Kisah seorang Janda Kaya masih muda yang di tinggal suaminya meningal karena Serangan Jantung bernama Moza Arisha Yasmeen, tapi sebelum suaminya meninggal memberi amanat supaya Ginjalnya untuk di donorkan kepada seorang mantan sopir setia keluarga besar suaminya. Moza terpaksa harus kuliah lagi demi menjalankan sebuah misi. Pertemuan Moza dan Arzan Adama Avi yang tak disengaja membuat Moza jatuh cinta untuk yang ke dua kalinya.
Perhatian dilarang keras plagiat karya orang lain, ini merupakan asli karya Chevia sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chevia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Jam 3 sore demam Moza sudah turun, dirinya bangun dan kaget melihat Luna yang sedang tertidur di kursi.
Moza terbangun karena mendengar deringan suara telfon ponsel milik Luna. Kemudian Luna juga terbangun dari tidurnya.
"Nyonya, Anda sudah bangun" ucap Luna sambil melangkah mendekati Moza.
"Angkat dulu telfonnya, Lun."
Luna mengrenyitkan dahinya "Dari Arzan, Nyonya."
"Matikan saja ponselmu" seru Moza sambil meraih Ponselnya kemudian menonaktifkan ponsel miliknya juga. "Semingu kedepannya kita tinggal di rumah utama dulu. Aku butuh waktu untuk menyendiri"
"Bagaimana dengan kuliah anda, Nyonya?"
"Nanti akan di urus Farid, kita pulang sekarang"
Kemudian Luna segera beberes, dengan segera dirinya siap mengantarkan Moza pulang menuju rumah Utama.
20 menit kemudian Moza sampai di rumahnya. Segera dia menuju kamarnya.
"Bruuuk" Moza merobohkan tubuhnya di atas ranjangnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Bulir-bulir bening pun kembali menetes di pelupuk matanya.
"Mas Irsyad.... Aku minta maaf"
Sementara Luna di balik pintu luar kamar Moza terlihat sangat ragu-ragu untuk mengetuk pintu. Setelah mengumpulkan niat selama 15 menit akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
"Tok..tok..tok" suara ketukan dari pintu luar yang menyadarkan lamun Moza dan segera menyeka kedua matanya.
"Masuk" ucap Moza pelan. Kemudian Luna membuka pintu dan menghampiri Moza yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Nyonya, saya sudah menyuruh Bi Atik mengantarkan makanan ke sini" ucap Luna pelan.
"Saya tidak selera makan" sahut Moza.
"Nyonya! Anda boleh menyiksa diri anda sendiri kalau anda tidak sedang mengandung. Apa anda tidak mengkhawatirkan tentang bayi anda, gizi dan pola makan anda tetap harus di jaga." ucap Luna dengan tegas. Moza pun merenungi apa yang barusan Luna katakan. Benar apa kata Luna, dirinya tidak boleh lemah juga jangan sampai anak yang masih di dalam kandungannya kenapa-kenapa.
"Kamu benar, Lun" sambil mengelus-elus perutnya Moza berkata kepada janin yang ada pada perutnya.
"Mama minta maaf sayang, mama janji ini terakhir kalinya mama bersedih, mama sayang kamu nak.. karena nanti kamu yang bakalan menjaga mama selepas kepergian papa" ucap Moza lirih sambil mengelus perutnya.
Kemudian datang bi Atik membawakan sup sarang burung walet kemudian menaruhnya di atas nakas.
"Tumben bi Atik bikin sup sarang burung walet" tanya Moza.
"Non Luna tadi pagi berpesan supaya segera membuat sup buat Nyonya" jawab bi Atik kemudian berpamitan menuju ke dapur kembali.
"Ka, Luna kemarin di telfon sama dokter Frans. Katanya harus rutin makan sup sarang burung walet. Secara nutrisi sarang burung walet memberikan protein, karbohidrat, zat besi dan serat. Kandungan mineral seperti natrium, kalium,dan kalsium juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Mengonsumsi sarang burung walet selama masa kehamilan sangat bermanfaat terutama untuk otak bayi. Selain meningkatkan kekebalan tubuh, mineral yang ada pada sarang burung walet juga bisa meningkatkan nafsu makan selama kehamilan." ucap Luna panjang lebar sudah mirip sekali seperti seorang dokter yang sedang menerangkan kepada pasiennya.
"Udah mirip Frans aja kamu, Lun." ledek Moza sambil meninju pelan bahu Luna. Sementara Luna hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
Sementara itu, Arzan yang baru saja sampai di rumah kecil Moza sedang mengetuk pintu untuk yang kesekian kalinya. Tak ada jawaban dan dirinya merasa memang benar tidak ada orang di dalam rumah.
"Apa mungkin Moza masih di Hotel JM" gumam Arzan dalam hati. Kemudian meraih ponsel di saku jaketnya. Menghubungi nomor Moza ternyata masih seperti tadi pagi, tidak aktif. Kemudian menghubungi nomor Luna dan ternyata nomor Luna sudah aktif. Tapi setelah tiga kali mencoba menghubungi nomor Luna tidak di angkat sama sekali. "Huuuuuuff" seru Arzan menghelai nafas. Dirinya duduk di kursi yang berada di teras rumah Moza. Arzan menunggu hingga dirinya ketiduran.
