kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UNTUK SEBUAH ALASAN
...***...
Dua hari kemudian.
Nona muda tertua Xin Qian baru saja hendak menuju lokasi, akan tetapi.
Deg!.
"Kya!."
Ada sebuah tali gaib yang membelit pinggangnya, setelah itu tubuhnya melayang dan ditarik ke arah samping?.
"Kya!.
Jantungnya terasa mau copot, ia segera bergerak menjauh.
"Nona muda xin qian."
"Oh?."
Nona muda tertua Xin Qian segera menyadari siapa yang telah berani menculiknya di siang hari?.
"Apa artinya ini tuan muda lingyun kai?." Ia berusaha menahan amarahnya, agar tidak memukul kepala Lingyun Kai. "Janji kita masih beberapa hari lagi! Kenapa kau malah menculik saya?."
"Maafkan saya nona muda tertua xin qian." Lingyun Kai segera memberi hormat. "Saya bisa jelaskan."
Namun saat ia hendak menjelaskan, ia mendengarkan ringkihan kuda di seberang tembok. Tanpa banyak berpikir, ia segera menggunakan jurus tali gaib pengingat jiwa. Sementara itu yang ada di dalam kereta kuda telah terikat oleh tali gaib pengingat jiwa.
"Eh? Apa?!."
Ia terkejut ketika tangannya terikat oleh sesuatu, tangannya seperti ditarik paksa?. Bahkan melompat paksa dari kereta kuda?. Tapi pengiring kereta kuda tidak menyadarinya?.
"Uwoh!."
Kakinya telah mendarat di tanah, mencoba tenang.
"Pangeran ketiga?."
Deg!.
Pangeran Shoi-ming terkejut ketika mendengar suara seorang wanita, tapi amarahnya berapi-api saat matanya menangkap sosok Lingyun Kai.
"Bajingan! Apa yang hendak kau lakukan?!." Umpatnya penuh amarah.
Duakh!.
Pangeran Shoi-ming memberikan sepakan kut5at tepat di kaki belakang Lingyun Kai, membuat pemuda itu bertekuk lutut.
"Kegh! Agkh!." Lingyun Kai meringis sakit, kakinya terasa keram. Nafasnya terlihat berat, menahan rasa sakit akibat sepakan itu.
"Tuan muda lingyun kai!." Nona muda tertua Xin Qian sangat panik melihat itu, berusaha membantu Lingyun Kai untuk berdiri. "Kau masih sakit? Di mana obatnya?."
Lingyun Kai merogoh bajunya, mengambil obat pereda sakit, dan meminumnya.
"Tenangkan dirimu tuan muda lingyun kai." Nona muda tertua Xin Qian memberikan arahan. "Tarik nafas dengan pelan, sebentar lagi obatnya akan bekerja."
"Kenapa aku merasa bersalah padanya?." Dalam hati Pangeran Shoi-ming. "Sejak kapan mereka dekat?." Ada perasaan cemburu di hatinya. "Maafkan saya tuan muda lingyun kai." Pangeran Shoi-ming memberi hormat. "Saya hanya terkejut saja, kenapa tuan muda menculik saya, juga dekat dengan nona muda tertua xin qian?." Rasa penasaran itu sangat menggelitik di hati pangeran Shoi-ming. "Apa yang kalian rencanakan sebenarnya?."
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
Nyonya Fengying sudah baikan, sudah bisa duduk dan berbicara seperti biasanya.
"Di mana kedua anak saya?." Nyonya Fengying menuangkan air minum, dan menyerahkannya pada tuan jendral. "Kenapa mereka belum datang menemui saya?." Setelah itu mengambil kue kering, dan memakannya.
"Tuan muda jianhong, dan juga tuan muda junfeng saat ini berada di rumah makan dewi permata." Jawabnya sambil memberi hormat.
"Pagi-pagi seperti ini? Mereka malah ke sana?." Nyonya Fengying sedikit marah. "Apakah di rumah ini kekurangan makanan? Sehingga mereka malah makan di luar?." Suaranya sedikit tinggi.
"Hahaha!." Jendral Xiao Chen Tao tertawa, tangannya memberi kode pada pelayan itu agar meninggalkan ruangan itu. "Tenanglah dulu istriku."
"Apakah kau bisa menjelaskannya padaku?." Nyonya Fengying tersenyum kecil. "Apa yang sedang kalian rencanakan sebenarnya?."
"Apakah kau mengenali nona muda tertua xin qian?." Balasnya.
"Ya, sedikit." Jawabnya agak ragu. "Kenapa memangnya?."
"Ada sebuah rahasia yang telah aku selidiki tentang dia selama ini." Tangannya mengambil kue kering, dan memakannya.
"Katakan, rahasia apa?." Raut wajahnya tampak serius. "Jangan aneh-aneh ya suamiku."
"Hahaha!." Jendral Xiao Chen malah tertawa.
