NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:24.5k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 19

Disisi lain kelurganya masih berada di dalam ruangan pribadi miliknya, membahas mengenai dirinya agar ingin pulang dan tinggal bersama mereka seperti dulu.

“Bang Arief, Ayah, Bunda... tolong bujuk Bang Arkan, supaya dia mau pulang dan tinggal bersama kita lagi....” Pinta Arhan.

“Arhan sebaiknya kau pulang sekarang... dia bukan Arkan, kau harus menerima itu. Dia hanya mirip saja dengan Abang mu. Jika dia Arkan, dia pasti sudah pulang dan kembali pada keluarganya.” Ujar Ikhsan menasehati calon adik iparnya itu.

“Wajah mereka memang sama, tapi sikap mereka sangat berbeda. Arkan kita sangat lembut dan sangat baik... tidak mungkin dia akan bersikap seperti ini pada kita....” Tutur Azel sembari memeluk dan memberi kata penenang untuk Arhan yang telah di kuasai oleh emosinya.”

Arief menatap papan nama yang ada di meja Arkan dan mengambil papan nama tersebut.

“Davidson Albert. Jika dia bukan adikku... tapi mengapa, aku merasa detak jantungnya berdegup kencang saat aku memeluknya?” Pikir Arief membaca papan nama tersebut.

Setelah lelah berjalan di koridor rumah sakit, Arkan berhenti di lantai 3 rumah sakit yang memperlihatkan dengan jelas kepulangan keluarganya, Arkan menatap kepulangan mereka dari balik jendela rumah sakit.

“Mengapa tidak dari dulu kalian memberikan kasih sayang kalian padaku, saat aku berada bersama kalian?”

“Dulu aku sangat ingin mendapatkan kasih sayang dari kalian, bahkan apapun aku lakukan hanya untuk mendapatkan senyum tulus dari kalian.”

“Dan sekarang aku sudah seperti orang jahat, yang tega tidak mengakui keluarganya sendiri...”

“Dokter David... ada apa dengan mu?” Tanya Rangga yang melihat adiknya itu termenung sambil melihat keluar jendela.

Arkan terlalu tengelam dengan semua pemikirannya, bahkan dirinya tidak menyadari kehadiran Rangga di belakangnya.

“Mataku kemasukan sesuatu, perih sekali Bang....” Ujarnya berbohong.

“Jangan berbohong padaku David....” Ujar Rangga yang melihat Arkan dengan tatapan sendunya.

Arkan yang melihat tatapan sendu Kakak sepupunya itu, segera memeluknya, dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

“Sebaiknya kau pulang saja, biar tugasmu Abang yang gantikan.” Ujar Rangga yang tak tega melihat keadaan Arkan.

“Tidak... aku akan melakukan tugasku dengan baik.” Ujar Arkan menggelengkan kepalanya.

“Jadi menurutmu Abang tidak bisa melakukan tugas dengan baik, hah? Abang sudah 13 tahun jadi dokter.” Ujar Rangga sedikit kesal atas ucapan Arkan.

“Hehehe, Aku gak bermaksud seperti itu Bang.” Balas Arkan terkekeh.

Agar Rangga tidak khawatir padanya, Arkan dengan cepat menutup semua kesedihan di hatinya, raut wajahnya yang awalnya redup kini berubah ceria dan penuh dengan canda tawa.

“Kenapa Abang jadi galak seperti Dokter Ara? Abang kebanyakan main sama dia sih, makanya ketularan galak deh.” Ujar Arkan meledek.

“YAK! Bisa gak sih tuh bibir di kasih rem? Biar gak asal bicara saja.” Sahut Ara yang tanpa sengaja mendengar namanya disebut.

“Nah, loh... singa betinanya datang. Abang gak mau terlibat ya, bay.” Ujar Rangga berlalu pergi.

“Pantas saja telingaku panas dari tadi, ternyata ada yang membicarakan ku di belakang?” Sindir Ara pada Arkan.

“Bang tolongin... kenapa nih singa betina tiba-tiba muncul sih....” Gumam Arkan.

“Ayo ikut dengan ku!”

“Kemana?”

“Ikut saja!” Ujar Ara dan menarik tangan Arkan.

Merasa dirinya dalam bahaya jika mengikuti Ara, Arkan mengambil ancang-ancang dan mulai berhitung, satu, dua, tiga! Arkan segera menarik tangannya, membalik tubuhnya dan berlari menjauh sejauh mungkin dari Ara.

“TUTUP TOPLES!” Teriak Dokter Ara kesal.

Skip waktu makan siang.

“Dokter Rangga, dimana dokter David?” Tanya Ara.

“Cie... saya bilang juga apa, jangan bertengkar terus. Sekarang nyariin kan.”

