Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Kekuasaan Lucas
Hazel tersadar akan janji Lucas untuk memanggilkan dokter. Ia segera meraih ponsel dan mencoba menghubungi Lucas untuk memastikan, tetapi panggilannya tak terjawab. Hazel merasa cemas, namun berusaha tetap tenang. Mungkin dokter masih dalam perjalanan, pikirnya.
Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi. Seorang ART datang ke kamarnya untuk menginformasikan bahwa dokter telah tiba dan sedang menunggu di ruang tamu. Hazel merasa lelah untuk berjalan ke ruang tamu, sehingga ia meminta ART-nya, Rara, untuk mengantar dokter langsung ke kamarnya. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk dengan pelan.
“Silakan masuk,” ucap Hazel, suaranya masih lemah.
Pintu terbuka, dan Rara masuk mendahului seorang pria paruh baya dengan senyum ramah dan penampilan profesional yang mengenakan jas dokter. Pria itu membawa tas medis kecil di tangannya.
“Selamat siang, Nyonya Hazel,” sapa dokter itu dengan nada tenang. “Nama saya Dokter Armand. Tuan Lucas meminta saya datang untuk memastikan kondisi kesehatan Anda.”
Hazel membalas sapaan dokter itu dengan anggukan, sambil mencoba tersenyum walau masih merasa lelah. Rara mendekat dan membantu Hazel duduk dengan nyaman di tepi tempat tidur.
“Terima kasih, Rara,” kata Hazel. “Dokter, saya merasa kepala saya berat sejak pagi, dan rasanya sangat pusing,” lanjutnya pelan.
Dokter Armand mengangguk, memahami keluhan Hazel. “Saya akan memeriksa Anda dulu, Nyonya. Jangan khawatir, ini mungkin hanya kelelahan.”
Dengan tenang, Dokter Armand membuka tas medisnya dan mulai melakukan pemeriksaan, sementara Rara tetap berada di kamar untuk membantu jika dibutuhkan. Ia memeriksa tekanan darah Hazel, memantau detak jantung, dan memastikan bahwa tidak ada gejala serius lainnya.
“Dari pemeriksaan saya, ini mungkin disebabkan oleh kelelahan, Nyonya Hazel. Anda hanya butuh istirahat yang cukup dan asupan cairan yang lebih banyak. Terutama stres Anda sangat berlebihan, alangkah lebih baiknya jika ada masalah untuk bisa diceritakan kepada orang yang Nyonya percayai, contohnya suami Nyonya sendiri yaitu Tuan Lucas.
Saya sangat mengenal Tuan Lucas, sejak Tuan Lucas kecil, saya adalah satu-satunya dokter yang beliau percaya. Dan saya sangat mengenal Tuan Lucas, dari caranya berbicara pada saya mengenai Anda, beliau menunjukkan begitu khawatir dan menyayangi Anda, Nyonya Hazel” tuturnya sangat lembut, Hazel melihatnya hanya terdiam untuk meyakinkan perasaannya, apakah yang dikatakan dokter Armand semuanya benar?.
“Akan saya berikan resep vitamin dan obat pereda sakit kepala untuk membantu Anda merasa lebih baik,” jelas Dokter Armand sambil mencatat beberapa hal.
Hazel menghela napas lega, merasa sedikit tenang dengan penjelasan itu. “Terima kasih, Dokter.”
“Kalau begitu, saya akan menuliskan resepnya,” tambah Dokter Armand, menutup tas medisnya dan menyerahkan resep itu kepada Rara untuk diambilkan dari apotek.
Setelah dokter berpamitan, Hazel merasa sedikit lebih tenang. Rara membantu merapikan selimut Hazel kembali dan berkata dengan lembut, “Istirahatlah, Nyonya. Semua akan baik-baik saja.”
...****************...
Di lain tempat, Lucas dengan wajah yang terlihat kejam berjalan menuju restoran untuk bertemu dengan seorang pria ditemani oleh Leo yang selalu mendampinginya.
”Selamat siang Tuan Lucas” pria tersebut tersenyum senang dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Lucas. Lucas membalasnya tetapi tidak menjawab sapaan tersebut.
Pria itu sedikit canggung akan sikap dingin Lucas, sedangkan Leo yang melihat hanya diam. Pria tersebut adalah John, mantan kekasih Hazel yang telah menyakiti sekaligus meninggalkan Hazel kala itu.
Kali ini, Lucas ingin memberi pelajaran pada pria itu dengan cara membatalkan kerjasamanya untuk menjadi partner bisnis di perusahaan tempat John bekerja, padahal sebelumnya John sangat senang, karena susah payah ia mendapatkan partner dan saat mendapatkannya langsung perusahaan minuman terkemuka di Indonesia. Untuk itu, Lucas sangat merasa senang.
