•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Beberapa hari telah berlalu. Besok adalah hari dimana Viona akan di pinang oleh Michael.
Kini di rumah Viona sudah ramai oleh orang-orang yang bertugas menghias rumah nya.
Memang tidak ada pesta, namun kedua keluarga setuju untuk mengadakan acara kecil-kecilan untuk keluarga besar yang menghadiri pernikahan putra putrinya.
"Katanya acara kecil-kecilan, tapi dari gerbang sampe dalem rumah di dekor" gerutu Viona.
Saat ini Viona tengah berjalan-jalan melihat rumah nya yang tengah di sulap menjadi altar pernikahan. Dari gerbang sudah tergelar karpet merah hingga mencapai rumah, dan berakhir pada sebuah meja yang akan di jadikan tempat ijab Qabul nya nanti.
"Udah kaya di negeri dongeng aja nih rumah. Penuh sama bunga dan dekor-an."
Viona terus bergumam, hingga langkahnya terhenti tepat di depan meja makan. Disana sudah ada Alexander dan Amora yang menunggunya untuk sarapan.
"Ayo sayang, kita sarapan dulu. Abis ini kita ke salon, perawatan" ucap Amora.
Viona segera menarik kursi dan menduduki nya.
"Ngapain ke salon segala sih mah? Di rumah aja lah, rebahan lebih enak" protes Viona sambil mengisi piringnya.
"Kan besok kamu nikah Viona, seluruh tubuh kamu harus perawatan biar gak kaku di depan Michael nanti. Mamah juga udah daftarin nama kamu di spa pengantin, jadi kamu harus ikut" jelas Amora santai.
"Apa mah? Spa pengantin? Aku gak perlu yang kayak begituan mah, apaa pake spa pengantin segala" ujar Viona kaget.
"Pokoknya gak ada protesan apapun, papah juga udah setuju" balas Amora kekeuh.
"Gak usah debat di meja makan, gak sopan. Kamu ikutin aja mamah kamu Viona" sela Alexander.
"Kita mulai aja sarapannya, keburu mati kelaparan papah" lanjutnya.
Mereka akhirnya memulai sarapan nya. Tak ada lagi obrolan-obrolan ringan, karena memang peraturan di keluarga Alexander tidak boleh berbincang apalagi berdebat di depan makanan yang tersaji.
\=°°°•°°°\=
Disini lah Viona berada, di sebuah salon terlengkap di salah satu Mall pusat kota. Ia bersama Amora segera masuk ke dalam tempat spa yang bersatu dengan salon kecantikan.
"Selamat pagi nyonya. Semuanya sudah di siapkan langsung oleh pemilik salon. Nyonya bisa langsung masuk ke dalam ruangan" ucap pelayan yang menyambut kedatangan mereka.
"Oh begitu ya. Ya sudah kamu antar anak saya ke ruangan nya ya, karena saya memang memesan kan nya untuk anak saya yang besok akan menikah" ujar Amora.
Viona mendelik ke arah Amora, merasa enggan melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh calon pengantin wanita.
"Baik nyonya. Mari saya antar."
Viona melirik sekilas ke arah Amora yang di balas senyuman dan anggukan oleh Amora.
Dengan setengah hati, ia berjalan mengikuti pelayan yang membawanya ke tempat yang dimaksud tadi.
Pelayan yang menunjukkan jalan pada Viona segera berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang berada paling sudut. Pelayan tersebut berbalik ke arah Viona dan membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat.
"Silahkan nona, anda sudah di tunggu di dalam" ucapnya mempersilahkan Viona untuk masuk.
Viona hanya mengangguk dan segera berjalan memasuki ruangan tersebut.
Saat baru melewati pintu ruangan, hidungnya sudah fi manjakan oleh lilin aromaterapi yang berada di semua sudut ruangan.
Matanya berkeliling melihat-lihat isi dari ruangan tersebut. Hanya ada sebuah ranjang kecil di tengah ruangan, dan di sisinya terdapat sebuah meja yang berisi peralatan untuk melakukan spa yang tidak ia ketahui apa namanya.