"Hmph!." Nyonya Fengying merajuk?.
"Ayolah sayangku, dengarkan dulu penjelasan ku." Bujuknya. "Jangan terlalu cepat untuk marah."
"Tergantung dari penjelasan mu berikutnya." Responnya dengan perasaan kesal. "Aku tidak terima jika kau mau bermain api di belakang ku."
"Hahaha!." Jendral Xiao Chen Tao semakin tertawa.
"Katakan dengan cepat!." Suasana hati nyonya Fengying semakin buruk.
...***...
Istana, kediaman Permaisuri Chan Juan.
Pangeran Jun Hie baru saja keluar dari kamar, segera menuju ruangan tengah.
"Ibunda permaisuri." Ia memberi hormat. "Selamat pagi ibunda permaisuri."
"Selamat pagi putraku." Balas Permaisuri Chan Juan dengan senyuman lembut. "Duduklah."
"Baik." Pangeran Jun Hie hanya nurut saja.
"Adikmu pangean chaoxiang? Apakah dia benar-benar ingin belajar di sana?." Tatapan mata Permaisuri Chan Juan begitu curiga. "Dia tidak berniat kabur? Atau hanya untuk bersenang-senang, kan?."
"Haiya! Ibunda permaisuri berkata apa?." Pangeran Jun Hie menarik nafas pelan. "Adik chaoxiang sudah dewasa, mana berani dia bermain-main seperti itu." Tangannya mengambil beberapa lauk yang telah disajikan.
"Bagaimana dengan adikmu shoi-ming?." Permaisuri Chan Juan menatap serius. "Kenapa ia tidak ikut sarapan? Juga adikmu qiang long? Kenapa tidak ada di istana ini?." Suara Permaisuri Chan Juan sedikit tinggi, menahan amarah di hati.
"Adik kedua shoi-ming pergi ke rumah makan dewi permata." Jawabnya agak ragu-ragu.
"Kenapa ia ke sana? Apakah masakan istana tidak membuatnya berselera untuk sarapan?." Permaisuri Chan Juan semakin marah.
"Ayolah ibunda permaisuri." Pangeran Jun Hie takut. "Tenanglah sebentar saja, dengarkan penjelasan saya dulu."
"Hufh!." Permaisuri Chan Juan menarik nafas pelan. "Dia ini memang anakku." Dalam hati Permaisuri Chan Juan. "Dia selalu berbicara dengan baik, jika ada masalah untuk menyulitkan dirinya." Hati Permaisuri Chan Juan merasa puas. "Ini sifat ku, seratus persen sangat mirip dengan aku." Ada kebanggan di hati Permaisuri. "Baiklah, jelaskan." Permaisuri Chan Juan mencoba tenang.
"Dua hari yang lalu, adik kedua mendapatkan undangan." Jelasnya dengan pelan. "Meminta adik kedua menjadi juri penilaian dalam kompetisi memasak." Lanjutnya. "Adik kedua menyanggupinya."
"Jadi? Karena itulah ia ke sana?." Permaisuri Chan Juan memastikan kembali ucapan itu.
"Tentu aja ibunda permaisuri." Responnya.
"Bagaimana dengan adik bungsu mu? Apakah dia ada acara di luar?." Balas Permaisuri Chan Juan, matanya menyipit aneh.
"Tidak, adik bungsu masih di istana ini." Pangeran Jun Hie menahan nafasnya.
"Jika ia masih berada di istana? Kenapa ia tidak sarapan bersama?." Permaisuri Chan Juan merasa sesak. "Apakah ia sudah bosan memandangi wajah tua ku ini?."
"Bukan seperti itu ibunda permaisuri." Pangeran Jun Hie sangat panik. "Adik bungsu sedang belajar dengan giat." Ia berusaha menjelaskan. "Bukankah? Sebentar lagi ada ujian kenegaraan? Adik bungsu sedang fokus belajar."
Permaisuri Chan Juan tampak berpikir. "Kalau begitu, perintahkan pelayan untuk membawakan sarapan untuknya." Hati Permaisuri Chan Juan sangat cemas. "Jangan sampai adik bungsu mu sakit."
"Baik ibunda permaisuri." Ia bangkit, dan memberi hormat. "Saya ke dapur sebentar." Setelah itu segera menuju dapur.
"Aku lupa, sebentar lagi akan ada ujian kenegaraan." Permaisuri Chan Juan menarik nafas pelan. "Ini gara-gara kaisar yang selalu manja." Permaisuri Chan Juan kesal.
"Hatchiu!."
Kaisar tiba-tiba saja bersin, langsung melihat ke kana dan ke kiri.
"Rasanya ada seseorang yang benci padaku." Kaisar bergidik ngeri. "Semoga saja dia tidak mengutuk aku!." Kaisar mencoba tenang.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana kisah selanjutnya?. Temukan jawabannya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