NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panik

“Pak…” Panggil Jani pada supir barunya yang tidak pernah mengajaknya bicara. Senyumnya lebih ramah, tapi sikap nya lebih dingin dari supir Jani sebelumnya.

“Aku ingin jalan kaki dari depan situ, yang taman ya Pak. Aku sudah lama tidak olahraga.”

“Maaf Nona, saya tidak bisa menuruti permintaan Nona.” Jani merengut, dia patuh sekali pada Kak Calvin.

Bahkan jalan kaki sedikit saja dirinya tidak di ijinkan. Jani iri melihat beberapa mahasiswa bercengkerama dengan akrab di jalan taman menuju kampusnya.

“Saya jemput seperti biasa ya Nona.”

“Ya…” Hanya itu yang Jani dengar dari mulut supir barunya yang irit bicara.

“Janiiiiii…..” Teriak Runi yang berjalan dengan Kak Sam. “Rindu sekali dengan sahabat ku ini. Kau kenapa tiba-tiba batal ikut pertukaran pelajar ke Malang ke marin? Apa ada masalah?” Jani menggeleng.

“Aku lupa memberi tahu mu Run, maaf yah. Aku baik-baik saja kok, cuma aku batal saja, tidak ada alasan lain kok.”

“Kalau kau kesulitan jangan sungkan Jani, kau bisa bicara dengan ku Jan.” Sam mendekat, meraih tangan Jani menepuknya dengan lembut.

“Runi benar Jan, ponsel mu mati. Aku dan Runi berusaha menghubungi mu tapi tidak berhasil, apa kau yakin semua baik-baik saja?” Jani tersenyum, Kak Sam memang selalu hangat pada dirinya.

“Jani janji akan cerita pada kalian jika Jani kesulitan. Jani baik-baik saja Kak.” Sam mengusap kepala Jani dengan sayang, dia sudah menganggap Jani seperti adik kandungnya.

“Pak Restu bilang kau juga sudah tidak bekerja lagi di sana, apa Jani sakit?”

“Jani berhenti Kak, sekarang Jani tinggal…..” Hampir saja keceplosan. “Jani sekarang sudah punya murid les Kak, bayarannya lumayan jadi Jani berhenti dari toko Pak Restu.”

“Syukurlah kalau begitu. Kak Sam senang dengernya Jan.”

“Axel…. Kenapa kaki mu Xel? Jatuh yah?” Axel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Makanya lain kali hati-hati kalau naik motor.” Omel Runi yang khawatir.

“Kakak balik yah, kalian belajar yang rajin.”

“Bye Kak….hati-hati.”

“Hati-hati Kak.” Jani melambai pada Kak Sam yang sangat menyayanginya.

“Jan….ini Bunda bawain bekal.” Jani menerimanya dengan sungkan.

“Bunda kok repot-repot sih Kak, Jani jadi tidak enak Kak.”

“Cuma Jani yang di bawain nih?” Gerutu Runi iri.

“Kita makan sama-sama, pasti makanan yang Bunda bawian banyak Run. Ayo.” Jani menarik Runi berjalan beriringan dengannya.

Anak-anak kelas seperti biasa menyambut dan menyapa Runi dengan ramah, Jani seolah tidak terlihat meski berjalan beriringan dengan Runi. Jani segera duduk di kursinya, tidak mau mengganggu.

“Bunda bilang jangan bagi dengan orang lain makanan nya.” Jani tersenyum membaca tulisan di kertas yang Axel selipkan di bawah bukunya diam-diam. Mata Axel dan Jani saling bertemu, bertatapan dan saling bertukar senyum manis seolah sedang bicara lewat tatapan mata mereka.

***

“Ara!” Teriak Calvin membuat Ara yang sedang fokus dengan dokumennya terperanjat kaget. “Kau sudah berapa lama bekerja di sini! Hah! Begini saja kau tidak becus Ra?” Bentak Calvin membuat Ara kebingungan.

Ara tidak menjawab, dia ingin menunggu sampai jelas kemarahan Calvin di sebabkan oleh apa. Cukup lama Calvin terus mendiami Ara yang juga tidak berkutik dari tempatnya berdiri. Menunggu Calvin memberikan instruksi dirinya harus melakukan apa.

“Sorry Ra, kau boleh istirahat. Berikan aku waktu tiga puluh menit saja untuk istirahat. Aku sangat lelah.”

Ara tanpa basa basi segera keluar dan menutup rapat ruangan Calvin. Memberikan tanda pada siapa saja di larang mendekati ruangan Calvin agar Calvin bisa istirahat dengan tenang.

“Kenapa dia Ra? Marah-marah tidak jelas dari tadi.” Langit juga jadi sasaran sama seperti Ara.

“Tidak biasanya Pak Calvin marah begini, apa ada yang membuatnya kesal ya Pak.” Langit mengedikkan bahunya, sama bingungnya dengan Ara yang tidak tahu apa-apa.

“Biarkan Pak Calvin istirahat saja Pak, ayo kita juga istirahat sebentar.” Mereka meninggalkan Calvin yang uring-uringan.

Calvin sedang memandangi foto-foto yang Supir Jani kirimkan, entah ada motif apa dia mengirim foto-foto cantik Jani yang sedang bersenda gurau dengan Sam dan Axel di lobby kampus.