Luna yang baru saja masuk ke kamarnya segera meraih ponselnya.
3 misscaled from Arzan
"Ngapain juga dia nelfon terus! haiih masa bodo ah" gumam Luna, kemudian meraih kunci mobil dan melangkah menuju garasi. Dengan segera Luna mengendarai mobilnya menuju rumah kecil Moza.
20 menit Luna sampai, dirinya terkejut melihat sosok Arzan yang sedang tidur terlelap di kursi teras. Tak pikir lama dirinya segera membangunkan Arzan.
"Arzan bangun!" beberapa kali dirinya membangunkan Arzan kemudian Arzan mengucek matanya.
"Lu na! dimana Moza!" seru Arzan sambil mengedarkan pandanganya ke arah depan rumah.
"Kak Moza sementara tidak tinggal di sini untuk beberapa hari, dia butuh waktu untuk menyendiri." sahut Luna dengan mimik wajah datar, padahal di dalam hatinya bergumam "Duuh, semoga boongnya ngga ketahuan"
"Tapi aku ingin mengetahui keadaan Moza sekarang Lun!" seru Arzan sambil mengguncang kedua bahu Luna dengan kedua tangannya.
"Plaaaaak" suara tamparan keras mendarat di pipi kanan Arzan. Bibir Arzan pun mengeluarkan sedikit darah.
"Jawab jujur Arzan! Apa yang terjadi semalam!!" seru Luna dengan kedua tangannya yang mengepal.
"Aku tau aku salah, Lun. Tapi kejadian semalam itu karena kecelakaan, aku dan Moza di jebak sama Belvina! Aku dan Moza meminum minuman yang sudah di campurkan obat perangsang, niatnya itu untuk Moza dan Akhsan. Akhsan tau kondisi tubuhku dan juga Moza saat itu sudah di luar kendali, aku sudah mengungkapkan perasaanku sama Moza dan dia menerimaku. Akhsan yang tidak mau melihat keadaan tubuh kami yang tersiksa segera memesan kamar. Tapi aku sudah berusaha menghindar tapi ketika Moza sadar dirinya merangkul ku sambil mengucapkan 'sayang kamu sudah pulang' aku kira itu ucapan untukku. Tapi mungkin dia masih memikirkan mantan kekasihnya, dan mungkin pada malam itu dia menganggap ku sebagai mantan kekasih"
"Plaaaak" suara tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan Arzan lagi.
"Ka Moza tidak serendah itu!!!" ucap Luna yang semakin emosi.
"Ta pi memang di saat kita bangun, dia bertanya kepadaku. Apa ini yang pertama untukku, aku menjawab iya. Karena memang itu yang pertama buatku. Sedangkan dia berkata ini bukan yang pertama baginya." ucap Arzan berkata jujur.
Luna melihat kejujuran di mata Arzan. Kemudian dirinya segera membuka pintu rumah, menuju dapur mengambil segelas air dan kantung plastik berisi es batu.
"Minum dulu, kompres pipimu. Maaf tadi aku sangat emosi." ucap Luna pelan.
"Kondisi Moza gimana, Lun?"
"Ka Moza baik. Asal kamu tau, ka Moza adalah wanita terhormat. Aku akui memang benar kejadian semalam antara kamu dan Ka Moza memang bagi ka Moza bukanlah yang pertama. Karena sebelumnya Ka Moza sudah pernah menikah. Tapi suaminya..." belum selesai dirinya bicara segera mengakhiri kalimatnya. " Intinya aku hanya bisa memberi tahu itu tidak bisa lebih lagi"
"Ja di... Moza sudah pernah menikah" tanya Arzan.
"Ya, tapi Ka Moza sudah berpisah dari suaminya" jawab Luna dengan raut wajah yang memancarkan kesedihan.
"Lun, aku mau menikahi Moza! aku mencintai Moza!"
"Kamu yang sabar, suatu saat pasti Ka Moza menerimamu sebagai calon suaminya. Hanya saja waktunya belum siap."
Arzan terdiam, ternyata dibalik senyumnya Moza tersimpan luka yang tidak di ketahui oleh dirinya.
"Kalau begitu aku pamit dulu ya, Lun"
"Oke, aku juga lelah. selamat malam" jawab Luna sambil masuk kedalam rumah dan mengunci pintu.
Dengan segera Luna meraih ponselnya dan menelfon rumah utama.
"Hallo pak Ali, tolong sampaikan kepada Nyonya Moza. Saya menginap di rumah dekat bu Puspa."
Kemudian Luna menyintip di tirai kaca, ternyata Arzan sudah pulang.
"Aku harus menginap di sini, takutnya Arzan menunggu di suatu tempat dan membuntutiku" gumam Luna dalam hati.
.
.
.
.
Jangan lupa like dan tinggalin komentar kalian ya 😊