Lucas menatap John dengan senyum tipis, tatapan matanya dingin dan tajam. Di seberangnya, John terlihat canggung, tidak menyangka ada suasana yang begitu tegang dalam pertemuan bisnis ini. Leo, yang berada di samping Lucas, hanya mengamati situasi dengan sikap tenang tanpa berniat mencampuri.
Sembari menyandarkan punggungnya di kursi, Lucas bertanya pada John "Jadi, John, kerjasama ini tampaknya sangat berarti bagimu, ya?"
John mencoba tersenyum meskipun ragu “Ya, tentu saja. Ini adalah kesempatan besar, dan kami benar-benar menghargai dukungan dari perusahaan Anda, tuan Lucas."
Lucas: memandang John dengan sinis “Kesempatan besar, ya? Hmm... Itu sebabnya aku ingin memastikan partner bisnis yang kupilih adalah orang yang dapat dipercaya, yang tidak gampang meninggalkan tanggung jawab hanya karena keadaan tidak sesuai keinginannya."
John tampak sedikit bingung, tidak sepenuhnya mengerti arah pembicaraan Lucas.
“Tentu saja, tuan Lucas. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kepercayaan ini. Kami sudah menyiapkan semua rencana, dan saya bisa pastikan Anda tidak akan kecewa."
Lucas tersenyum, tapi senyumnya tidak menunjukkan tanda-tanda persetujuan. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap John dengan tatapan yang membuat suasana semakin tidak nyaman.
“Menjaga kepercayaan, ya? Lucu sekali. Apakah kau tahu berapa banyak orang yang pernah berkata seperti itu padaku, lalu mereka justru melakukan hal sebaliknya?" Tanya Lucas dengan nada meremeh.
John terdiam, merasa ada yang tidak beres. Ia mencoba mengatur napas, tapi sorot mata Lucas membuatnya sulit untuk merasa tenang “Aku tidak suka bekerja dengan orang yang mudah berkhianat atau yang pikirannya mudah berubah. Sayangnya, aku mendapat banyak laporan tentang bagaimana cara kerjamu yang... kurang konsisten."
John terlihat terkejut "Laporan? Tuan Lucas, saya... saya tidak tahu apa yang Anda maksud."
“Ah, tentu kau tidak tahu. Kau tidak pernah peduli dengan konsekuensi dari tindakanmu, bukan? Tapi di dunia bisnis, John, setiap keputusan yang kita buat meninggalkan jejak. Dan jika jejak itu mencurigakan atau tidak bisa dipercaya, kerjasama kita akan jadi taruhannya." Jawab Lucas dengan mudah.
John semakin gugup, merasa posisinya terancam.
John: "Lucas, saya mohon, beri saya kesempatan. Ini sangat penting bagi perusahaan kami. Kami membutuhkan kerjasama ini."
Lucas tertawa kecil, dengan nada mengejek sembari menaikkan salah satu kakinya ke pahanya sebagai penyangga “Oh, sekarang kau mulai memohon? Menarik. Padahal sebelumnya kau tampak begitu yakin, begitu percaya diri. Tapi sayangnya, aku tidak tertarik bekerja dengan orang yang hanya bisa mengemis kesempatan."
John terlihat semakin panik “tuan Lucas, tolong, ini bukan sekadar proyek bagi kami. Kami sudah mengerahkan seluruh tenaga dan usaha untuk mencapai tahap ini. Jika kerjasama ini gagal, dampaknya akan sangat besar."
Lucas menjawab dengan dingin “Itu masalahmu, bukan masalahku. Kau yang membuat pilihan untuk bersikap seperti ini, John. Aku hanya menilai dari apa yang kulihat."
Lucas berdiri, mengakhiri pertemuan itu dengan nada yang tajam dan penuh ancaman.
“Sampaikan salamku pada atasanmu. Katakan bahwa kerjasama ini batal. Mungkin lain kali, jika kau ingin membangun hubungan bisnis, pastikan sikap dan tindakanmu konsisten dengan ucapanmu." Tambahnya hingga tidak bisa membuat John berkutik.
John terdiam, tak mampu lagi berdebat atau membela diri. Lucas telah menutup pintu peluang itu, meninggalkan John dalam kebingungan dan kepanikan. Sementara Leo hanya tersenyum tipis, menyadari bahwa Lucas adalah sosok yang tak mudah memaafkan orang yang pernah mengecewakannya. Lebih tepatnya mengecewakan orang yang sangat penting dalam hidupnya yaitu Hazel.