Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 8_Dua Garis Merah dan Sebuah Tawaran Gila
Udara dingin kamar kos sempit itu terasa menusuk, seolah mencerminkan rasa dingin yang menjalar di sekujur tubuh Kirana. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, pandangannya terpaku pada alat tes kehamilan yang tergeletak di wastafel.
Kirana menutup mata, berharap saat ia membukanya, dua garis merah yang tercetak di benda putih itu akan menghilang.
Ia membuka mata. Dua garis itu masih di sana. Jelas. Tidak terbantahkan.
Positif.
Tangannya gemetar hebat. Ia menjatuhkan alat itu ke lantai. Suara benturannya bergema di kamar sunyi itu, layaknya palu godam yang menghantam seluruh pertahanannya.
Ia hamil. Hamil anak dari pria yang hanya ia temui sekali, seorang pria yang menganggapnya sebagai pelacur murahan, seorang pria yang tak lain adalah Arjuna Mahesa, CEO-nya.
Rasa panik, marah, dan putus asa bercampur menjadi satu. Bagaimana mungkin ini terjadi? Setelah semua perjuangannya, setelah ia berhasil keluar dari rumah ibu tirinya, kini ia harus menghadapi kenyataan yang jauh lebih berat.
Ia seorang diri. Tidak punya uang. Dan membawa benih dari pria yang mengancam akan menghancurkan karirnya.
Aku tidak bisa memberitahunya.
Jika Arjuna tahu, Kirana yakin pria itu akan memaksanya untuk melakukan hal yang mengerikan, atau memberinya uang tutup mulut dalam jumlah besar, sebuah penghinaan yang lebih besar daripada uang yang ia temukan di nakas. Arjuna telah memperjelas bahwa ia ingin melupakan malam itu.
Namun, ia juga tidak bisa membesarkan anak ini sendirian, apalagi dalam kondisi keuangan yang sangat terbatas. Ia meremas syal di lehernya. Ia harus mengambil keputusan.
Kirana berusaha menenangkan napasnya. Ia memutuskan untuk merahasiakannya, setidaknya untuk saat ini. Ia akan bekerja keras, menabung, dan mungkin mencari pekerjaan lain setelah perutnya mulai membesar. Ia akan berjuang demi anak ini, seperti ia berjuang demi kehidupannya sendiri.
Dengan mata berkaca-kaca, ia mengambil keputusan bahwa Arjuna Mahesa tidak akan pernah tahu tentang kehamilan ini.
Ia segera bersiap, mencoba menyembunyikan badai emosi di balik senyum palsu. Ia harus pergi bekerja. Hari ini, ia harus menjadi karyawan yang paling bersemangat, paling profesional.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kenyataan pahit, Arjuna Mahesa sedang duduk di ruang kerjanya, mendiskusikan rencana yang ia anggap brilian dengan Bayu.
"Jadi, Bapak serius ingin melakukan ini?" tanya Bayu, matanya melebar tak percaya.
"Sangat serius, Bayu. Ini adalah solusi paling logis dan efisien untuk masalahku," jawab Arjuna, suaranya tenang, seolah-olah ia sedang membahas investasi properti.
Masalah yang dimaksud Arjuna adalah: Tekanan dari orang tuanya untuk segera menikah.
Arjuna tidak bisa menikah dengan Bianca Chandra wanita yang diinginkan orang tuanya karena itu berarti ia harus mengalihkan fokusnya dari perusahaan. Ia membutuhkan istri fiktif, istri yang bisa ia kontrak, yang bisa menghentikan tekanan orang tuanya tanpa menuntut waktu atau perasaannya.
"Dan Bapak memilih Nona Kirana Aulia? Asisten Marketing Junior itu?" tanya Bayu, masih tidak bisa mencerna.
"Ya. Analisisku menunjukkan, dia adalah kandidat yang paling ideal," jelas Arjuna, memutar pulpen di tangannya.
"Ideal? Kenapa, Pak?"
Arjuna melirik tajam ke arah Bayu.
"Pertama, dia punya latar belakang keluarga yang membuatnya desperate untuk uang, seperti yang tertera di file HRD. Kedua, dia terlihat rapuh dan mudah dikendalikan. Ketiga, yang paling penting," Arjuna berhenti, jeda untuk memberi efek.
"Kami sudah berbagi 'masa lalu' yang sensitif. Itu memberiku pengaruh besar untuk memastikan dia bungkam dan patuh pada kontrak."
Bayu menunduk. Ia mengerti. Arjuna memanfaatkan kelemahan dan rahasia Kirana untuk keuntungannya sendiri. Itu adalah langkah bisnis yang kejam, namun jenius.
"Lalu, apa rencana Bapak?"
