Shahira atau lebih akrab dipanggil Ira. Dia dijuluki perawan tua, karena belum juga menikah bahkan diusianya yang sudah menginjak 34 tahun. Dia menjadi bahan gunjingan ibu ibu komplek.
Shahira pernah di lamar, tapi gagal karena ternyata pria yang melamarnya menyukai adiknya, Aluna.
Tapi, kemudian Ira dilamar lagi oleh seorang nenek untuk menjadi istri dari cucu kesayangannya. Nenek itu pernah di tolong Shahira beberapa waktu yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sudah Lima hari Ira sakit dan kini kondisinya mulai kembali seperti biasa. Meski memang Nicho belum mengizinkannya untuk pergi kemanapun. Jadilah hari ini dia dirumah saja menceritakan sesuatu yang berakhir membuat dia menyesal.
"Astaghfirullah, Ra. Bagaimana bisa kamu berpikir begitu."
Marni melepas tangannya yang tadi menggenggam tangan Ira. Dia juga memalingkan wajahnya.
"Adek sama Nicho sudah saling mengenal sebelum Nicho datang melamarku, buk. Saat melamar, nenek awalnya juga mengatakan Nicho akan melamar Aluna. Aku melihat senyum bahagia di wajah adek malam itu, buk. Aku yakin mereka pernah punya hubungan sebelumnya. Atau mungkin sampai sekarang mereka masih..."
"Sudah Ra, kamu masih demam. Istirahatlah. Jangan memikirkan hal hal aneh seperti itu. Lagi pula Nicho terlihat sangat mencintai kamu. Selama kamu sakit dia merawat kamu dengan sangat baik bahkan jauh lebih baik dari yang bisa ibu lakukan."
"Itu dia lakukan dihadapan ibu. Dia tidak ingin ibu curiga."
"Cukup Shahira. Adekmu tidak mungkin punya hubungan sama suami kamu. Lagi pula ibu yakin Nicho sangat mencintai kamu."
Marni tidak mengerti tiba tiba saja Ira malah melantur mengatakan Nicho dan Aluna punya hubungan. Sementara dua hari yang lalu Aluna sendiri juga menceritakan sesuatu yang membuat Marni tercengang dan apa yang dikatakan Aluna malah dibenarkan oleh Shahira hari ini.
"Kalau memang mas Nicho mencintai aku, tidak mungkin dia tidak menyentuhku sampai saat ini buk."
"Tentang dia yang belum menyentuhmu, ibu pikir itu wajar karena kalian bahkan belum genap sebulan saling mengenal."
"Tapi, buk..."
"Shahira!" Marni meninggikan suaranya dan menatap kecewa pada putri sulungnya.
Marni tidak mengerti mengapa Ira tiba tiba memikirkan hal aneh seperti itu. Sementara dia sudah tahu kebenarannya dari Aluna.
"Ibu paham sekarang, mengapa kamu bersikap seperti ini. Adek sudah menceritakan semuanya."
"Apa maksud ibu?!"
"Adek cerita sama ibu, katanya nenek pernah meminta adek untuk tinggal di rumah nenek, tapi kamu malah menolak, alih alih meminta Nicho menyewakan apartemen untuk adek, karena kamu curiga suamimu punya hubungan sama adek. Iya kan?"
Mata Shahira membola kala mendengar apa yang barusan dikatakan ibu.
"Buk, aku bahkan tidak tahu tentang apartemen sama sekali..."
"Sudahlah, Ra. Ibu kecewa sama kamu. Bisa bisanya kamu curiga sama adek sendiri. Kamu tidak tahu betapa adek ketakutan sendirian di apartemen? Setiap mau tidur adek menelpon ibu meminta ditemani. Harusnya kamu tahu adek punya trauma tinggal sendirian. Tapi, karena pikiran aneh kamu itu, kamu malah membiarkan adek sendirian ketakutan."
Dari penjelasan ibunya, kini Shahira mulai paham apa yang sudah dikatakan Randi padanya. Aluna bermuka dua.
"Ibu tahu, Nicho memang awalnya terpaksa menikahi kamu. Nenek pernah cerita sama adek, saat minggu pertama kalian tinggal dirumah nenek, justru kamu yang menolak untuk disentuh oleh Nicho. Tapi, mendengar cerita kamu tentang Nicho, ibu pikir kamu sudah bisa menerima Nicho. Melihat bagaimana Nicho merawat kamu, melihat kamu yang begitu manja sama Nicho, ibu pikir kalian benar benar pasangan yang bahagia dan sudah mulai menerima satu sama lain."
