"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Menyusup
Menghilangnya Arya membuat Shakila dan Zayyan menyewa detektif. Karena mereka tidak tahu sedikitpun tentang informasinya. Rupanya berita tentang Arya sudah menjadi buah bibir dikalangan para pencari informasi.
"Ayah, menurut Ayah hilangnya Papa Arya ada hubungannya dengan Mario, enggak?" tanya Shakila.
"Ya. Ayah juga curiganya seperti itu. Anak hasil hubungan gelap mantan istrinya tiba-tiba mengambil alih perusahaan. Siapa saja pasti akan langsung menaruh curiga," jawab Zayyan.
"Kalau begitu kita juga harus mencari informasi tentang Mario. Siapa tahu dia melakukan sesuatu kepada Papa Arya. Misal menyekapnya di suatu tempat," ujar gadis berjilbab instan berwarna hitam itu mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.
"Ayah akan meminta Bondan—detektif yang disewa—untuk mengikuti pergerakan Mario," balas Zayyan.
"Kalau bisa aku ingin melamar kembali ke perusahaan AW GRUP biar mudah mencari tahu dan memperhatikan gerak-gerik Mario," kata Shakila.
"Ayah tidak setuju. Itu terlalu berbahaya," tolak sang ayah.
"Aku bisa jaga diri, Yah," ucap Shakila merajuk.
"Biar ayah saja yang menyamar dan bekerja di sana," ujar Zayyan.
"Usia Ayah sudah berkepala empat. Memangnya akan diterima di sana?"
"Jangan remehkan kemampuan ayahmu ini." Zayyan tersenyum lebar penuh kebanggaan.
Ternyata benar, mudah bagi Zayyan masuk ke dalam perusahaan AW GRUP. Dia masuk ke divisi marketing karena memiliki kemampuan bicara yang baik dan bisa berkomunikasi lancar untuk merayu agen dan konsumen.
Shakila dibuat tidak percaya. Baginya itu hal mustahil.
"Mereka mencari karyawan karena kemampuannya tidak dilihat dari usia atau lulusan mana," ucap Zayyan setelah pulang dari perusahaan AW GRUP.
"Ayah harus bisa jaga diri. Terutama dari Mario dan Silvia," kata Shakila yang masih merasa khawatir.
"Tenang saja. Ayahmu ini adalah orang yang selalu berpikir panjang dan bisa memikirkan langkah apa yang harus dilakukan ke depan," balas laki-laki yang masih terlihat muda meski usianya sudah paruh baya.
***
Butik milik Shakila lumayan diminati oleh orang-orang. Dia baru memiliki dua rekan kerja, yaitu Husna dan Kamila. Ketiganya begitu kompak dalam mengelola toko batik itu. Rencananya, jika bulan depan pelanggan terus bertambah, akan menambah kembali karyawan.
"Selamat datang, apa ada yang perlu saya bantu?" tanya Husna kepada orang yang baru masuk ke dalam toko.
Lingga dan Kenzo yang sedang mengedarkan pandangannya, kini menoleh kepada Husna. Karyawan yang terlihat sopan dan ramah itu kembali menanyakan keperluan mereka.
"Kami butuh dua kemeja batik untuk menghadiri acara formal bersama pejabat negara," jawab Kenzo.
"Silakan sebelah sini!" ajak Husna ke ruang sebelah yang terpisah oleh dinding kaca. "Di sini ada banyak model kemeja pria."
Lingga dan Kenzo memilih baju sesuai dengan selera masing-masing. Ketika akan membayar, keduanya terkejut.
"Kamu?"
Lingga tidak menyangka akan bertemu dengan Shakila. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu.
"Sekarang kamu kerja di sini?" tanya Kenzo dan membuat Shakila menoleh kepadanya.
"Iya," jawab Shakila.
"Shakila, ada yang memesan kain batik untuk seragaman. Katanya untuk sekitar 200 orang, tapi ingin diambil besok. Bisa tidak?" Husna berteriak sambil berlari menuju Shakila.
Lingga dan Kenzo terbelalak ketika melihat Husna, begitu juga sebaliknya dengan gadis itu. Mereka jadi teringat dengan kejadian ketika liburan ke resort yang ada di kawah panas.
"Mau apa kalian ke sini?" tanya Husna galak dengan mata melotot.
"Tentu saja kita sedang belanja. Apa begini perlakuan kamu kepada pelanggan?" Kenzo yang biasanya tenang berubah sewot.