"Aku akan menawarkan padanya sebuah Kontrak Pernikahan," kata Arjuna, nadanya dingin dan pasti.
"Kontrak yang mengikatnya untuk menjadi istriku selama satu tahun. Imbalannya: jumlah uang yang ia butuhkan untuk hidup mandiri dan membiayai studinya. Tentu saja, pernikahan ini hanya di atas kertas. Dia akan tinggal di rumah yang terpisah dari kamar saya, dan tidak ada urusan pribadi. Begitu kontrak selesai, kami bercerai tanpa komplikasi."
"Dan orang tua Bapak?"
"Orang tuaku hanya butuh status. Mereka butuh menantu. Kirana akan mengisi peran itu dengan sempurna. Dia cantik, cerdas di kantor, dan tidak akan menuntut cinta. Begitu masa kontrak selesai, aku akan beralasan kami tidak cocok dan bercerai secara baik-baik," jelas Arjuna.
"Bagaimana jika dia menolak?"
Arjuna menyeringai tipis.
"Dia tidak akan menolak. Aku punya rahasia yang membuatnya tidak punya pilihan. Selain itu, tawaran yang akan kuberikan sangat besar. Lebih besar dari gaji sepuluh tahunnya di sini."
Arjuna mengeluarkan sebuah amplop tebal yang berisi draf perjanjian.
"Panggil dia, Bayu. Beri alasan bahwa ada tugas khusus yang harus ia kerjakan setelah jam kantor. Tapi kali ini, jangan di kantorku. Ajak dia bertemu di sebuah kafe tersembunyi. Aku tidak ingin ada mata-mata yang melihatnya masuk ke ruangan ini lagi."
"Baik, Pak. Saya akan segera menghubungi Nona Aulia."
Di meja kerjanya, Kirana mencoba berkonsentrasi pada laporan. Namun, rasa mual dan kelelahan membuatnya sulit fokus. Ponsel kantornya berdering. Itu adalah Bayu.
"Nona Aulia, ini Bayu. Pak Arjuna memiliki tugas yang sangat rahasia dan mendesak untukmu. Ini proyek yang sangat penting. Bisakah kamu bertemu dengan Pak Arjuna setelah jam kantor, di luar kantor?"
Jantung Kirana berdebar kencang. Ia ingin menolak. Ia ingin berteriak bahwa ia tidak mau lagi bertemu pria itu. Tetapi Bayu menyebut 'tugas rahasia', 'mendesak', dan 'penting'. Ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan nilainya dan mendapatkan kenaikan gaji, uang yang sangat ia butuhkan untuk menyambut bayinya.
Atau, ini adalah jebakan.
"Baik, Pak Bayu. Di mana dan jam berapa?" tanya Kirana, suaranya terdengar profesional.
"Di Kafe L'Avenue, sudut jalan Merdeka. Pukul 19:30. Jangan terlambat."
Kirana memegang dadanya. Ia tahu, setelah pertemuan ini, ia mungkin akan keluar dengan posisi baru, atau sebaliknya, selembar surat pemecatan. Ia tidak tahu, ia akan keluar dengan nasib yang jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan.
Pukul 19:30. Kirana duduk di kafe yang elegan itu, menunggu. Ia melihat Arjuna Mahesa masuk. Pria itu kali ini tidak mengenakan jas, hanya sweater cashmere mahal, membuatnya terlihat lebih lembut, namun aura berkuasanya tetap terpancar.
Arjuna duduk di hadapan Kirana, meletakkan amplop tebal di atas meja.
"Nona Aulia. Saya tidak akan bertele-tele. Ini bukan pertemuan pekerjaan. Ini adalah penawaran."
Kirana menatap amplop itu dengan curiga. "Penawaran apa, Pak?"
Arjuna mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya menusuk Kirana hingga ke jiwa.
"Aku akan memberimu semua yang kamu butuhkan. Keamanan, uang, dan kebebasan dari tekanan hidupmu saat ini."
Ia mengetuk amplop itu.
"Sebagai imbalannya," katanya, suaranya sangat rendah dan mengancam.
"Kamu harus menikahiku."
Kirana terperangah. Mata lebarnya memancarkan keterkejutan, ketakutan, dan kebingungan.
"Menikah, Pak?" bisiknya, hampir tidak percaya.
"Ya. Secara kontrak. Selama satu tahun. Kamu akan menjadi Istri CEO. Dan kamu akan melupakan bahwa kita pernah bertemu di bar. Apakah kamu menerima tawaran gila ini, Nona Aulia?"
Di dalam tasnya, Kirana bisa merasakan dinginnya alat tes kehamilan itu. Di depannya, adalah pria yang menawarkan jalan keluar dari kemiskinannya. Ia menyadari, namun dia juga takut jika arjuna tahu dia hamil kemudian menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti