NovelToon NovelToon
Kamu Berhak Terluka

Kamu Berhak Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bibilena

Gilsa tak percaya ada orang yang tulus menjalin hubungan dengannya, dan Altheo terlalu sederhana untuk mengerti kerunyaman hidup Gilsa. Meski berjalan di takdir yang sama, Gilsa dan Altheo tak bisa mengerti perasaan satu sama lain.

Sebuah benang merah menarik mereka dalam hubungan yang manis. Disaat semuanya terlanjur indah, tiba-tiba takdir bergerak kearah berlawanan, menghancurkan hubungan mereka, menguak suatu fakta di balik penderitaan keduanya.

Seandainya Gilsa tak pernah mengenal Altheo, akankah semuanya menjadi lebih baik?

Sebuah kisah klise cinta remaja SMA yang dipenuhi alur dramatis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bibilena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa yang Telah Lama Hilang

Mata Gilsa mengerjap kagum. Dia tak menyangka pemandangannya akan seindah ini. Rerumputan hijau yang terhampar luas bagai permadani, lalu langit jingga keemasan yang menyelimuti. Sebuah pohon besar menjulang tinggi, dia tampak kokoh di tengah-tengah bukit. Gadis itu bisa melihat jelas sebuah rumah pohon berwarna cokelat ada di atas batang pohon itu.

"Siapa pemilik tempat ini? Kau bilang ini lahan pribadi tadi, tapi Kakakmu yang mengenalkannya?" Gilsa menatap sekeliling sambil menginterogasi pemuda itu. Altheo mengangkat kamera lagi, kali ini dia fokus pada langit dan pemandangan sekitar.

Namun kembali, kameranya menangkap pemandangan Gilsa yang duduk di atas rerumputan, tepat di bawah rumah pohon.

Pemuda itu cepat-cepat menjauhkan kamera daripada dia harus bersikap aneh lagi. Altheo mendekati Gilsa dan lantas mendudukan diri di sampingnya.

"Kau tak mau menjawabku?"

Altheo tampak bingung. Kemudian dia mencoba mengingat pertanyaan gadis itu.

"Tempat ini milik keluargaku."

"Oh, ah? Apa?" Gilsa mendadak tersadar. Dia menatap pemuda itu agak horor.

"Semuanya?"

Altheo mengangguk. "Kenapa terkejut? Bukankah keluargamu juga kaya?"

"Tidak. Kau gila ya?" Gilsa tak berpikir ayahnya akan menyia-nyiakan tempat ini hanya sebagai lahan pribadi.

"Ayahku akan lebih memilih menjadikan tempat seperti ini untuk lahan bisnis."

Altheo tertawa. "Ini adalah hadiah ulang tahun dari kakek kami untuk kakakku. Dulu dia menyenangi aktivitas di luar rumah, seperti bermalam di hutan dan olahraga. Karena itu Kakek membeli seluruh lahan ini dan membuat area-area bermain untuk Kakakku."

"Itu berkat yang luar biasa untuk disayangi sampai demikian." Gilsa terbawa suasana mendengarnya. Dia berucap dengan nada iri. Ini membuatnya bertanya-tanya, dia harus menjadi anak yang seperti apa supaya bisa disayangi seperti Kakak Altheo.

"Aku juga iri," balas Altheo. Menatap Gilsa lalu tersenyum.

"Rencananya jika kakak sudah menikah Kakek akan membuatkan rumah untuknya di sini. Aku saat tahu juga berpikir, ternyata kakakku sudah dipersiapkan masa depannya oleh keluarga kami sehingga dia tak perlu khawatir soal masa depan," lanjut pemuda itu.

"Lalu dimana dia sekarang? Apa dia masih sekolah?"

Altheo tak menjawabnya, dia terlihat begitu kesepian sekarang. Ada raut terluka juga sedih saat membicarakan sang Kakak. Ya, wajar saja, Gilsa yang orang asing juga sangat iri dengan Kakak Altheo. Apalagi dia sebagai adik.

"Aku anak tunggal." Gilsa membuka suara lagi.  "Tapi aku juga tahu bagaimana itu rasa iri terhadap saudara kandung. Aku selalu iri pada sesuatu yang tak pernah ada di antara keluarga kami."

"Apa itu?"

"Mendiang adikku. Dia meninggal sebelum sempat lahir kedunia."

Altheo menatap wajah itu dengan lekat. Gilsa benar-benar sosok yang unik. Tak sepertinya, gadis itu selalu dengan mudah mengungkapkan kesedihan dan lukanya pada orang lain. Disaat Altheo selalu memilih tak menjawab, Gilsa malah menceritakan nasib buruknya sendiri dengan suara yang ringan.

Pemuda itu merasa kalah kuat sekarang.

"Apa kau pernah cemburu pada orang yang sudah mati?" Gilsa kembali bertanya. Altheo tak menjawab, hanya menunggunya kembali bicara. Gilsa menatap ke depan. 

"Aku menyesal aku bukan dia yang sudah mati, dan aku juga menyesal aku yang hidup tidak bisa seperti dia yang sudah mati," katanya lagi. Lalu mereka diam, menikmati hembusan hangat angin. Langit yang mulai gelap seolah menyesuaikan diri dengan suasana ini, Altheo menghela napas.

Dia juga memahami dengan baik perasaan itu.

"Kakakku juga sudah meninggal." Altheo memejamkan matanya erat-erat. Saat Gilsa menatap terkejut wajah pemuda itu, dia tak tahu bagaimana sedihnya mata yang menatapnya.