Marni menangis. Dia merasa sangat kecewa, karena apa yang dikatakan Aluna sejak awal tentang Ira dia pikir benar adanya.
"Kenapa kamu menjadi seperti ini, nak? Apa salah ibu? Kenapa kamu mempengaruhi mereka yang pernah datang melamar untuk berakting seakan mereka menginginkan adek?! Kenapa kamu lakukan itu pada Aluna, Ra."
"Buk, ibu ngomong apa? Aku gak..."
"Kamu sengaja kan meminta Randi dan mereka semua seakan mereka ingin melamar kamu, lalu kamu meminta mereka melamar adek?! Adek sudah cerita semuanya sama ibu. Awalnya ibu tidak percaya. Tapi setelah mendengar sendiri kecurigaan kamu sama adek, ibu baru percaya ternyata selama ini kamu cemburu sama adek. Kamu benci karena adek bisa kuliah dan memiliki pekerjaan yang baik sementara kamu harus mengubur impianmu..."
"Buk, aku tidak pernah..."
"Sudahlah Ra. Ibu sudah tau semuanya dari adek. Saat ini ibu malas berdebat. Ibu kecewa sama kamu." Marni keluar dari kamar meninggalkan Ira yang malah semakin pusing setelah mendengar pengakuan ibu barusan.
"Apa yang sebenarnya direncanakan Aluna?!" Pikirnya.
Rrrrrrr
Hp nya bergetar. Panggilan masuk dari Nicho. Segera saja dia menjawabnya.
"Sha. Kamu sudah bangun?" suara sangat lembut.
"Hmm."
"Sudah diminum obatnya?"
"Belum."
"Sha, minum obat ya. Meski sudah baikan, obatnya harus dihabiskan supaya sembuhnya sempurna."
"Beri aku waktu. Aku akan mencari tahu semuanya. Tunggu aku." ucap Ira dengan nada suara tenang.
Di kantornya, Nicho terdiam mendengar kalimat yang menurutnya ambigu sekali. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan Shahira barusan.
"Sha, kamu baik baik saja kan?"
"Aku tidak baik baik saja. Tapi, aku janji setelah ini aku akan terus menjadi baik baik saja."
"Kamu bicara apa, Sha?"
Ira tidak menjawab, dia malah mengakhiri panggilan itu. Lalu dengan cepat dia mengirim pesan pada Randi. Meminta penjelasan sekali lagi tentang Aluna. Tidak lupa Ira juga meminta kontak pria pria yang pernah datang untuk melamarnya.
Ira mendapatkan semua kontak mereka. Dan hanya dalam hitungan jam, mereka mengirimkan penjelasan yang sama seperti apa yang diceritakan Randi.
"Aluna ingin melawanku? Kamu pikir kamu siapa? Aku yang mengorbankan masa depanku demi kamu dek. Teganya kamu melakukan ini padaku." ucapnya penuh penekanan dengan kedua tangan mengepal erat sangat kuat.
"Mau bermain game denganku? Oke. Tunggu dan lihat Aluna. Aku tidak akan mengorbankan apapun lagi kali ini!" Tegasnya, tapi tetap diikuti tetesan air mata.
"Ini air mata terakhir seorang kakak untuk adik kesayangannya."
Ya, Aluna sepertinya sudah sejak lama mempermainkan Ira. Aluna membenci Ira, tapi dia berpura pura menyayangi Ira demi mewujudkan mimpinya menjadi dokter atau mungkin ada impian lain.
Tapi, mengapa Aluna melakukan semua itu pada Shahira yang sangat menyayanginya?!
Shahira akan mencari tahu tentang itu. Tapi, yang lebih penting saat ini, dia harus mencari tahu terlebih dahulu tentang perasaan Nicho. Apakah Nicho mencintainya? Ah tidak. Kata cinta terlalu cepat untuk hubungan yang baru seumur jagung. Mungkin, Ira akan mencari tahu apakah Nicho punya keinginan mempertahankan pernikahan atau tidak.
Ya, itulah yang harus dipastikan lebih dulu sebelum memulai perang dengan Aluna.
semoga ibu nya shahira cpt tau kelakuan aluna merusak keretakkan rumah tangga kakak nya sendri biar ibu merasa menyesal