Tidak terlihat wanita lain, hanya ada Jani di sana. Padahal mereka cukup ramai, pikiran Calvin saja yang kalut melihat Jani terlihat begitu bahagia dengan orang lain.

Calvin cemburu tidak pernah melihat senyum cantik Jani saat sedang dengan dirinya. Jani banyak menghindar, hubungannya masih sangat canggung dan tidak banyak interaksi yang terjadi. Jani masih menutup diri karena selalu merasa takut saat sedang dengan dirinya.

Calvin kesal, Jani tidak selugu yang Langit ceritakan. Semakin tahu siapa Jani, Calvin semakin kagum dan takut akan kehilangan Jani. Bukan karena Jani wanita yang bisa berkhianat, masa lalu yang membuat Calvin terus saja merasa was-was dengan hubungannya.

Calvin merasa mual, dia menenggak habis air mineral yang ada di atas mejanya.

“Shiiittt…. Wanita selalu saja membuat kepala ku rasanya mau pecah!”

“Tunggu Jani, aku akan membalas semua perbuatan mu.”

Gumam Calvin bicara dengan dirinya sendiri.

Drttt….drtttt……

Panjang umur, Jani yang sedang menguras perhatian Calvin mengirim pesan.

“Jani ingin tanya sesuatu boleh tidak Kak?”

“Apa?”

Jani menatap ponselnya dengan kesal, singkat sekali jawabnya.

“Kenapa Pak Supir lama berhenti? Kenapa tiba-tiba saja di ganti dengan yang baru Kak?” Jani meremas ponselnya dengan erat.

Tidak apa Jan, tidak ada salahnya bertanya. Kalau tidak kau bisa mati penasaran Jan.

Gumamnya menenangkan dirinya sendiri yang sedang gemetar ketakutan.

Tringggg…..tringgggg….trinnnggggg…….

Ponsel Jani bukan mendapat balasan malah menerima panggilan masuk dari Calvin. Jantung Jani berdegub cukup keras, rasanya campur aduk dan khawatir.

Jani : Ha….

Calvin : Kenapa bertanya? Apa aku pernah mengijinkan mu ikut campur?

Jani : Bu…bukan begitu Kak, Jani hanya penasaran.

Calvin : Atau kau merasa bersalah sudah menyalah gunakan supir mu untuk kepentingan pribadi mu!

Jani : Jadi benar yah gara-gara Jani Pak Supir berhenti?

Calvin baru sadar ucapanya pasti menyakiti perasaan Jani yang lembut. Tapi amarahnya kian memuncak melihat Jani bergurau dengan pria lain dengan begitu dekat.

Calvin : Dengar.

Ucapnya dengan suara berat

Calvin : Kau tidak perlu merasa bersalah Jani. Fo…

“Hey….ada apa Jan, kenapa menangis?” Suara laki-laki yang terdengar jelas di telinga Calvin sebelum Jani menutup panggilannya.

Jani terkejut sekali ada Axel di belakangnya. Jani mengusap air mata yang membasahi pipinya, rasa bersalahnya masih belum bisa Jani hilangkan.

“Kamu kenapa Jan? Ada yang menyakitimu?” Jani menggeleng tapi air matanya terus saja mengalir deras membuat Axel khawatir.

Axel mengusap punggung Jani dengan lembut, tangis Jani terdengar begitu menyakitkan di telinga Axel yang diam-diam menaruh hati pada wanita pendiam ini.

“Maaf Kak, Jani jadi menangis begini.” Ucap Jani setelah cukup tenang, dia selalu saja menunduk enggan menatap lawan bicaranya.

Axel berjongkok, menatap dengan sendu wajah Jani yang sembab.

“Apa ada yang bisa Kak Axel bantu?” Bicara nya lembut sekali membuat Jani merasa seperti sedang di perhatian Mas Angga.

Jani menggeleng, dirinya saja tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan masalah yang sudah dirinya timbulkan dan merugikan orang lain.

“Jani kesal pada diri Jani sendiri Kak. Maaf kak Axel jadi khawatir karena Jani menangis.” Jani mencoba melepaskan rasa kecewanya yang tidak juga membaik.

Sakitnya masih menusuk dadanya memikirkan nasib malang pada orang lain yang sudah dirinya timbulkan.

“Jangan menangis, kau jelek saat menangis.” Jani tertawa, sedikit terhibur dirinya dengan ucapan Axel yang cukup manis padanya.

***

“Ara!” Teriak Calvin sejak tadi merasa panik.

Brukkkkk…..

“Iya Pak.”

Ara lari terbirit-birit dari ruangannya menuju ruangan Calvin yang ada di sebelahnya. Teriakannya seperti ingin memakan Ara hidup-hidup.

“Siapkan Helly, aku harus pulang sekarang juga.” Ara lagi-lagi harus berlari untuk segera memenuhi semua permintaan Bos nya yang suka sekali dadakan.

“Tolong handle semuanya dulu sampai aku kembali.” Ara mengangguk.

Enteng sekali mulutnya berucap. Padahal jika tidak ada dirinya semua nya tidak bisa Ara selesaikan dengan cepat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!