NovelToon NovelToon
Mantan Rasa Pacar

Mantan Rasa Pacar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmi SA

MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?

Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.

Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.

Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.

Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.

Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

Arletta membuka matanya saat mendengar sebuah hantaman di samping wajahnya. Ia menatap tangan Galang terkejut dan meraih tangan itu.

“Galang! Lo gila? Tangan lo sampai berdarah!” Pekik Arletta. Ia membuka tasnya, tidak ada tisu di dalam sana. Ia tidak tahu harus pakai apa.

“Lo tunggu sebentar,” ucap Arletta berlari. Ia tidak tahu apa UKS di sekolahnya masih buka atau terkunci. Beruntung saat Arletta ke sana UKS tidak terkunci. Segera ia masuk dan mencari P3K. Setelah mendapatkannya ia langsung berlari menuju rooftop. Galang menatap kosong pada langit biru di atasnya, tangannya ia tumpukan pada tembok pembatas.

Arletta menghela nafas berjalan mendekati Galang. Ia menarik tangan Galang dan mulai mengobatinya dengan telaten. Ia tidak mengatakan apapun, hanya fokus mengobati luka di tangan Galang.

Galang mengamati wajah Arletta yang sedikit sembap karena menangis tadi.

“Maaf.”

Arletta menghentikan kegiatannya itu dan mendongak. Galang masih menatapnya.

“Maaf udah bikin lo takut, gue kelepasan-“

“Apa sih yang lo pikirin?” Potong Arletta. Mata mereka saling adu.

“Kenapa lo tiba-tiba mukul Bian? Apa salah Bian?”

Galang menatap Arletta tidak percaya, “lo tanya apa salah Bian? Astagaa Ta! Bian hampir ci-“

“Ppfftt...” Arletta menahan tawanya menatap wajah frustasi Galang. Ia baru teringat. “Lo pikir Bian bakalan nyium gue? Astaga Galang!” Arletta tidak bisa menahan lagi tawanya.

Galang mengernyit. Arletta menyelesaikan kegiatannya mengobati Galang. Selesai, ia menutup kotak P3K dan menaruhnya di tembok pembatas itu. Ia menumpukan kedua sikunya pada tembok pembatas.

“Bian ngga mungkin macem-macem sama gue, dan lagi, bukan Bian yang hampir cium gue, tapi lo!” Arletta mendengkus. Galang semakin merasa bersalah, “maaf, gue cuma emosi aja lihat Bian yang hampir ci-“

“Bian ngga hampir cium gue Lang! Dia cuma mau ngelap bekas minuman di wajah gue,” potong Arletta.

Galang mengangkat satu alisnya, “di bibir lo maksudnya?” Tambah Galang. Arletta mencebik.

“Ya itu gue ngga peduli, lagipula mana gue tahu, dari penglihatan gue dia emang hampir cium lo,” ucap Galang datar.

“Makanya cara pandang lo tuh diubah, jadi luas. Arah pandang lo itu sempit. Tanya dulu kek, main mukul aja, dan sekarang gue berakhir sama lo, harusnya gue ada di samping dia buat ngobatin luka dia.”

Galang menatap Arletta dingin, marah? Mungkin. Arletta justru semakin membela Bian.

“Lo sayang sama dia?”

Arletta masih terdiam. Galang menghujaninya dengan pertanyaan yang entah kenapa berat untuknya. Perasaannya jadi berubah saat Bian kembali lagi.

“Lo ada hubungan apa sama Raya?” Ucap Arletta mengalihkan pertanyaan.

Galang mengernyit, “Raya? Gue ngga ada hubungan apapun sama dia.”

“Terus? Kenapa lo janji antar-jemput dia kalo kalian ngga ada hubungan apapun.” Sudahlah, rasa penasarannya lebih besar daripada gengsinya. Ia tidak mau menutupi rasa penasarannya lagi. Entah Galang akan berpikir dia cemburu atau apa, terserah.

Galang terkekeh, “gue ngga sengaja nonjok perut dia, dia sakit karena gue. Jadi gue harus tanggungjawab.”

Arletta terkejut, “nonjok perut dia? Kok bisa?”

Galang memutar bola matanya. Dan mengalihkan tatapannya dari Arletta, “karena cowok lo.”

“Cowok gue?” Tanya Arletta mengernyit. Galang menoleh, “dia minta gue jauhin lo, karena dia yang akan jagain lo.”

Arletta memiringkan kepalanya menatap Galang, “Bentar-bentar, terus akhirnya kalian berantem?”

Galang mengangguk, “saat itu Raya misahin kita, dan gue ngga sengaja ngedorong dia pake siku gue.”

Plak...

“Aww! Sakit bego!” Galang mengusap pelan kepalanya yang baru saja dipukul Arletta.

“Lo yang bego!” Arletta mendengkus kesal. “Kenapa sih, harus banget ya berantem?”

Galang menoleh, “apa lo masih ngga ngerti? Apa lo pura-pura ngga ngerti?” Ucapnya penuh penekanan. Arletta terdiam menatap Galang.

“Itu karena lo Ta, gue masih sayang sama lo. Gue mau kita balik lagi kayak dulu. Tapi sialnya, Bian datang lagi. Dan tiba-tiba aja masuk lagi dalam hidup lo.” Galang menghela nafas panjang, tanpa menatap Arletta lagi.