Di sudut ruangan juga terdapat sebuah bilik kecil yang sepertinya toilet. Setelah itu tidak ada lagi hal yang mengisi ruangan selain seorang perempuan yang berdiri di samping ranjang yang tengah memandang nya dengan senyuman ramah.
"Hai, kamu Viona ya. Ayo, kita mulai spa nya" ucap wanita yang sedari tadi menunggu kedatangan Viona.
"Iya" jawab Viona.
°°°°
Beberapa saat kemudian, Viona yang sudah selesai melakukan spa pengantin nya segera berjalan menghampiri Amora yang menunggu di luar ruangan sambil membaca majalah.
"Mah" panggilnya.
Amora segera menoleh ke arah Viona dengan senyuman. Lalu bangkit berdiri setelah menutup dan meletakan majalahnya di atas meja.
"Udah spa nya? Gimana, enak kan?" Tanya Amora sembari mengajak Viona berjalan meninggalkan tempat tersebut.
"Enak sih, tapi malu tau mah. Masa aku di suruh telanjang di sana, gak boleh pake penutup apa pun kecuali pengaman bawah aja, ya walaupun di ruangan itu gak ada cowok tapi tetep aja kan.. apalagi badan aku di urut-urut, pokoknya gak ada yang terlewat sedikitpun dari tangan nya" jawab Viona sekaligus menggerutu.
Amora tersenyum geli mendengar gerutuan Viona yang menurut nya lucu.
"Ya wajar dong sayang, namanya juga spa pengantin. Kan biar seluruh tubuh kamu keliatan fresh, besok malem kan kamu mau di unboxing sama Michael."
"Apan sih mah. Unboxing unboxing, emangnya aku apaan, lagian kan kita nikah juga karna perjodohan, jadi gak bakal di unboxing."
Amora hanya tersenyum membalas ucapan Viona. Lalu ia mengajak Viona untuk kembali ke rumah mengingat hari yang mulai siang.
°°°°
Sesampainya di rumah, Viona segera memasuki kamar nya dan berbaring di kasur ternyaman miliknya. Namun baru saja ia mencari posisi nyamannya, pintu di ketuk dari luar.
Tok.. Tok.. Tok..
"Viona mamah mau bicara, boleh mamah masuk?."
"Iya mah masuk aja!" Jawab Viona berteriak.
Ceklek.
"Mau tidur siang yah?" Tanya Amora sembari berjalan menghampiri putrinya uang duduk di atas ranjang nya.
Ia ikut duduk tepat di depan Viona.
"Hhee, iya mah. Ada apa mah?" Jawab Viona sembari memberikan sebuah senyumannya.
Amora tersenyum dan meraih kedua tangan Viona untuk ia genggam.
"Mamah gak nyangka banget sayang, besok kamu udah jadi seorang istri. Rasanya baru kemarin mamah ngelahirin kamu di rumah sakit, tapi sekarang kamu udah segede gini. Maafin mamah ya sayang, selama ini Mama udah sering nyuruh-nyuruh kamu, bentak-bentak kamu, bahkan mamah sering larang kamu ini itu" ucap Amora dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Mamah apaan sih, itu kan juga buat kebaikan aku juga. Harusnya aku yang minta maaf sama mama. Mamah gak mungkin kayak gitu kalo akunya yang gak bandel." Mata Viona Ikut berkaca-kaca.
"Mungkin beberapa hari lagi kita gak bakal tinggal bareng,tugas mamah udah selesai sampai kamu menjadi seorang istri."
"Jadilah istri yang baik dan berbakti pada suami kamu. Walaupun kamu nikah karena terpaksa, tapi mamah mohon satu hal sama kamu. Hargai Michael sebagaimana kamu menghargai papa dan mamah, karena setelah menikah, suami kamu adalah pengganti papah dan mamah. Jika kelak kalian ada masalah, bicarakan dengan kepala dingin. Jangan bertindak gegabah apalagi sampai meminta cerai."
Viona menghambur ke pelukan Amora dengan isak tangis yang mulai terdengar.
"Gimana kalo ternyata aku gak bisa jadi istri yang baik buat Om Michael mah? Aku takut, aku gak bisa apa-apa. Gimana kalo aku bikin kesalahan yang bikin Om Michael marah sama aku?"
