🍒 Ayo masukkan dalam rak buku kalian 🍒
"Badan Tuan sangat kekar. Bulan menyukainya."
"Apa Kamu sedang menggodaku?!"
Bulan pembantu cantik yang ingin merebuat semua yang di miliki oleh Nyonya besar, majikan perempuannya. Tidak hanya itu saja, gadis itu juga ingin membuat manjikannya merasakan penderitaan.
Ada apakah di balik semua ini?
#Bulan Pembantu Licik#
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. BPL
Hansel menggelengkan kepala sembari melepas jaket lalu meletakkannya di atas kursi.
"Ma, Hansel ke kamar dulu, ya," ucap Hansel lembut.
"Sayang, kamu ingin kamar di lantai tiga, masih ada kamar kosong. Kamarnya juga sudah bersih," cakap Mamanya dengan tersenyum lebar menatap wajah anak semata wayang yang sangat di kasihi.
Pria berkharisma itu mendongak ke atas. "Ma, aku ingin kamar di lantai dua sebelah kamarnya om Jeremy saja."
"Ya sudah, biar di bersihkan pembantu lebih dulu. Kamu duduklah sini minum teh sama Mama," sahut Hana sembari menarik pergelangan tangan Hansel duduk di meja makan. "Bulan, cepat bersihkan kamar sebelah Tuan Jeremy," teriak Hana sembari mendongak ke atas.
Gadis cantik itu yang kebetulan sedang berada di lantai dua membersihkan meja nakas tempat vas bunga seketika berdiri lalu merundukkan badannya menatap ke bawah.
"Baik Nyonya," sahut Bulan lemah lembut lalu masuk ke dalam kamar kosong sebelah kamar Jeremy.
Maklum saja rumah megah seperti istana ini memiliki banyak kamar kosong dan besar yang di dalamnya memiliki fasilitas lebih dari hotel bintang lima, sementara Hana dan hansel tengah berbincang di ruang makan.
"Hansel bagaimana keadaanmu selama di luar negeri? Kamu baik-baik saja 'kan, tidak kekurangan apapun selama di sana?" tanya Hana seraya memberondong dengan seribu pertanyaan.
Wanita itu sangat terlihat jelas, raut wajahnya seraya kedua alisnya berdekatan. Dirinya sangat mengkhawatirkan anak satu-satunya yang hanya dia miliki. Hana memang sangatlah menyayangi Hansel lantaran hanya anaknya yang bisa membuatnya tetap semangat dalam menjalani hidup, meskipun harus membuat kesalahan besar demi kebahagiaan Hansel.
Hansel menghela nafas pelan seraya menatap wajah Hana. "Hansel baik-baik saja Mah."
Hana tersenyum lebar seraya matanya berbinar penuh rasa kebahagiaan. "Kalau sudah siap tehnya, cepat letakkan di atas meja sini," ucap Mamanya lembut pada salah satu pembantu yang sedang mengaduk teh di dalam cangkir putih.
Wanita itu bersuara dengan lembut dan ramah seperti malaikat tak bersayap memperlakukan semua pembantu yang ada di rumahnya, di saat ada Hansel bersamanya.
"Baik Nyonya," sahut pembantu itu pelan.
pembantu itu meletakkan ke dua teh tersebut di atas baki, kemudian mengeluarkan lipstik dari saku seragam dan memolesnya di bibir tipis miliknya, setelah itu memasukkan lagi ke dalam saku. Hana yang posisi duduknya menghadap pembantu itu hanya melihat dan tersenyum manis.
"Ini Tuan tehnya," ucap pembantu itu lembut sembari meletakkan di depan Hansel lalu Hana.
Pria berkharisma itu menyeruput teh lalu beranjak dari tempat duduknya. "Hansel ke atas dulu Ma. hansel ingin istirahat," pamit Hansel lalu melangkahkan kaki naik ke atas lantai dua.
Hana menatap punggung anaknya menaiki anak tangga, lalu dirinya berdiri dan menarik kasar pergelangan tangan pembantu itu di saat mencuci perabotan hingga badannya berbalik dan saling behadapan.
PLAK.
Hana menampar pembantu itu dengan matanya terbelalak seraya tatapan tajam, di seratai jari jempolnya mengusap dengan kasar bibir pembantu itu sampai lipstik nya berantakan hingga ke pipi. Pembantu itu seketika matanya berkaca-kaca seraya tangannya memipil bawah rok dengen badan gemetar, hanya terdiam di saat Hana tengah naik darah.
"Kamu ingin menggoda anakku?! Aku peringatkan kamu, jangan sekali-kali kamu mencoba merayunya atau berkhayal bisa menjadi menantu di rumah ini, jika tidak ingin menerima akibatnya! Paham!" pekik Hana seraya menekan nada bicaranya.
"Ba-baik Nyonya," sahut pembantu itu dengan suara parau dan terbata-bata lalu meninggalkan Hana.
