Tak ingin lagi diremehkan oleh teman-temannya, seorang bocah berusia enam tahun nekad mencari 'Ayah Darurat' sempurna; tampan, cerdas, dan penyayang.
Ia menargetkan pria dewasa yang memenuhi kriteria untuk menjadi ayah daruratnya. Menggunakan kecerdasan serta keluguannya untuk memanipulisi sang pria.
Misi pun berjalan lancar. Sang bocah merasa bangga, tetapi ia ternyata tidak siap dengan perasaan yang tumbuh di hatinya. Terlebih setelah tabir di masa lalu yang terbuka dan membawa luka. Keduanya harus menghadapi kenyataan pahit.
Bagaimana kisah mereka? Akankah kebahagiaan dan cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emergency Daddy 27.
Langit telah menggelap sepenuhnya. Elvano menyingkap tirai jendela kamar demi bisa melihat keadaan di luar rumah. Dari lantai dua, netra polosnya mengamati beberapa pria bersetelan hitam yang kini telah menyebar di seluruh bagian kediaman sang kakek.
Otak kecilnya mulai menganalisa, mengingat kembali situasi yang bagi Elvano sendiri tidaklah begitu asing. Ia sering melihat hal seperti ini, orang-orang Uncle Teo akan selalu berada di sekitarnya maupun sang mommy saat mereka hidup di luar negeri.
Tapi kini, kenapa para penjaga itu ada di sini?
Bukankah mommynya mengatakan 'mereka akan mulai hidup normal di tempat kakek?'
Pengawalan yang ketat, akses terbatas dan tidak bebas, begitulah kehidupan yang Elvano lalui sejauh ini bersama mommynya.
Tidakkah tersirat tanya mengapa dalam benak polos Elvano?
Bocah itu merasakannya. Elvano tahu semuanya pasti memiliki alasan. Meski sering kali pertanyaannya berakhir diabaikan oleh Anggita. Mommynya hanya akan mengatakan jika orang-orang itu melindunginya, karena Uncle Teo dan Aunty Tsania yang menyayangi mereka. Menggunakan dalih bahwa; hidup di kota besar memiliki kemungkinan jika akan mudah dekat atau pun bertemu dengan yang namanya tindakan kriminal, apalagi di luar negeri.
Terus seperti itu jawaban yang Anggita berikan pada Elvano. Tanpa menyadari jika sang putra sebenarnya terus mencerna semua situasi. Elvano merasa, keadaan ini, mungkin, berkaitan erat dengan sosok yang menghadirkan dirinya ke dunia, tentang ayah biologisnya.
Elvano keluar dari kamar. Bocah itu turun ke lantai utama berniat ingin mencari keberadaan sang kakek.
"Mas, siapa mereka? Kenapa banyak sekali?"
"Baru saja Tsania menghubungiku, mereka adalah orang-orangnya Teo."
Sekar nampak terkejut. "Kenapa Teo mengirim banyak orang ke sini? Apa sudah terjadi sesuatu? Di mana Anggita, Mas?" Tiba-tiba Sekar merasa khawatir dengan keadaan putrinya yang masih berada di luar sana.
"Mommy belum pulang, Kek?"
Suara Elvano memecah keseriusan antara Galang dan Sekar. Mereka sama-sama menoleh pada Elvano yang ternyata sudah berdiri tidak jauh dari tangga.
Sekar dan Galang saling pandang, sebelum kembali menatap pada Elvano.
"Mommymu masih di luar, bersama temannya."
Jawaban itu seketika membuat Sekar menatap lain pada suaminya.
Dan seakan mengerti dengan arti tatapan itu, Galang pun kembali bersuara, "begitulah yang Tsania katakan padaku. Anggi ada di tempat temannya."
Sekar merasa ada yang aneh. Setelah kejadian di masa lalu, putrinya itu tidak lagi memiliki teman. Sahabat-sahabatnya bahkan langsung menjauh dari Anggita. Anggita benar-benar ditinggalkan.
Elvano memperhatikan ekspresi kakek dan neneknya. Bocah itu mulai merasa ada yang tidak beres. Seketika ia jadi merasa khawatir terhadap keadaan sang mommy.
Sampai dering dari ponsel Galang terdengar.
Pria paruh baya itu mengangkatnya. "Hallo?" Seseorang bicara di seberang sana. Memberi tahu akan keadaan Anggita. "Baiklah. Terima kasih, karena sudah menjaga putriku." Wajah Galang tampak berbinar, melukiskan sebuah kelegaan.
"Anggita ada bersama Nathan. Dia baik-baik saja," beri tahu Galang langsung pada Sekar agar istrinya itu bisa merasa tenang. Nathan lah tadi yang telah menghubunginya.
"Jadi Mommy sedang bersama Daddy?" tanya Elvano.
Galang lekas memberikan anggukan pada cucunya. Membuat Elvano jadi mengukir senyum di wajah tampannya. Ternyata mommynya sedang bersama daddy. Ia kini merasa lega setelah tadi sempat merasa khawatir terhadap keadaan Anggita.