Amora menarik Viona dari pelukannya. Ia menangkup wajah Viona agar menatap ke arahnya. Di perhatikan nya wajah cantik Viona yang kini tampak memerah karena menangis. Bahkan pipinya masih basah karena jejak air mata.
"Mamah yakin, kamu bisa jadi istri yang baik. Kamu tenang aja, Michael bukan orang yang temperamental. Kalo kamu bikin satu kesalahan, dia pasti ngasih tau kamu dan bimbing kamu."
Tangan Amora bergerak menghapus sisa-sisa air mata yang tertinggal di pipi Viona.
Viona diam memandang wajah Amora.
"Makasih mah. Makasih udah ngurusin Viona sampe Viona sebesar ini" ucap Viona.
"Hey.. sayang, kamu gak perlu bilang makasih sama mamah, kamu itu anak mamah, jadi udah jadi kewajiban mamah buat ngurusin kamu. Udah ah, kamu ngomongnya makin ngelantur. Pasti efek ngantuk nih, gih sana tidur siang. Pengantin kita harus istirahat dengan cukup, biar fresh" balas Amora dengan tersenyum hangat.
Namun walaupun demikian, mata Amora terap berkaca-kaca saat memandang Viona.
"Mamah.." Viona merengek dengan nada gemetar menahan tangis.
"Udah, sana tidur. Mamah keluar dulu ya" pamit Amora.
Tanpa memperdulikan Viona yang menatapnya dengan memelas, Amora berjalan keluar dari kamar Viona.
\=°°°•°°°\=
"Mic!"
Suara Schumacher yang memanggil Michael dari balik pintu kamar membuat sang pemilik kamar yang sedang mengeringkan rambutnya segera menoleh ke arah pintu.
Ia segera meletakkan handuk kecil yang digunakan nya untuk mengeringkan rambutnya ke gantungan dinding kamar mandi.
Dengan santai ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Dilihat nya sang papah yang tengah berdiri di ambang pintu dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah sedikit keriput nya.
"Ada apa Yah? Tumben ke kamar Mic?" Michael bertanya dengan nada penasaran.
"Ini Ayah gak di ajak masuk dulu gitu? Mentang-mentang Ayah jarang masuk ke kamar kamu" sindir Schumacher dengan nada bergurau.
"Eh sorry yah. Ayo masuk, kita ngobrol di dalem" ujar Michael mempersilahkan Schumacher untuk masuk ke kamarnya.
Schumacher tersenyum dan segera masuk ke kamar Michael. Ia memandangi kamar putranya yang terlihat rapi dan wangi.
Di tariknya kursi dari balik meja dan mendudukinya menghadap Michael yang duduk di pinggir ranjang.
"Kenapa yah? Ada yang mau Ayah omongin?" Tanya Michael tak sabar.
Schumacher tersenyum membalas ucapan Michael.
"Besok kamu nikah. Kamu udah latihan ngucap ijab Qabul nya?."
"Apaan sih Yah, kok malah bahas nikah?."
"Ayah cuman nany. Takutnya kamu salah sebut nama di depan penghulu nanti. Kan Ayah yang malu."
"Ayah tenang aja, Michael gak bakal salah nama."
Schumacher diam memandang wajah Michael dengan raut muka yang berubah serius.
"Walaupun pernikahan kamu hanya karena permintaan terakhir kakek, tapi Ayah mau kamu bisa berperan sebagai suami yang sesungguhnya untuk Viona. Lupain perempuan yang meninggalkan kamu, cobalah untuk menerima keberadaan Viona. Karena bagaimanapun juga, mulai besok Viona akan menjadi istri kamu. Jangan terpaku pada masa lalu hingga membuat Viona jengah dengan kamu."
Michael terdiam meresapi setiap kata yang keluar dari mulut sang Ayah.
Sungguh, ia masih belum sepenuhnya melupakan perempuan yang enam tahun lalu sudah meninggalkan nya. Apakah ia bisa membuka hatinya untuk Viona yang akan ia pinang besok?.
Entahlah, ia masih bingung. Ia masih belum benar-benar bisa membuka hatinya kembali untuk orang baru. Di dalam hati nya masih ada nama masa lalu nya yang terpahat sempurna.
___________________________
Jangan lupa tinggalkan jejak ya..