NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Infidelity

Dengan langkah penuh kehati-hatian, Willy berdiri di balik dinding, satu mata mengintip aktivitas pria yang sedang asyik menikmati tubuh kekasihnya, ingin sekali mengambil tindakan dengan memberikan bogem pada wajah pria tersebut. Namun, ia mencoba menahan diri. Dalam benaknya, semua itu terjadi atas dasar suka sama suka. Tindakan kasar sepertinya hanya akan berujung sia-sia.

Dengan napas tersengal dan langkah tersendat karena emosi yang kian bergejolak, Willy akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Argh! Aku benar-benar tidak menyangka!" batinnya, mencoba untuk tetap tenang saat ia kembali ke tempat semula. Namun, sebelum pergi, ia memberi tendangan keras pada mobil hitam yang terparkir di semak-semak, hal itu di lakukan untuk meluapkan amarah yang telah lama ia tahan.

"Berengsek!" pekiknya kesal, membuat alarm kendaraan tersebut berbunyi nyaring.

Kekacauan ini membuyarkan kegiatan panas Karina bersama pria asing itu. Mereka terkejut, salah satu dari mereka yang bertugas mengatur cahaya lampu kamera bergerak untuk melihat apa yang terjadi di depan sana.

Sementara itu, Willy sudah bergegas meninggalkan tempat tersebut dengan mobilnya, kendaraan roda empat itu pun melaju kencang karena emosi yang meluap-luap tak terkendali.

"Eugh!" Willy memukul-mukuli kendali mobil, hingga ia teringat bahwa mobil tersebut milik Jason.

Frustasi merajalela dalam dirinya. Alih-alih merencanakan waktu yang menyenangkan dengan sang kekasih, Willy malah dihadapkan pada situasi yang menyakitkan ini, dan membuat rencana pernikahan mereka pupus.

Kekecewaan merayapi hati Willy, karena Karina telah mengkhianati kepercayaan setelah mereka berkomitmen selama tiga tahun.

"Ini sungguh sangat keterlaluan!" desisnya dalam hati. Tanpa sadar, ia melaju terlalu kencang, bermanuver di antara kepadatan lalu lintas menuju kantor Jason.

Willy merasa butuh teman untuk berkeluh kesah. Sementara Johan, salah satu sahabatnya, sedang melakukan penerbangan ke Malaysia sebagai seorang pilot.

Willy memarkir kendaraan roda empat tersebut di basement dan dengan langkah tegas, ia menuju lift yang membawanya menuju ke lantai 50, tempat ruangan pribadi Jason berada. Ia tak perlu meminta persetujuan kepada resepsionis atas kedatangannya, karena Jason telah membebaskan kedua sahabatnya untuk datang kapanpun mereka mau ke perusahaan.

Meski misalnya Jason sedang sibuk atau mengadakan rapat penting, Willy atau pun Johan bisa bersantai di ruang kantor yang telah dilengkapi dengan fasilitas mewah, sudah seperti rumah mereka sendiri.

Willy membuka pintu ruangan Jason, yang tengah sibuk dengan komputer dan tumpukan file di meja kerjanya.

"Jas," sapanya dengan wajah pucat. Jason memutar kursi dan menatap Willy dengan kening berkerut.

"Kenapa, Will? Bukankah kamu akan berkencan dengan Karina?" tanya Jason, sedikit heran. Willy masuk ke ruangan itu dan meletakkan kunci mobil di atas meja kerja Jason.

"Ini, aku kembalikan!"

Jason terkejut. "Loh, kenapa? Apa ada sesuatu?" Jason menatap wajah sahabatnya dengan tajam, mengetahui bahwa Willy sedang mengalami masalah serius.

Ia mencoba menangkap setiap ekspresi yang terpancar dari wajah sahabatnya.

"Sebaiknya duduk dan tenangkan dirimu, lalu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," ujarnya dengan bijaksana.

Willy mengangguk, mengikuti saran Jason. Ia melangkah ke arah lemari es, mengambil sebotol minuman, dan meneguknya tanpa kendali.

"Will, tidak usah terbawa emosi!" cegah Jason, mencoba menenangkan Willy yang tampak begitu terguncang. Namun, Willy tak bisa menahan lagi. Ia berteriak kencang, suaranya memecah kesunyian di ruangan tersebut.

Jason tidak bisa diam saja. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Willy, lalu membimbingnya untuk duduk di atas sofa.

Dengan kehadiran Willy yang terpukul seperti ini, Jason terpaksa harus menjeda pekerjaannya yang menumpuk. Ia merasa iba melihat sahabatnya sedang mengalami masa-masa sulit seperti ini.

Jason duduk di sebelah Willy, menghela nafas dalam sebelum mulai bertanya lagi. "Apa ini menyangkut tentang Karina?"

Willy menatap sejenak ke arah Jason, lalu mengangguk.

"Ya, ini ada hubungannya dengan Karina," jawabnya sambil menggelengkan kepala atas permasalahan yang menimpa. Ia lalu menceritakan segalanya kepada Jason dengan detail.