Baru saja Husna membuka mulut, Shakila menghentikannya. Dia memberi kode untuk diam dan jangan terprovokasi. Gadis itu pun memasang wajah cemberut.
"Apa hanya ini yang akan kalian beli? Mungkin membutuhkan yang lainnya?" tanya Shakila dengan ramah.
"Itu saja," jawab Lingga singkat.
Lingga memberikan kartu untuk melakukan transaksi pembayaran. Setelah itu mereka langsung pergi karena harus menghadiri suatu acara penting yang hampir terlupakan.
"Mereka itu laki-laki yang pernah kita temui di resort kawah air panaskan?" tanya Husna.
"Iya," jawab Shakila singkat.
"Yang kasih kartu itu orang yang kamu banting, kan?" tanya Husna untuk meyakinkan.
"Siapa yang dibanting sama kamu?" tanya Kamila yang baru saja bergabung.
"Pembeli barusan. Dulu dia tidak sengaja mencium pipi Shakila. Dia refleks menonjok mukanya, lalu membanting tubuh laki-laki itu dengan serangan cepat. Temannya yang satu lagi aku piting tangan ke belakang dan kakinya aku tekuk. Kita mengira mereka para pria mes*um yang suka mengincar gadis muda," jawab Husna menahan senyum. "Ternyata bukan. Kita salah paham."
"Siapa yang tidak akan marah tiba-tiba pipinya dicium." Shakila masih kesal kalau mengingat kejadian itu.
"Kok, bisa terjadi seperti itu? Gimana ceritanya?" Kamila sangat penasaran.
"Laki-laki itu—Lingga—menginjak es krim yang dijatuhkan sama anak pengunjung lainnya. Kebetulan kita lewat. Terjadilah insiden itu," jelas Husna. "Kayaknya selain mencium pipi, tangan dia juga menyentuh dada kamu—Shakila, ya?"
"Makanya aku kasih dua serangan sampai dia terkapar di lantai," balas Shakila dengan kesal.
"Tubuhmu jadi ternoda," goda Husna yang menyeringai nakal.
"Gara-gara kejadian itu kita jadi dibawa ke ruang manajer resort karena sudah membuat kegaduhan di sana," ucap Shakila.
"Akhirnya kita mendapatkan ganti rugi dengan sewa tempat gratis dan pelayanan nomor satu. Karena aku mengancam akan memviralkan kejadian itu ke media sosial. Padahal itu cuma gertakan saja," ungkap Husna.
Lalu, mereka tertawa terkekeh karena kejadian itu. Kamila jadi sering tertawa dan ikut bertingkah konyol ketika bersama Shakila dan Husna. Dia tidak merasa menyesal sudah resign dari perusahaan AW GRUP, meski gaji di sana lebih besar. Namun, kenyamanan dan kebahagiaan tidak bisa di sana, bisa dia dapatkan di sini.
***
Zayyan mengumpulkan segala informasi yang ada di dalam perusahaan AW GRUP. Para karyawan di sana banyak yang merasa tidak suka dengan gaya kepemimpinan Mario.
"Bagaimana, Ma? Apa sudah menemukan gadis yang wajahnya mirip dengan wanita itu?"
Langkah Zayyan langsung terhenti ketika mendengar suara Mario. Dia pun mencari keberadaan orang itu. Begitu melihat, dia langsung merekam lewat kamera ponselnya.
"Belum," jawab Miranda. "Apa kamu yakin kalau Silvia bukan anak kandung Arya?"
"Iya, Ma. Aku mendapatkan informasi itu dari sumber terpercaya."
"Oh. Apa karena itu Arya melakukan tes DNA beberapa bulan yang lalu. Kenapa baru sekarang dia melakukan hal itu?"
"Ya, mungkin karena dia bertemu dengan perempuan yang mirip istri sirinya itu. Makanya dia penasaran dan melakukan tes DNA kepada Silvia yang malah tidak mirip dirinya atau mantan istrinya."
"Arya, kan, sudah mati. Lalu, tidak ada kabar apa pun dari gadis itu. Apa hal ini menguntungkan bagi kita? Seharusnya kita fokus saja sama si Silvia."
"Aku takutnya papa dan gadis itu pernah bertemu dan membicarakan hubungan mereka. Maka untuk jaga-jaga kita juga harus menyingkirkannya."
Mendengar itu Zayyan langsung marah. Dia tidak akan membiarkan orang-orang mencelakai Shakila.
***