Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Udah Selesai, Kamu Tenang Aja
Kinan berkaca sebentar mengecek apa penampilannya udah ok atau masih kurang?
"Tidak ada, aku cantik." Bergumam dengan genitnya berputar-putar sedikit untuk memaksimalkan kebahagiaannya.
Di rasa cukup, Kinan menyambar tas selempang yang sedari di beli belum pernah di pakai. Mau kemana memangnya selama ini hanya berdiam diri di rumah tanpa pergi ke luar.
"Astaghfirullah, Bunda," Kinan terkejut melihat ada ibu mertuanya berdiri di ambang pintu.
Bu Tari tersenyum melihat Kinan. "Kinan."
"Kenapa ga masuk Bun, Kinan-
Kembali Bu Tari mendorong Kinan untuk masuk kedalam kamar dan menutupnya, Sontak Kinan terkejut melihat tingkah ibu mertuanya.
"Kenapa Bun? Kenapa Kinan di bawa masuk lagi?" tanya Kinan penasaran.
Bu Tari mengajak Kinan duduk. "Sebentar ya."
"Tapi A Daniel pasti nungguin Kinan." Kinan nampak sedih mengingat Daniel pasti menunggunya.
"Ga akan, bunda jamin." Bu Tari mengangguk meminta Kinan untuk tenang.
Ada apa ya, Kok bunda bersikap aneh? Sebenarnya siapa yang datang sampai aku ga boleh ke luar.
Batin Kinan bertanya. semakin curiga melihat tingkah sang bunda yang nampak cemas. Lamanya hening Kinan seperti mengingat sesuatu. Ragu melirik Bu Tari.
"Ada Sarah ya Bun?"
Mata Bu Tari membulat dan melirik Kinan tak percaya.
"Kinan ga papa kok Bun." Seru Kinan lembut. adanya Sarah bukan hal yang besar bagi Kinan, dirinya bahkan baru menjadi istri Daniel laki-laki yang bahkan belum pernah di bayangkan menjadi suaminya.
"Kinan mau tunggu di sini aja, biarin A Daniel sama Sarah. Mungkin ada yang mau Sarah sampein ke A Daniel." Kinan menunduk sembari merapatkan tubuhnya.
Melihat tingkah Kinan, Bu Tari tersenyum, tidak nampak rasa cemburu atau marah di wajah menantunya itu.
"Bunda temenin ya?"
Kinan hanya memberi respon anggukan kepala.
.
Daniel menghela napas berat ketika Sarah nampak di matanya. Gadis yang selama ini menjadi pujaan hatinya tengah duduk seorang diri dengan derai air mata.
Sarah segera bangkit ketika melihat Daniel.
"Daniel," Sarah memanggil Daniel dengan suara lembut, lelaki yang di cintai masih terlihat sama, tampan luar biasa membuat jantung Sarah tak karuan.
Daniel berusaha acuh sejujurnya hatinya masih menyimpan perasaan kecewa melihat Sarah lagi dirinya merasa muak.
"Mau ngapain lagi kamu datang ke sini?" Seru Daniel ketus.
"Kamu-
"Ikut aku keluar!" Daniel melenggang pergi dengan angkuh meninggalkan Sarah yang mematung.
"Kamu dingin sekali sama aku." Sarah segera bangkit dan mengikuti Daniel keluar rumah.
"Daniel, kamu bahkan belum denger penjelasan aku." Sarah berdiri di belakang Daniel yang mana menghadap taman menatap asal pemandangan taman yang hijau lagi menyegarkan. Tapi Daniel tidak terlalu menikmati sejuknya udara kehadiran Sarah adalah penyebabnya.
"Kata Tante kamu sudah nikah? Kamu tega,"
Daniel bergegas berbalik menatap Sarah tajam. "Tega, kamu bilang aku tega, apa kabar sama kamu, kamu sudah mengkhianati aku berselingkuh sama temanku sendiri. Ga pantes kamu bilang kalau di sini aku yang tega."