"Oh, begitu. Apa perlu aku mencari tahu pria asing itu dan aku bisa melenyapkan mereka dengan caraku?" usul Jason, merasakan apa yang dirasakan Willy. Ia seakan tak terima sahabatnya dikhianati seperti ini.

Willy menggeleng tajam.

"Tidak perlu, Jas! Terima kasih, tetapi sebaiknya tidak melakukan kekerasan untuk masalahku ini. Aku pikir, jika begitu Karina akan semakin besar kepala, aku akan mencoba untuk melupakan dia," jelas Willy penuh tekad, meski itu akan terasa sulit dan butuh waktu lama untuk menghapus rasa cintanya kepada wanita yang selama ini telah ia percayai dan jaga perasaannya sebaik mungkin.

Jason mengangguk, mencoba menghormati keputusan Willy. Ia juga tahu bahwa Willy dan Karina sudah melangkah terlalu jauh, mereka terlalu lepas kendali, dan harus berakhir dengan pengkhianatan.

Sesaat, Willy merasakan pusing yang semakin parah dan pandangannya mulai memburam. Ia mencoba untuk tetap tegar, akan tetapi beban pikiran yang menghantamnya terlalu berat. Tanpa bisa menahan lagi, Willy tertidur tanpa pamit, tubuhnya terkulai lemas di atas sofa.

Jason melihat keadaan Willy. Ia mengerti bahwa sahabatnya membutuhkan istirahat dari semua yang sedang terjadi. Dengan lembut, Jason menutupi Willy dengan selimut dan meninggalkannya untuk kembali melanjutkan tugas yang sempat terjeda, sambil berharap semoga Willy bisa mendapatkan ketenangan dalam tidurnya.

Dengan penuh kepedulian, Jason juga memesan makanan kepada petugas kantin perusahaan melalui panggilan Interkom.

"Tanto, tolong buatkan sandwich ayam, salad sayuran segar dan secangkir teh panas," pesannya dengan suara lembut tetapi tegas.

Setelah selesai memesan, Jason kembali duduk di kursi kebesarannya sambil menunggu makanan itu datang. Ia berharap makanan itu bisa memberikan sedikit kenyamanan bagi Willy saat ia bangun nanti.

...

Waktu terus berlalu, tepat pukul 5 sore, Willy mengajak Jason ke tempat hiburan malam tempat tongkrongan mereka. Padahal, Jason sebenarnya merencanakan pulang cepat untuk memenuhi janjinya kepada Cindy, karena gadis itu ingin bertemu dengan Alvian.

Namun, ia merasa Willy sedang terpukul dan membutuhkan dukungan.

Setelah mandi, Jason bersiap-siap dengan mengenakan pakaian yang lebih santai. Biasanya, ia mengenakan celana pendek jika tidak dalam suasana formal, dipadukan dengan kaos putih v-neck dari Maison Margiela, sneaker bermerek Common Projects, serta jaket biru navy bermerek Moncler untuk melengkapi penampilannya.

Meskipun agak terburu-buru karena keinginan untuk mendampingi Willy, Jason tetap memperhatikan detail dan kualitas pakaian yang ia kenakan, sesuai dengan citra dan kebiasaannya yang selalu tampil stylish dan berkelas.

Dengan tatanan rambut model undercut yang rapi dan modern, Jason terlihat begitu tampan dan menawan, sesuai dengan karakter wajah dan kepribadiannya yang menampilkan aura kekuasaan yang ada pada dirinya. "Ayo, kita jalan sekarang," ajak Jason, Willy mengangguk, ia sama sekali tak memperhatikan penampilan seperti Jason.

Sebelum berangkat, Jason meraih kacamata hitam dan mengenakannya dengan gaya yang khas. Saat keduanya keluar dari ruangan, sebagian staf yang masih bekerja terpaku pada Jason, memandang dengan takjub.

"Gila, makin keren aja Pak Jason," batin Mira, salah seorang karyawan wanita, menatap tanpa berkedip, matanya mengikuti langkah Jason yang bergerak.

Jason dan Willy masuk ke dalam lift yang akan mengantar mereka menuju basement. Willy tampak kusut, kegalauan masih menghantui pikirannya.

Jason menyadari hal itu dan menepuk pelan pundak Willy. "Sudahlah, kita akan bersenang-senang," ucapnya sambil mengangguk memahami. Mereka masuk ke dalam mobil, Jason mengambil kemudi, siap untuk melanjutkan perjalanan.

Beberapa saat kemudian, kendaraan mereka tiba di tempat tujuan. Keduanya keluar dan melangkah bersama-sama, Jason selalu menjadi pusat perhatian dengan karismanya yang tak terbantahkan.

Saat berjalan di tengah keramaian, salah satu pria bergaya wanita berupaya menyentuh benda keramat milik Jason saat mereka berpapasan. Dengan cepat, tangan Jason langsung menangkal sentuhan yang tak diinginkan itu dan memelintir tangan sang waria tanpa pertimbangan.

