Pernikahan Segudang Luka

dengan segala rayuan demi meyakinkan istrinya, bisa berbuah manis, akhirnya dia bisa membujuk istri nya langsung mereka menuju lantai bawah, guna berpamitan kepada orang rumah,

"pa, mah zani izin pamit pulang kampung kerumah ayah, katanya zani butuh waktu buat menenangkan dirinya, " dan membeberkan alasan zani pulang akhirnya orang tuanya mengijinkan, tapi yang membuat ia heran raut wajah papa nya berbeda dengan sang ibu, terlihat sekali ketika iya mengatakan bahwa zani akan pulang kampung papa nya memasang wajah tak suka dan sedikit kesal,

𝑘𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑝𝑎?? tanya nya dalam hati

berbeda dengan sang ibu deni yang terlihat menghawatirkan kondisi menantu nya, takut akan disalahkan dan dipertanyakan orang tua zani atas apa yang menimpa zani, tapi dia juga kasihan dan iba walaupun tau , sebenarnya iya tau apa penyebab zani trauma seperti sekarang, dia akan melakukan sesuatu nanti agar zani bisa nyaman berumah tangga dengan putra sulungnya,

𝑚𝑎𝑎𝑓𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑛𝑎𝑘, batinnya sedih dan kecewa

diperjalanan pulang menuju halte bus, zani banyak diam dia berubah dalam hal sikap, yang biasa nya cerewet, malu malu, dan sesekali melontarkan kata kata lucu, sifat itu seakan lenyap,

deni yakin akan mengusut apa yang sudah terjadi dirumah orang tuanya, dia mencurigai seseorang tapi dia ragu akan hal itu,

𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑘𝑢𝑡 , 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟?? batinnya, sembari mengendarai motor, tak lama iya sampai di halte bus, membantu zani turun dengan mengulurkan tangannya, supaya sang istri tidak jatuh, dan mengambil tas yang di bawa zani dari rumahnya berisikan sebagian pakaian nya,

"bang aku pamit yah, " pamit zani mencium punggung tangan suaminya takzim, memberikan seulas senyum, yang dapat menambah kecantikan diwajah mungilnya,

"iya dek, hati hati dijalan yah, kalo sudah sampe kabari abang yah, " membalas senyum zani yang dapat membuat dia ragu melepaskan zani, walaupun dia menikah tanpa cinta, tapi sekarang dia dapat melihat kepolosan, keikhlasan dan kasih sayang yang zani berikan di setiap melayani nya, ayah dan bunda sukses membesarkan anaknya,

tidak hanya tulus, dan lemah lembut tuturnya, tapi deni melihat betapa rapuh hati istri kecilnya ini, andaikan dia tega memberikan luka padanya mungkin mudah membuat nya terluka yang amat dalam, umurnya dengan zani terpaut jauh zani 16 tahun dan sekarang dia berusia 25, di usia yang masih terbilang belia dan belum mengerti apa itu pernikahan tapi dia dapat menjalani perannya menjadi seorang istri yang cukup baik,

walaupun deni tau dia begitu banyak telah membohongi dan membuat kecewa istrinya tapi lihat lah dia, selalu sabar atas perlakuan nya yang masih kekanak-kanakan! bersyukur sekali dia mempunyai istri sesabar zani, pikirnya

bertukar pandangan, tak lama kenek bus datang dan menyuruh nya masuk, zani dengan senang masuk ke bus dan berharap bisa menenangkan hatinya yang rapuh, tapi dia juga merasa kasihan kepada sang suami,

mobil bus yang zani naikin telah berjalan jauh dan menghilang dari pandangan nya, bergegas iya menuju tempat pekerjaan nya, tapi dengan tampang lesu,

beberapa jam kemudian, setelah perjalanan yang lumayan melelahkan bagi zani akhirnya iya sampai dirumahnya mengendarai sepeda motor kang ojek pengkolan,

"loh .. zani kenapa bisa ada disini" seru kaget bunda zani, buru buru dia menghampiri anaknya dan menyeretnya kedalam rumah, agar tidak ada tetangga nya yang melihat zani pulang tampa didampingi suaminya, apa kata tetangganya!!

"kenapa pulang tidak dengan suamimu? " berondong bunda zani tak sabar mendengar alasan zani pulang,

"bun zani gak betah, zani takut" melasnya

"gak , gak ada alasan, bunda gak mau dengar alasan kamu, " sargas bunda

*

*

voter like coment dan suport kalian adalah semangat ku Terima kasih yang selalu setia dinovelku