasuk Meera dan beberapa pelayan sebaya saling bertatapan. Lika yang berada disamping berbisik, “Dibatalin …”
“Gara-gara Nailah si Influencer Jakarta itu,” sahut Ailin dengan pelan.
Tuan Lingga menjawab,“Bella, kamu nggak bisa memberikan kesempatan kedua untuk Abhimana?”
“Kesempatan kedua cuma berlaku sama orang waras aja,” ketus Tuan David. “Berdiri. Kita pulang, Bella.”
Langkah demi langkah melewati pintu. Meera yang berada di sisi paling dekat, dapat melihat kedua punggung orang itu telah menghilang. Bahkan Tuan Abhimana tidak menahan kepergian tunangannya, hanya Tuan Lingga yang berdiri.
Dan di sana masih ada Tuan Abhimata juga. Beliau yang dari tadi terdiam, kini mengambil suara. “Mending lo suruh Nailah datang. Ribet urusannya. Jadi bawa-bawa David kan si Bella Bella itu.”
“Emang Bellanya aja yang ribet. Kalau emang mau dibatalin pernikahan ini, yaudah batalin aja. Mumet gue. Lagian juga, gue nggak ngejamin bisa ngehandle perilaku si anak manja itu — yang dikit-dikit ngadu ke Kakaknya,” jawab Tuan Abhimana.
Semua telah pergi. Acara makan malam, sama dengan acara pembatalan pernikahan. Meera diminta oleh Bu Lara untuk membantu membereskan meja. Beberapa orang termasuk Lika, Ailin dan Risa masih bergosip tentang Sang Tuan.
“Saingan sih kayaknya.” Lika menjeda, untuk mengambil lap kain. “Denger-denger Nailah Syakilah sama Arabella ini. Kalau nggak salah pernah satu circle, terus entah gara-gara apa gitu — jadi musuhan.”
“Rebutan cowok kali,” sahut Risa.
Ailin yang baru datang bergabung dan berkata, “Atau kalau enggak, saingan ketenaran sih menurut aku. Kan Arabella sama Nailah pernah satu agensi. Terus katanya, di X itu. Aku sempet baca. Nailah lebih laku sering dilirik acara-acara besar sama dia lebih banyak dapat endorsement juga. Dan Arabellanya cemburu mungkin, ya? Jadi milih out dari agensi.”
Meera yang tidak tahu sama sekali berita-berita selebgram terkini hanya tercengang. Oh ternyata, orang-orang terkenal, orang-orang kaya. Orang-orang cantik. Bahkan juga mungkin, sekelas artis itu … saling bersaing, ya? Atau mungkin … merasa tersaingi satu sama lain? Batinnya.
...[tbc]...
1258 kata, Kak. Jangan lupa tekan like. Dukung MENGABDI terus ya! 🤍🤏🏻
btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭
pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