"Aku turut bersedih," ucap gadis itu. Lalu kembali menatap ke depan, kali ini tatapannya jatuh ke arah rerumputan yang bergoyang pelan. Karena hari sudah malam, angin menjadi semakin kencang sekarang.

"Kau mengatakan itu bukan karena ingin mati kan?" Altheo membuka matanya, menatap sisi kanan gadis di sampingnya.

Namun Gilsa tak menjawabnya.

•••

Saat itu langit senja masih menghiasi, belum ada tanda-tanda pasti rembulan akan menggantikan cahaya mentari. Prima masih di sekolah, memasuki ruangan paling ujung sekolah. Dia menatap sekeliling, hanya remang cahaya yang bisa dia lihat. Menyalakan sakelar di dekat pintu, gadis itu langsung melihat seisi ruang ruangan saat ini. 

Prima menghembuskan nafas samar. Dia sudah lama tidak ke ruangan ini. Tempat yang dulu menjadi kesehariannya, kini berubah begitu asing. Dia berjalan pasti kearah kiri deretan loker, kemudian membuka loker bertuliskan namanya.

"Apa hanya ada buku di lokermu?"

"Bagimu ini memangnya apa jika bukan buku?"

"Itu kertas bertumpuk, aku juga tahu ini semua buku, Prima!"

Sudut bibir gadis itu terangkat jenaka saat suara-suara dari ingatan samarnya terdengar. Pintu loker terbuka lebar, seperti yang Prima duga isinya kosong dan hanya dipenuhi debu. Sudah lama sekali sejak dia melupakan adanya tempat ini.

Tangannya menyimpan satu persatu buku tanpa membersihkan debu di dalamnya. Selesai tertata rapi, arah mata Prima tertuju pada pintu loker yang berisi sticky note berwarna kuning.

Jangan sering-sering baca novel

Harusnya kau jadi juara umum kalau yang kau baca itu buku pelajaran ! !

Buku yang kemarin seru, aku ingin baca lagi :)

Prima membaca beberapa pesannya dengan raut datar dan sorot mata kosong. Sticky note ini memenuhi balik pintu lokernya dari atas sampai bawah, dengan latar belakang fotonya dan Gilsa yang dicetak palaroid. Tangannya kemudian mencabut salah satu kertas kecil itu tanpa ragu.

Jangan lupakan aku ya^^

"Apa ini yang mereka sebut dengan ironi?" Prima terdiam. Pada akhirnya dia meremas kuat kertas merah muda itu kemudian dia lempar sembarang. Tangannya kini menutup pintu dan memutar kunci.

Arah mata Prima terangkat menuju loker di atasnya. Disana jelas tertulis nama 'Gilsa Anastia Orlando' di pintu loker yang ada tepat di atas lokernya. Gilsa memutar kunci loker itu kemudian membukanya.

Tiba-tiba benda-benda dari dalam sana berjatuhan, semuanya sampah plastik dan kertas yang menumpuk. Raut wajah Prima berubah terkejut.

"Mereka sebenarnya berbuat sampai sejauh mana pada Gilsa?"

Prima menatap ke dalam loker, dia lantas menyapu sampah-sampah di dalam sana hingga semuanya berjatuhan ke atas lantai. Tak ada lagi selain itu, hanya ada buku-buku dan pakaian yang robek.

Prima menutup pintunya, dia kemudian berjongkok dan meraih sampah kertas yang diremas. Mungkin ini satu-satunya petunjuk yang bisa Prima dapatkan. Biasanya kertas-kertas ini akan diisi kata-kata.

Kertas itu dibuka.

Berhenti membuatku marah gadis bajingan! Aku akan mengambil gambarmu lagi jika kau tak berhenti.

Prima membuka lagi kertas yang lain. Terus menerus seperti itu, sampai kemudian dia menjadi bergetar saat membaca kertas yang terakhir.

Kau mau mati, ya? Kau mau mati dengan cara kau membunuh adikmu?! Aku sungguh akan membunuhmu jika kau tak mau diam.

Aku akan menabrakmu saat kau pulang nanti, sialan!

Gilsa bangsat! Dasar pelacur anjing!

Hei, jika kau tak mau berhenti aku akan benar-benar memperkosa Prima. Aku akan menyetubuhi dia secara paksa di depan matamu. Aku bersumpah.

Prima menyobek kertas itu sampai ke bagian terkecil, hingga dia tak bisa merobek lagi. Napasnya memburu, dan jantungnya berdetak tak terkendali. Seketika rasa mual datang dan dengan mata berair gadis itu berlari ke luar ruang loker.

Untuk kemudian muntah di kamar mandi.

1
Rasmi
🥲
Rasmi
😭😭😭😭
Rasmi
gilsa gk naik kelas????? 🧐 kok isoo
Rasmi
kencan??? 😌
Rasmi
Critanya mnarik bngt.. ada kisah pertemanan, masalah kluarga jga prcintaan ...ditnggu smpe end thorr 😌☺
Rasmi
nooooo 😭
Rasmi
altheo??
Rasmi
😲
Rasmi
susss😌
Rasmi
typo y yang trakhir thor mau ikutan kaget jdi gk jadi 😭🤣
Bibilena: Ah iya maaf aku baru tahu 😭😭
total 1 replies
Rasmi
jahat bngt bjingan😭
Rasmi
pengalaman bangettt 😵‍💫
Rasmi
bner banget knpa y orng kaya tuh suka caper 😕
Rasmi
wah, seru juga,kyaknya cweknya badass dehh
Gió mùa hạ
Tak terduga.
Bibilena: 😮 terima kasih (?)
total 1 replies
BX_blue
Jalan cerita seru banget!
Bibilena: Terimakasih atas dukungannya^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!