Dokter Ara menghela napas panjang dan tersenyum yang terlihat jelas sangat di paksakan.

“Mau aku pukul, dia dokter senior. Tapi, di diamkan tangan ku gatal....” Gumam Ara.

“Dokter Rangga Cuma perlu mengatakan di mana dokter David sekarang.” Ujar Ara memberikan tatapan mautnya.

“Dokter David sedang berada di ruang operasi, dia sedang melakukan operasi usus buntu bersama dokter Ikhsan.”

“Ada apa memangnya?” Lanjutnya bertanya.

“Ada pasien anak kecil yang terus memanggil dan mencari dokter David, Dok.” Jawab Ara.

Setelah hampir satu jam Arkan keluar dari ruang operasi dan menengok jam di tangannya, Arkan segera memijat pelipisnya. Dirinya ingat jika ada janji dengan pasien kecilnya.

Arkan pun segera berlari ke bangsal tempat pasiennya di rawat. Arkan sampai di ruangan pasien kecilnya itu dengan napas terengah-engah dan satu tangan memegangi perutnya.

Masih dengan nafasnya yang pengap, Arkan mendekati anak kecil yang di kelilingi para perawat sedang menangis di atas brankar. Arkan mengatur nafasnya dan menarik bibirnya untuk tersenyum.

“Hai... mengapa jagoan Dokter menangis?”

Ujar Arkan sambil membungkuk mensejajarkan tubuhnya, sembari menyeka air mata di pipi anak kecil yang terus meraung semakin keras di hadapannya ini.

Arkan meraih tubuh mungil itu ke dalam dekapannya dan mengangkat tubuh kecil itu serta mengayun secara perlahan. Arkan mengusap lembut surai anak yang berada di gendongannya.

Anak kecil itu bernama Rafi. Rafi baru berusia 5 tahun, namun dia sudah harus menderita karena penyakit tumor yang ada di otaknya. Arkan membelai dengan lembut, hingga tangisan Rafi akhirnya perlahan mereda.

“Kenapa Dokter Al lama sekali?” Kata yang terucap dari Rafi sedikit merajuk meskipun sudah tidak menangis.

Di rumah sakit ini Arkan di panggil dokter David bahakan Rangga pun memanggilnya demikian, mengantisipasi agar identitas Arkan tidak di ketahui oleh keluarganya.

Namun, hanya Anak kecil inilah yang memangil Arkan dengan sebutan Al, atau singkatan dari nama belakangnya, Albert. Karena Rafi lebih mudah mengucapkannya di banding nama Arkan yang sekarang, David.

Arkan menurunkan tubuh Rafi kembali ke tempat tidur sembari menyentuh hidung mancung Rafi.

“Maaf... Dokter Al siap menerima hukuman.” Ujar Arkan sembari memegang ke dua telinganya dan memasang wajah memelas pada Rafi.

“Aku mau.... Dokter Al gendong aku jalan-jalan ke taman di belakang rumah sakit!” Jawab Rafi sambil melipat tangan di depan dadanya.

“Baiklah, naiklah ke punggung Dokter Al. Tapi, setelah itu Rafi harus istirahat.”

Arkan duduk di sisi brankar dan Rafi dengan antusias menaiki punggung Arkan, suara tawa pun terdengar dari bibir anak bermata bulat itu.

“Iya! Rafi akan istirahat setelahnya.” Jawab Rafi sembari melingkarkan tangan mungilnya di leher Arkan.

Udara yang segar dan cuaca yang tidak begitu panas diiringi hembusan angin sepoi-sepoi, membuat Rafi sesekali memejamkan matanya menahan kantuk, melihat Rafi seperti itu membuat Arkan tersenyum. Arkan segera mengendong tubuh mungil Rafi, dan meletakan kepala Rafi di dadanya sambil menepuk-nepuk lembut punggung si kecil.

Tiba-tiba saja netra yang sedari tadi menatap lembut Rafi meneteskan buliran bening, tak tahu apa yang sedang ada di pikiran Arkan sekarang hingga membuatnya meneteskan buliran bening itu...

“Rafi... sifat manja mu ini mengingatkan ku pada adikku saat kecil....” Ujar Arkan tersenyum pahit.

“Aku ingin sekali memeluk keluarga ku seperti ini.... Aku sangat merindukan mereka, meskipun mereka tak pernah memberiku kenangan yang indah... Aku tetap menyayangi mereka.”

Arkan menyeka air mata yang membasahi pipinya dan menghela nafas panjang karena dadanya yang begitu sakit dan penuh sesak. Arkan kembali membawa Rafi ke ruangannya setelah anak itu tertidur pulas.

“Terimakasih Dokter, akhirnya Tuan muda bisa tenang.” Ujar seorang wanita paruh baya yang menjaga Rafi.