Sarah menggelengkan kepala cepat, segera menarik tangan Daniel yang begitu di rindukan nya.. "Kamu salah paham, Aku sama Daren ga ada hubungan apa-apa. Tanya Daren."
"Aku liat semuanya, Waktu itu aku ikutin kamu ke club, Sarah yang aku kenal tidak pernah pergi ke tempat seperti itu," Seru Daniel penuh penekanan. Menghempaskan tangan Sarah begitu tega.
Sarah bungkam sulit memberi penjelasan.
Daniel kembali berbalik mencoba mengatur napas yang terasa sesak.
"Mending sekarang kamu pulang, dan jangan ganggu aku lagi, aku udah nikah, penting bagi kamu tau hal itu,"
Daniel melangkah pergi meninggalkan Sarah, kehadiran Sarah semakin menambah kekecewaan yang selama ini mulai memudar di hatinya. Tapi sekarang perempuan yang di cintai nya datang.
"Hari itu aku di ancam Daren,"
Kaki Daniel berhenti melangkah. "Udahlah Sarah, aku udah ga mau denger apapun itu alasan kamu-
"Daren ngancem aku supaya datang hari itu, perusahaan Papa lagi pailit, Papa Daren bisa bantu perusahaan papa, tapi mereka minta aku supaya menikah sama Daren, aku ga mau Daniel aku ga mau, malam di mana aku datang ke club aku di ancam kalau aku ga datang, perusahaan mereka ga bisa bantu Papa."
Sarah ambruk, menangis sejadinya. "Aku berusaha untuk ga cerita ke kamu, aku ga mau kamu tau keadaan perusahaan papaku, tapi..tapi. "Sarah bangkit dan menghampiri Daniel.
"Sekarang perusahaan papaku udah mulai stabil berkat bantuan Om Hendra, Dia mau bantu Papa tanpa syarat apapun," Sarah menjelaskan begitu tenang, beban di pundaknya terasa lebih ringan. Sebagai anak satu-satunya Sarah harus banyak berkorban demi keluarga. Daniel pasti merasakan itu.
Daniel merenung tentang banyak hal, Menatap lembut Sarah yang menangis di hadapannya. Pikirannya bercabang. Batinnya bergemuruh tentang banyak hal. Apakah selama ini dirinya terlalu buru-buru mengambil keputusan, Mencampakan gadisnya yang tidak bersalah. Tapi di lain sisi ada Kinan gadis yang mulai menghiasi hatinya.
"Alhamdulillah kalau perusahaan papa kamu baik-baik saja, Tapi terlambat Sarah, aku dah nikah. Maaf saat itu terjadi aku ga ada buat kamu. Aku mau kamu lupain aku dan kamu lanjutin hidup kamu,"
Sarah menggelengkan kepala cepat jelas menolak permintaan Daniel barusan.
"Kalau kamu menikah hanya Karena ingin balas dendam sama aku, aku terima itu, aku juga salah karena ga cerita ke kamu. Mungkin kamu benar aku harus melupakan kamu dan menjalankan hidup ku lagi, tapi maaf aku ga bisa, sulit buat aku lupain kamu dan kenangan kita selama ini, aku akan menunggu sampai kamu siap kembali ke aku Daniel, aku ga ingin tau siapa istri kamu dan bagaimana dia, aku akan menjauh dari kamu dan aku akan datang jika kamu meminta aku datang,"
Sarah memeluk Daniel begitu erat melepas rindu yang begitu besar, tak lama pelukan itu ia akhiri, Sarah pergi meninggalkan Daniel yang masih mematung menatap kepergiannya.
"Sarah, kenapa kamu semakin menyiksa ku." Daniel bergumam dengan hati yang pelik, penjelasan Sarah jelas membuat hatinya terbagi. Rasa benci yang menjalari urat nadinya berganti menjadi rasa bersalah dan rindu.