Selain itu, mendengar sang mommy yang ternyata bertemu dengan daddy darurat pilihannya di luar waktu yang sama sekali tak melibatkan ia, Elvano semakin merasa percaya diri, ternyata misinya menargetkan pria dewasa itu berjalan sangat sukses.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, tepatnya di villa pribadi keluarga Raksa. Setelah menghubungi Galang tadi, Nathan mulai membawa langkah keluar bersama Anggita dengan tangan yang saling bertaut. Pria itu akan mengantar pulang wanitanya.
Namun langkah keduanya tertahan saat sebelum mencapai mobil Nathan.
Di depan villa kini sudah ada dua mobil hitam bersama empat pria yang berdiri tegak. Dan ketika mereka melihat Nathan sudah mendekat, semuanya kompak menunduk seakan memberikan hormat.
Bukannya senang, Nathan malah terlihat berdecih kecil.
Mereka adalah orang-orang Dad Jon.
"Tuan Besar meminta Anda pulang." Satu dari empat pria itu berucap sopan.
Nathan menghela napas sebelum akhirnya menjawab, "katakan pada Daddy, aku akan pulang setelah aku mengantar kekasihku." Setelahnya Nathan berlalu begitu saja membawa Anggita untuk menuju mobilnya, tapi sayang, keempat orang itu jauh lebih cepat bergerak untuk menghalangi. Yang membuat Nathan langsung mengeraskan rahang. "Apa-apaan kalian?! Menyingkir dari mobilku!"
"Maaf, Tuan. Kami diperintahkan untuk segera membawa Anda pulang"
Sial!
"Aku sudah bilang, kan! Aku akan pulang setelah mengantar Anggita!"
"Nath..." Anggita lekas menyentuh lengan pria yang menggenggam tangannya. Ia bisa melihat kekesalan di wajah itu. "Aku tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri."
"Aku tidak akan membiarkan mu pulang sendiri." Suaranya terdengar menekan. Dan Nathan kembali ingin menuju mobilnya.
Akan tetapi anggota Dad Jon sama sekali tak memberi celah. Mereka harus segera menyelesaikan tugas, sesuai perintah yang diberikan tuannya. Bahkan Dad Jon mengizinkan mereka untuk menggunakan kekerasan, andai putra keduanya itu terlalu sulit untuk dibawa pulang.
Nathan terpancing, pria itu tidak cukup sabar untuk menghadapi anggota sang daddy yang terus saja menghalangi jalannya. Hingga satu tendangan pria itu layangkan, membuat Anggita merasa terkejut dengan memekik kencang.
"Nathan..! Nathan... Stop! Aku mohon hentikan!"
Nathan yang sukses sudah meraih satu dari keempat pria yang ada di hadapannya itu menghentikan niatnya. Tangannya semakin kuat saat sudah berhasil mencengkram pakaian hitam itu, netranya menajam dan karena terus mendengar suara memohon Anggita, ia pun akhirnya menghempaskan anggota daddynya secara kasar.
"Aku mohon hentikan. Aku tidak apa-apa. Aku bisa kembali sendiri. Kau bisa pulang, Nath." Anggita memilih berdiri di hadapan Nathan. Menyentuh kedua lengan pria itu yang netranya masih saja menajam terhadap orang-orang daddynya.
Nathan cukup merasa geram, karena keempat orang itu lah, ia jadi terlihat tidak sabaran di depan wanitanya, kan?
Awas saja mereka!
Nathan mengalihkan pandangannya pada Anggita. Ia kembali menghela napas panjang. Mencoba meredam kekesalan yang sempat mencuat.
Baiklah, kalau begitu, "Aku akan menemui Daddy terlebih dahulu. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang," ucap Nathan pada Anggita. Ia tetap kekeh tidak akan membiarkan Anggita pulang seorang diri.
Anggita sempat terkejut, tapi ia tidak bisa menolak saat melihat raut wajah serius Nathan. Nathan kembali ingin menuju mobilnya dan mengatakan pada anggota ayahnya bahwa ia akan langsung pulang ke kediaman utama keluarga Raksa.
Akan tetapi, lagi-lagi keinginan pria itu segera dihalangi.
"Anda tidak diizinkan menggunakan kendaraan pribadi, Tuan."
Astaga!
Nathan mengeram kesal. Rasanya ia butuh Mom Anita saat ini.
Joni Raksa sangat tahu perangai putra keduanya. Nathan memiliki kemampuan melarikan diri di detik-detik terakhir sebelum mendapatkan hukuman, atau terkadang, bocah itu akan bersembunyi di balik punggung sang istri dan kakaknya, Agam Raksa.
Mau tak mau Nathan mengalah. Ia tidak ingin lagi terjadi keributan di depan Anggita. Tanpa melepaskan genggaman tangannya, Nathan membawa Anggita masuk ke dalam mobil yang memang sudah ditentukan untuk membawa ia pulang ke kediaman utama keluarga Raksa.
mau komen apa dari karya ini, entahlah. Tapi gregetnya itu lho...
kesel ia,, ngakak iya... lengakp amat sih buat karyanya..
sukses selalu untuk karya luar biasamu Kak Diana.. semoga karyamu semakin bersinar❤️❤️❤️🥰🥰🥰