HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: The Revenge Plan – Balas Dendam Manis
Setelah satu bulan menjadi budak kebersihan, lima kembar itu akhirnya menemukan sedikit hiburan, mereka punya banyak insider info soal pesantren ini!
Mereka tahu dimana pembina suka ngopi, dimana para santri suka menyembunyikan jajanan ilegal, bahkan siapa yang sering kabur buat beli cilok di luar pagar.
Dan sekarang… mereka punya satu misi, balas dendam ke Bu Nyai!
Tapi bukan balas dendam yang jahat, mereka cuma mau kasih “kejutan” kecil buat bikin pesantren heboh.
Arumi mengumpulkan yang lain di kantin. "Gue dapet info dari anak kelas 12, kalau mikrofon di masjid itu sering kepake buat pengumuman dan bisa dipakai siapa aja kalo lagi kosong."
Ayesha langsung paham. "Dan lo mau arurang manfaatin itu?"
Arumi cengar-cengir. "Betul. Kita bakal kasih ‘pengumuman spesial’ buat pesantren tercinta ini!"
Dina yang ikut-ikutan dalam geng mereka sejak hukumannya juga antusias. "Sumpah, gue demen banget ide yang kayak gini!"
Aresha melipat tangan. "Gue suka nih. Tapi kita ngumumin apa?"
Abila senyum penuh arti. "Gue tau, serahin ke gue aja."
Malam itu, mereka menyelinap ke masjid saat semua orang sudah masuk kedalam kamar masing-masing. Masjid sepi. Hanya ada suara kipas angin yang berputar lambat.
Mereka berlima + Dina masuk ke ruang pengurus masjid, dimana mikrofon utama berada.
Arumi memegang mikrofon.
Dia batuk-batuk sedikit biar suara terdengar lebih dramatis, lalu menekan tombol ON.
Dan mulailah pengumuman akbar mereka:
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kepada seluruh santri di Al Ihsan, harap dengarkan pengumuman penting ini."
"Besok pagi, kita akan mengalami peristiwa langka, yaitu gerhana matahari! Oleh karena itu, semua santri diwajibkan memakai kacamata hitam saat apel pagi!"
Mereka ber enam, terkekeh geli menahan tawa.
Sekarang, Aresha yang gantian bicara.
"Dan buat santri yang mau ikut lomba siapa yang paling lama bisa diem tanpa ngomong selama sehari, silakan daftar ke kantor pengasuhan. Hadiahnya sangat spesial yaitu, libur ngaji satu hari!"
Mereka makin ngakak, tapi buru-buru menutup mikrofon saat ada suara langkah mendekat.
Mereka kabur balik ke kamar, sembari masih menahan ketawa sepanjang jalan.
Dan keesokan harinya…
HAMPIR SELURUH SANTRI DI AL IHSAN, MEMAKAI KACAMATA HITAM DI LAPANGAN!
Bahkan beberapa guru juga!
Bu Nyai sampe geleng-geleng kepala.
"Siapa yang bikin pengumuman ini?!" bentaknya.
Semua santri diem. Tidak ada yang mengaku.
Lima kembar dan Dina cuma berdiri di barisan sambil nahan ngakak sekuat tenaga.
Aurora nyenggol Arumi pelan. "Gila, ini prank terbaik sepanjang sejarah kita di Al Ihsan!"
Arumi cengar-cengir. "Bu Nyai pasti makin geregetan!"
Dan benar saja… beberapa hari kemudian, Bu Nyai mulai mencurigai mereka.
Tapi masalahnya, buktinya nggak ada.
Mereka akhirnya menang dalam balas dendam ini.
Dan pesantren? Tidak akan pernah lupa kejadian absurd itu.
___
Setelah sukses bikin satu pesantren pake kacamata hitam pas apel pagi, lima kembar belum puas. Mereka butuh kejutan yang lebih heboh.
Dan kali ini, targetnya adalah… asrama santri putri.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Semua santri sudah masuk kamar, lampu-lampu mulai dimatikan.
Di kamar 207, lima kembar dan Dina sudah siap dengan rencana mereka.
"Gimana, udah siap?" bisik Ayesha.
"Siap dong! Tinggal eksekusi," jawab Arumi sambil ketawa kecil.
Aurora angkat jempol. "Kita bikin sejarah di pesantren ini!"
Mereka semua menyelinap keluar kamar, pastikan gak ada pembina yang lagi patroli.
Dan di lorong asrama yang remang-remang, mereka mulai beraksi.
Aresha, yang udah siap pake mukena putih panjang dan rambutnya dibiarkan tergerai, mulai berjalan pelan-pelan di lorong asrama.
Langkahnya dibuat se sunyi mungkin.
Arumi dan Abila berdiri di sudut, siap merekam pake HP dalam mode silent.
Lalu...
"Huuu... huuuhhh...."
Suara lirih mulai terdengar dari mulut Aresha.
Pintu kamar 205 kebuka sedikit. Seorang santri kelas 10 mengintip dengan mata setengah ngantuk.
Dan begitu dia melihat sosok putih tinggi dengan rambut berantakan…
"AAAAAAKKKKK!!!!"
Santri itu langsung teriak sejadi-jadinya!
MEMBANGUNKAN SATU ASRAMA!
"ASTAGHFIRULLAH! HANTUUU!!!"
Tiba-tiba, semua pintu kamar kebuka.
Santri-santri keluar, ada yang bawa sajadah, ada yang langsung jongkok sambil baca ayat kursi.
Aurora dan Dina susah payah menahan ketawa.
Aresha masih berdiri diam di tengah lorong, nge-stay dalam "hantu mode on".
Beberapa santri mulai membaca doa se kencang-kencangnya.
"Bismillah, bismillah, ya Allah lindungi kami!"
Ada yang sudah siap lari ke kantor pengasuhan.
Arumi mulai panik. "Udahan, woy! Keburu ketahuan!"
Tapi sebelum mereka sempat bubar...
"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Bu Nyai tiba-tiba muncul!
Semuanya langsung membeku.
Aresha buru-buru nutup mukanya pake mukena.
Tapi terlambat…
Bu Nyai sudah curiga.
---
Besoknya, semua santri di apel kan pagi-pagi.
Bu Nyai berdiri di depan, matanya menyapu seluruh santri putri.
"Siapa yang bikin kerusuhan semalam?" tanyanya tegas.
Lima kembar dan Dina diem, berusaha pura-pura polos.
Tapi…
Tiba-tiba, salah satu santri maju ke depan.
"Bu, saya kira itu hantu beneran! Saya sampai nangis semalam, tapi setelah dipikir-pikir, ini malah bikin asrama lebih seru. Saya malah seneng!"
Bu Nyai melotot.
Tapi santri lain mulai setuju. Banyak yang ngakak inget kejadian semalam.
Dan akhirnya…
Bu Nyai cuma geleng-geleng kepala.
"Kalian ini... dasar bocah!"
Alih-alih dihukum, mereka malah diperbolehkan bikin acara "Malam Horor" resmi buat hiburan santri!
Lima kembar dan Dina saling pandang.
"Kita malah jadi event organizer, men!" bisik Arumi sambil ketawa.
Dan begitulah… prank mereka berubah jadi acara seru buat seluruh pesantren!
Tapi tentu saja… mereka nggak bakal berhenti sampai di sini. Masih banyak lagi keseruan mereka, yang dalam proses