"Aawww... Sakit," teriak waria tersebut merengek manja.

"Jangan coba-coba berbuat hal buruk terhadapku atau tulang lenganmu akan aku patahkan!" peringatkan Jason dengan suara tegas yang penuh ancaman.

"Aduh, saya minta maaf," ucap waria tersebut sambil terisak.

"Awas kalau kamu sampai mengulangi perbuatanmu lagi!" Jason menatap penuh ancaman terhadapnya, sementara Willy mencoba menenangkan situasi.

"Jas, udah!"

Keduanya melangkah ke arah seorang bartender yang berdiri di depan sebuah sofa super empuk dan nyaman. Pria berseragam hitam putih itu dengan totalitas memberikan pelayanan terbaik, menawarkan berbagai minuman beralkohol berkualitas dunia, dan dengan hati-hati menuangkan salah satunya ke dalam gelas mereka berdua.

Johan tiba secara mendadak, menyambut keduanya dengan jabatan tangan hangat.

"Sorry aku telat, baru balik soalnya," ucap Johan, lalu mereka kembali duduk dan mulai mengobrol.

Suasana kembali serius ketika Willy menceritakan masalahnya lagi dan meluapkan emosi.

"Hmm... Itu artinya kamu dan Karina bukan jodoh, kamu yang sabar ya," ujar Johan, diangguk setuju oleh Jason. Setidaknya dengan curhat kepada mereka, beban pikiran Willy sedikit berkurang.

"Bagaimana kalau kita liburan, ke tempat asyik gitu, aku punya rencana sama istriku, kami akan mengunjungi sebuah Villa," ajak Johan, sambil memperlihatkan beberapa tempat eksotis dan nyaman yang lokal di ponselnya kepada Willy dan Jason.

"Aku sebenarnya sudah booking Villa di Sindangwangi, kawasan Jawa Barat. Daerahnya sejuk, banyak sekali pegunungan," ujar Johan, sambil menunjukkan gambar-gambar villa yang indah di ponselnya kepada Willy dan Jason. "Kalau kalian mau, kita liburan sama-sama, sekalian aku ajak anak istriku juga, bagaimana?" Johan meminta pendapat mereka.

Willy dan Jason mengangguk cepat. "Boleh tuh," jawab Willy antusias.

"Ya, sepertinya akan menyenangkan," tambah Jason, dengan rencana dalam hati untuk mengajak Cindy juga. "Bagaimana kalau lusa kita kesana?" usulnya, disambut senyuman setuju dari Willy dan Johan.

Di sudut lain, Akira tengah mengawasi Jason, dikelilingi lima anak buahnya yang setia.

Jason merasakan gerak-gerik di arah sana. Dengan intuisinya yang tajam, ia mulai bergerak, menyusup di antara kerumunan orang-orang di lantai dansa.

Tanpa banyak bicara dan pertimbangan, tangan Jason meluncur dengan cepat dan mendarat dengan sempurna di wajah Akira, membuat mulutnya mengeluarkan cairan bening.

"Kamu mencoba untuk memata-mataiku, kan? Dan kamu juga yang mengirim wanita untuk menggodaku, mengakulah!" bentak Jason dalam amarah, suaranya membuyarkan keheningan dan membuat orang-orang berteriak, sebagian besar melarikan diri.

Akira mengawasi lawan, bangkit dari posisinya dengan gagah, mencoba mengancam balik Jason dengan tatapan dingin yang menusuk.

Sejenak ia melirik ke lima anak buahnya yang sedari tadi hanya bergeming tak melakukan tindakan terhadap Jason yang sudah berani memukulnya.

"Naze kimi-tachi wa damu sa, ha? kare to tatakau!" teriak Akira dengan keras, mencoba menyemangati kelima anak buahnya untuk menyerang pemuda tersebut.

"Hai, wakarimashita," jawab Kaito di sertai anggukan dan menunduk hormat pada Akira.

Jason dikepung oleh kelima anak buah Akira, sedikit pun tidak ada rasa gentar dalam dirinya. Mereka menyerang secara serempak, dengan cepat ia melompat dan memberikan tendangan melingkar mengenai kepala dan wajah lawan satu per satu menyebabkan tubuh mereka terpelanting ke arah yang tak beraturan, dan memporak-porandakan sekitarnya.

"Ayo maju! Kalian hanya bisa main keroyokan!" tantang Jason, tiba-tiba Akira melompat dari arah belakang dan tepat mengenai punggung lawan.

Tubuh Jason terjengkang tepat mengenai meja tamu, membuat beberapa botol dan gelas pecah. Serpihan kaca itu menggores pipinya sampai berdarah.

Beberapa wanita yang tersisa di sana juga berteriak histeris, mereka membubarkan diri mencari tempat aman dan terjadilah kekacauan.

Sementara itu Willy dan Johan hanya bisa menonton, tidak bisa berbuat banyak karena mereka tidak memiliki ilmu bela diri seperti Jason.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!