Setelah memperingatkan pembantu itu Hana mendongak ke atas. Dirinya melihat Hansel yang tengah berdiri seraya memegang railing. Ternyata anaknya tidak langsung masuk ke dalam kamar, tetapi sedari tadi memperhatikan sikap Mamanya yang kasar pada pembantu itu.
"Hansel dengarkan Mama, ini tidak seperti yang kamu lihat. Mama tadi hanya memberi perintah dan aturan di rumah ini," jelas Mamanya.
Hansel tidak menghiraukan penjelasan Hana. Perasaannya sedikit kecewa dengan sikap Mamanya lantaran tidak seperti di saat bersamanya. Dengan wajah datar tanpa ekspresi Hansel membalikkan badan dan tidak menjawab penjelasan Hana.
Seketika langkahnya terhenti lantaran ada Bulan di depannya, sepersekian detik bola mata mereka saling menatap dengan cerah.
"Tuan muda, kamarnya sudah selesai di bersihkan," ucap Bulan seraya menundukkan pandangannya.
"Terima kasih," sahutnya datar lalu masuk ke dalam kamar.
Hansel sekarang kamu sudah tumbuh dewasa, tidak kekurangan satupun dalam kehidupanmu. Kamu juga sangat bahagia dan tumbuh dengan sangat baik. Apakah kamu tidak mengenaliku? Tetapi, sebaiknya tidak sampai akan aku tunjukkan pertunjukkan besar sampai kamu dan Hana bertekuk lutut di bawah kakiku dan Mamaku. Saat ini kalian memang berada jauh di atasku sampai hukum pun tidak mampu menjerat, tapi tidak berlaku untukku. Dengan tanganku sendiri hukuman itu akan berjalan. batin Bulan seraya menatap punggung Hansel yang lebar dan gagah.
Hansel merebahkan tubunya sembari menaik turunkan layar ponsel miliknya hingga malam 'pun tiba sekitar pukul sepuluh malam pria itu dengan memakai kaos oblong dan celana jins sobek-sobek keluar dari rumah. Mobil sedan mewah berawarna hitam pekat dop keluar dari garasi di kendarai oleh Hansel, sangat terlihat tampan dan berkulit putih meskipun terlihat dari luar kaca.
"Tuan Hansel mau ke mana malam-malam begini," ucap Bulan yang membuntuti Hansel dari belakang di saat mengetahui Tuan muda itu keluar dari kamarnya lalu memperhatikan dari balik tiang beton rumah yang besar dan tinggi. Setelah melihat mobil Hansel keluar dari pekarangan rumah. Bulan kembali lagi ke dalam kamarnya dengan bertanya-tanya. Pasti ada yang di sembunyikan Hansel dari Hana, mengingat Hansel anak yang patuh dan di tambah lagi keluar malam tanpa sepengetahuan Hana, batin Bulan.
Menjelang pagi gadis cantik itu sudah memeriksa garasi mobil, ternyata mobil Hansel sudah terparkir dengan rapi di tempatnya sampai membuat Bulan merasa keheranan. "Hansel pulang pukul berapa? Jam tujuh pagi saja, dirinya sudah berada di rumah," batin Bulan lantaran merasa aneh untuk apa keluar malam-malam jika hanya sebentar saja. Gadis cantik itu menghela nafas panjang sembari tersenyum getir, nanti malam aku harus tahu jawabannya, batinnya kembali lalu masuk ke dalam rumah guna meneruskan pekerjaannya.
Sementara di meja makan. Hansel, Hana dan Jeremy tengah sarapan pagi bersama.
"Hansel, kapan kamu sampai ke rumah?" tanya Jeremy basa-basi dengan tatapan datar.
Hansel melirik Jeremy lalu menjawabnya. "Kemarin siang sewaktu om Jeremy masih di kantor."
Hansel memanggil Jeremy dengan sebutan Om karena memang di antara mereka tidaklah akrab seperti ayah dan anak. Di mata jeremy, hansel hanyalah anak tiri yang tidak pernah dia sayangi dan tidak di anggap sebagai anak kandung lantaran tahu jika posisi presdir di perusahaan akan menjadi milik Hansel, begitupun juga dengan Hansel tidak pernah menganggap Jeremy adalah Papa sambungnya meskipun dirinya tidak tahu rasanya mempunyai Papa itu seperti apa dan siapa ayah kandungnya yang sampai sekarang tidak pernah terungkap atau masih di sembunyikan oleh Hana.
Bersambung 😀
Ayo ayo bantu Vote kakak 🫶🙏
bulan semangat dalam misi mu
semoga kamu berjodoh sama hansel
dan kamu duduk di sofa sambil kamu buka paha kamu lebar2
begitu di bulan lakukan itu , masuk kamar kasih tahu si hana biar didamprat dan diusir hana.
apakah Hana datang