“Ya, sama-sama. Itu sudah tugas saya.” Balas Arkan tersenyum, yang kemudian keluar dari ruangan itu.

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
Wawan Kakap
Luar biasa
Rӊᷩуͦηᷠιͤєᷜ Kαⷼzⷻυⷿмꚟι✰͜͡v᭄
astaga ayahnya begitu sekali itu ya.. cuma peluk doank padahal..
Rӊᷩуͦηᷠιͤєᷜ Kαⷼzⷻυⷿмꚟι✰͜͡v᭄
jangan menyerah .. pasti sembuh kok.. semngat sja untuk sembuh. ok Arkan
Rӊᷩуͦηᷠιͤєᷜ Kαⷼzⷻυⷿмꚟι✰͜͡v᭄
arkhan ada riwayat penyakit Apa
. astaga apa akan selamat
™βτ$💜𝐀⃝®M¥🌹Ara⑨⑺
kamu memang lalai, Arkan. Tapi, mau bagaimana pun kamu itu manusia bukan robot yg bisa bertahan selama 24 jam, kamu juga butuh istirahat.
Rӊᷩуͦηᷠιͤєᷜ Kαⷼzⷻυⷿмꚟι✰͜͡v᭄
semangat Arhan.. semoga Salwa bisa kau dapatkan
™βτ$💜𝐀⃝®M¥🌹Ara⑨⑺
Rafi, kamu jangan bilang gitu, ya. Dokter Al itu ingin melihat Rafi sembuh, kalau Rafi sayang sama dokter Al, Rafi harus kuat dan semangat buat sembuh ya.
™βτ$💜𝐀⃝®M¥🌹Ara⑨⑺
Arkan kamu benar-benar baik, kenapa aku bilang gitu, yah.. soalnya kalau kamu yg terbaring di sana mungkin gak akan ada yg peduli dengan kamu😌
™βτ$💜𝐀⃝®M¥🌹Ara⑨⑺
Wah, kan kepincut sendiri kami, Ara. Makanya jangan galak2 ama Dokter Davidnya🤣
™βτ$💜𝐀⃝®M¥🌹Ara⑨⑺
Wah, kamu benar-benar, Arkan. Orang paman mu itu serius nanya. Malah kamu jahili seperti itu🤣
Leo Suparman
duh, kasihan banget dpt hadiah yg tidak mewah dr ayah, sabar arkan/Cry/
Leo Suparman
namanya juga sakit, pasti sebagai anak ttp ada yg menjenguk atau dirawat dr keluarga sndiri
Leo Suparman
cintamu tulus sama salwa, tp nasib tdk berpihak seban u lbh mementingkan org lain dr.pd hatimu.yg sakit itu
Leo Suparman
ayah jahat bgt, masak disapa anak sj gk jwab. kasihan arkan, udh lapar tp pagi² udh dibuat membersihkan dapur
Leo Suparman
ayah keras, disiplin, tapi ngak juga anak didik begitu apalagi memakai kekasaran. anak ada hati, jgn ceroboh memperlakukan seenaknya saja
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
aku mau bangus rasanya liat ketidakadilan dan kesengsaraan yang Akan rasakan... Pengin racunin Tuan Azel+istrinya dan kedua anaknya boleh nggak sih 😭😭🤧🤧🤣🤣🤣/Sob//Sob//Sob/
Aku pastikan mereka akan menyesal telah tega menyakiti hati dan mentall Arkan.. kan saat itu waktu tak dpat menggantikan penyesalan mereka.
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
jangan menyerah Akan tetap semangat dan kuat untuk dirimu sendiri. Tetaplah waras meski keadaan sering kali membuatmu down dan dipukul secara mentah mentah seakan ingin menghancurkan kewarasanmu. Tapi yakinlah akan ada pelangi selepas badai. akan indah pada waktunya. Sabar Yaa.. walau sulit dan berat. serasa ingin menyerah.. kamu hebat Arkan. 🤧🤧🤧
Antana Daka7
dih, jangan gara2 adik lemah dan punya sakit kaliam trlalu berlebihan membeda-bedakan dan kasih sayang trlupakan
Antana Daka7
kakak adik sama aja. arkan lagi sakit, tp sedikitpun kalian tdk menjawab telepon demi kabar dia
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Astagfirullahal'adzim... jika tak menyukainya dan tak bisa memberikan bahagia jangan menorehkan luka dihatinya.. Kurang apa perjuangan, pengorbanan dan perhatian serta kesabaran yang selalu Akan tunjukan pada kalian.. mengapa tak ada sedikitpun kebaikan dan kelembutan hati nurani dari kalian.. yang padahal keluarga tercinta Arkan.

kalian memperlakukan Akan seakan dia bukan anak kandung dan saudara kandung kalian. jahat sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!