“Gue ngga bisa Ta. Dulu gue bisa menang dari dia karena dia ngga ada di sini. Tapi sekarang? Dia udah kembali. Walaupun lo ngga pernah bilang, gue tahu, kalo lo punya perasaan lebih sama dia. Apalagi, seperti yang lo bilang-“

Galang mengatur nafasnya, kembali menatap Arletta. “-Bian cinta pertama lo,” tambahnya. Arletta tidak bisa berkata apapun. Memang benar. Bian cinta pertamanya.

Dulu ia pikir karena masih kecil ia hanya menyukai Bian layaknya sesama teman. Namun semakin umurnya yang bertambah, ia semakin memikirkannya, rasa suka itu pun tumbuh menjadi cinta. Hingga suatu hari perlahan ia lupa karena ada Galang yang selalu di samping dia. Membiarkannya masuk ke dalam hatinya.

“Apa gue salah, kalo gue cemburu?” Ucapnya lirih. Galang menarik lengan Arletta, membawanya ke dalam pelukannya. Arletta masih terdiam mendengar detak jantung Galang yang cukup keras di telinganya.

“Gue ngga mau lo jauh dari gue,” ucap Galang pelan. Ia mengeratkan pelukannya. “Gue mau lo tetep di samping gue.”

Bian bukan cowok gue, Lang.

***

Bian yang memang sejak awal mengikuti Galang dan Arletta pun tahu, apa yang tengah mereka lakukan.

Bian tersenyum tipis saat melihat wajah khawatir Arletta yang sampai berlari pontang-panting ke UKS hanya karena luka di tangan Galang.

Bahkan ia juga harus menyaksikan Arletta yang tengah dalam pelukan Galang.

“oh shit!” Ingin rasanya mendorong Galang menjauh dari Arletta. Namun ia tidak mungkin melakukannya. Ia paham situasi mereka.

Ia tertinggal cukup jauh semua hal tentang Arletta. Selama ini Galang lah yang selalu ada untuk Arletta. Jadi, tidak mudah untuk mereka terpisahkan.

Sakit? Jangan ditanya, Bian memilih untuk pergi. Ia menuruni puluhan anak tangga itu. Sampai ia di depan motornya. Ia menatap datar motor yang terparkir di sebelahnya. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menaiki motornya dan pergi dari sana.

***

Arletta terus menghubungi Bian sekedar menanyakan keadaannya. Bahkan ia mengiriminya pesan, tidak juga kunjung di baca.

Ia mondar-mandir di depan ranjangnya. Ia berjalan ke arah pintu hendak keluar. Namun ia teringat, dia tidak tahu ke mana ia akan menemukan Bian. Ia bahkan belum tahu di mana dia tinggal.

“Ayo dong angkat,” gumamnya masih cemas. Arletta menggigit jarinya saat panggilan itu terus tersambung namun tidak ada jawaban sama sekali.

Ia menyerah. Ia duduk di tepi ranjang. Ia mengernyit saat mendapati pesan masuk di ponselnya.

***

Bian memarkirkan motornya di tepi jembatan. Pemandangan sore hari di sana cukup bagus untuk menenangkan hatinya. Ponselnya terus berbunyi. Ia tidak berniat untuk membukanya. Mengambilnya dari saku pun ia enggan. Ponsel itu terus berdering dan bergetar berkali-kali.

Ia jengah akhirnya mengambil ponsel itu. “Pacar.” Nama itu yang tertera di sana. Bian tersenyum tipis.

Ia membuka galeri foto. Menyentuh pelan foto cewek cantik di dalam sana. Cewek itu tersenyum manis menatap kamera. Di sampingnya ada dirinya yang tengah menatap cewek itu sambil tersenyum. Couple goals kata orang. Cewek itu, Arletta. Baru saja ia bertemu beberapa menit lalu, ia sudah merindukannya.

Ia meringis saat merasakan sakit di sudut bibirnya. Ia lupa untuk mengobati sakitnya.

Sepuluh menit lagi aku ke situ✓✓

Setelah mengetikkan pesan itu, ia menaiki motornya dan pergi dari sana.

1
Fittar
akhirnya balikan 🥰
Fittar
baikan juga ini kakak adik...
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭
Fittar
lagi datang bulan maunya makan pedes😁
Asmi_SA: wkwk sesama cewek pasti paham
total 1 replies
Diana Novitasari IzSa
keren
Asmi_SA: thank you
total 1 replies
Fittar
semua betah memendam rasa 🤧
Asmi_SA: kalo aku mah ngga bisa 😭
total 1 replies
Fittar
Luar biasa
Asmi_SA: makaasiih sudah mampir🤗🥰
total 1 replies
revasya alzila
keren lanjut thor
Asmi_SA: makasih udah mampir🤗
total 1 replies
Rita Riau
ga bisa ke lain hati ya Lang,,,? bukan nya benci malah tambah posesif ke mantan,,
Asmi_SA: ngga bisaa.. Galang cinta banget soalnya wkwk
total 1 replies
Rita Riau
mungkin menghindar lebih baik Yan 🤔🤭
Asmi_SA: /Scowl/
total 1 replies
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏
Asmi_SA: makasiih udah mampiir 🤗
total 1 replies
revasya alzila
Di tunggu kelanjutannya Thor
Asmi_SA: stay tune yaa🥰
total 1 replies
kookie 🐰
mampirr... semangat terus kakaa 🔛🔥
Asmi_SA: makasiiihh jangan bosen bosen yaa 🥰🥰
total 1 replies
revasya alzila
Nyimak kak
Asmi_SA: makasiiih .. jangan bosan-bosan yaaa🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!