.
Kinan dan Bu Tari melirik arah pintu kamar yang di buka, nampak Daniel tersenyum kearah keduanya.
"Ayo," Daniel menatap Kinan, memintanya untuk segera bangkit.
Bu Tari berjalan bersama Kinan, bergantian melirik Daniel yang nampak biasa-biasa saja.
"Bun, Daniel ajak Kinan dulu ya," Daniel berpamitan di ambang pintu mobil sedangkan Kinan sudah masuk kedalamnya..
"Sarah udah pulang kan Ka?" Mata Bu Tari celingukan mencari sosok Sarah siapa tau bersembunyi di semak-semak taman.
"Udah, jangan lagi bunda Bahas Dia, Daniel sama dia udah selesai." Lalu Daniel masuk ke dalam mobil karena tidak ingin membuat Kinan menunggu.
Mobil melaju meninggalkan rumah dan Bu Tari yang masih berdiri, kali ini pak Teo datang menghampiri, laki-laki matang itu pergi entah kemana ketika Sarah datang.
"Sarah udah pulang Bun?" tanya Pak Teo yang di jawaban anggukan kepala dari istrinya itu.
Pak Teo ikut mengangguk lalu masuk kedalam rumah sembari mengandeng Bu Tari yang mengoceh tentang hubungan Sarah dan puteranya.
.
Di dalam mobil. Suasana terasa sunyi. tidak ada percakapan atau kehangatan. Kinan membayangkan bisa mengobrol menanyakan bayak hal tentang kota bandung kepada Daniel. Tapi sedari tadi Daniel hanya diam. Kinan tak ambil pusing dengan tingkah dingin suaminya, Kinan sadar siapa dirinya, jika di bandingkan dengan Sarah tidak ada apa-apanya seujung kuku pun Kinan tidak pantas bersanding dengan Daniel. Laki-laki hampir sempurna itu bahkan sebelumnya bersikap dingin dan angkuh kepadanya. Setelah menikah sikapnya berubah lembut dan perhatian, tapi sekarang dirinya diam seperti patung.
Aku diam aja, ga mau ngomong apa-apa takut salah. Dia mungkin lagi mikirin Sarah.
"Apa yang kamu pikirkan Huh?" Akhirnya Daniel bersuara. Melirik Kinan lewat ekor matanya.
"Kinan ga mikirin apa-apa." Kinan salah tingkah di buatnya. Ingin sekali bertanya tentang Sarah tapi nyalinya menciut.
Seakan tau Daniel bersuara. "Aku udah selesai sama dia. Kamu tenang aja, sesuai janji aku mau mulai nerima kamu dan membuka hati, Sarah ga akan datang lagi."
Sedikit rasa tenang di rasakan Kinan, Daniel begitu mudah mengubur cintanya kepada Sarah, gadis yang di pacarinya lebih dari lima tahun, Sinta begitu banyak memberi informasi. Tapi apa itu benar, Bagaimana kalau hati dan pikirannya tidak sejalan. Sejenak Kinan kembali merasakan takut.
Seseorang dengan kisah cinta yang begitu lama tidak mungkin melupakan sebegitu cepat. Daniel bukan tipikal laki-laki yang gampang menaruh hati ke sembarang wanita. Sarah terlalu sempurna jika harus di selesaikan begitu saja. Kinan merenung akan hal itu.
"A,"
"Mm." Daniel kembali melirik Kinan, jalanan di depan lebih utama.
"Kinan ga mau berharap banyak, Kinan tau Aa menikah sama Kinan karena terpaksa, Kalau nanti bayi ini lahir, Aa mau ninggalin Kinan dan kembali ke Sarah, in syaallah Kinan akan terima, Kinan tau cinta itu ga bisa di paksakan, Kinan ga mau menghabiskan seumur hidup dengan orang yang tidak mencintai Kinan."
.
Tiga Bulan Kemudian.....