NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Autopsi dan Saksi

[Arron/Julian]

Sang surya memancarkan cahaya yang luar biasa terang, namun tak cukup untuk mencairkan hatiku yang membeku akibat dinginnya fikiranku saat ini. Peluh memang mengalir dari pelipisku namun itu terasa seperti air es yang mencair setelah menjadi salju sebelumnya, mungkin saja kulitku sudah serupa dengan warna salju dan bibirku sebiru laut yang membeku. Fikiranku benar-benar kacau siang ini.

Saat usai memeriksa mental di psikolog dan memutuskan bahwa Picho adalah pemenangnya atas saran dari perempuan yang sembarang ku hentikan di jalan, juga membiarkan pria tinggi dengan tahi lalat di pipi kirinya itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda di kedai. Aku melangkah tanpa arah tujuan pasti dengan jiwa dan fikiran yang berkelana di lingkaran pertanyaan tak kunjung terpecahkan.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa psikolog itu tidak menentukan siapa yang salah dan benar diantara kami? Apa dia terlalu netral hingga takut menyalahkan salah satu pasiennya? Tapi jika psikolog itu bisa melihat Taira juga berarti ada yang tak beres denganku dong? Mengapa dia tidak menyalahkan ku dan malah memberikan alasan yang tak masuk akal!?

Tunggu, apa!? Bicara tentang hal yang tak masuk akal, aku jadi teringat tentang perkataan Picho saat pertama kali bertemu di kedai yang juga adalah rumah Leo malam itu. Ia sempat mengatakan bahwa dunia ini memang penuh dengan hal yang tidak masuk akal, contohnya adalah ketika fikiranku yang akan jernih ketika meminum alkohol dimana orang pada umumnya justru akan semakin kacau jika meminum minuman tersebut. Dan sekarang aku mendengar hal yang tidak masuk akal lagi dari psikolog. Apa aku memang harus berdamai dengan hal yang tidak masuk akal tersebut?

Baiklah, anggap saja hal yang tidak masuk akal itu memang ada! Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Mencari tahu lebih dalam tentang hal yang aku tak mengerti ini? Jangan bercanda! Ini terlalu rumit dan memakan banyak waktu! Yang ada aku keburu dipecat atau dicurigai juga berkomplotan dengan pembunuh itu oleh pak pimpinan jika kasus ini tidak segera selesai! Aku harus bekerja lebih cepat dari detektif tak becus itu!

Sepertinya aku harus mengesampingkan dulu tentang hal yang tak logis ini dan fokus mencari cara lain untuk membuktikan bahwa koki itulah pelaku pembunuhnya, jika memang bukan mereka pembunuh berantai itu setidaknya mereka adalah orang yang telah meracuni pelanggan di kedai lamanya tersebut. Memang aku sudah terkesan melenceng dari tugas utamaku menyelidiki tentang detektif tak becus itu, namun entah mengapa kasus ini erat hubungannya dengan perempuan itu.

Sekarang tinggal memikirkan strategi lain untuk mencari bukti bahwa koki itu bersalah. Aku memandang langit untuk mencari ide strategi apa yang akan kulakukan kali ini, namun hanya melihat papan reklame minimarket yang menghalangi langit. Seketika langkahku terhenti dan kepalaku menoleh ke arah pintu masuk mini pmarket tersebut, lalu tersenyum lebar.

...***...

Cesss! Suara soda yang meluap dari kaleng bir setelah ku buka saat aku barus aja keluar dari minimarket tempatku membelinya tadi. Ku teguk tiga kali air dari dalam kaleng itu dan merasakan seolah isi kepalaku terbanjur bersih olehnya, seketika fikiranku jadi lebih jernih dan tenang setelah meminum bir tersebut. Lagi, ku tatap langit biru cerah yang kali ini tidak terlhalang oleh apapun. Ku telusuri lagi ide dalam fikiranku yang akan membawa pada strategi terbaik.

Mencari bukti langsung dari tempat perkara terjadi sudah, mencari bukti dari tersangka juga sudah, sekarang harus mencari bukti dari mana lagi? Ah benar juga! Ini kan kasus pembunuhan, pasti korban didiagnosis tewas akibat racun setelah melewati proses autopsi! Mengapa aku tidak melihat hasil autopsinya saja agar tahu lebih jelas informasi terkait cara korban menelan ajal!?

Informasi tentang gender korbannya saja aku tidak tahu, bagaimana bisa aku menyelesaikan kasus ini tanpa mengerti hal yang sangat mendasar seperti itu!? Dasar Julian bodoh! Bukannya fokus pada keadaan korban, kau malah terlalu sibuk dan membuang waktuku untuk mengintai para koki itu. Fokuslah pada tujuanmu, Julian. Fokus!

Aku melanjutkan langkahku menuju rumah sakit tempat korban diautopsi yang sempat diberitahukan pemilik kedai saat aku investigasi ke tempat perkara terjadi beberapa hari lalu. Ku coba temui dokter yang mengautopsi korban untuk menanyakan beberapa hal terkait kondisi korban, untungnya dokter tersebut tidak sedang sibuk dan bisa berbincang lama denganku.

Pria muda berkacamata yang tampan dan semakin terlihat gagah dengan baju rapi serba putihnya, mempersilahkan ku masuk pada ruangan pribadinya sambil tersenyum ramah. Dia yang mengautopsi jasad korban yang meninggal bulan lalu? Muda sekali wajahnya! Apakah ilmu dan pengalamannya sudah memadai untuk menanggapi kasus serius seperti ini? Aku jadi sedikit ragu padanya.

“Silahkan duduk kak… maaf siapa nama anda?” Ucap dokter tersebut mempersilahkan ku duduk dan dilanjut menanyakan namaku.

“Arron,” jawabku singkat.

“Baik kak Arron, perkenalkan nama saya Ilan. Ada yang bisa saya bantu?”

“Apa benar kau yang mengautopsi korban yang keracunan makanan di kedai Lyly Lavender bulan lalu?” Tanyaku tanpa mempedulikan perkenalan namanya yang sama sekali ku tanyakan.

“Benar sekali, dan apa maksud kedatangan kemari untuk menanyakan keadaan korban tersebut? Apa anda adalah kerabat korban?”

“Bukan, aku orang yang ditugaskan untuk menyelidiki terkait kasus tersebut,” jawabku jujur tanpa bermain peran, karena aku membutuhkan informasi yang jujur juga dari dokter ini.

“Baiklah, apa yang ingin anda tanyakan terkait korban tersebut?”

“Pertama saya ingin menanyakan tentang gender dan nama korban,” aku mulai membahas hal yang paling penting tanpa basa-basi.

“Korban adalah wanita berinisial R, untuk nama detailnya saya tidak bisa sampaikan karena itu adalah privasi keluarga korban,” jawabnya yang kurang lengkap dan justru menambah pertanyaan di benakku.

Jadi korbannya itu perempuan!? Sialan! Picho benar-benar cerdas bisa mempermainkan mentalku dengan tipuan murahannya! Dia benar-benar telah menjebak ku dalam permainannya, bodoh sekali aku mudah percaya dengannya malam itu! Kenapa tidak aku pastikan lebih dulu sebelum melanjutkan rencanaku terhadapnya!?

Jika sudah begini aku jadi keburu ketahuan duluan dan tak punya muka dihadapannya! Bagaimana ini!? Tenang, Julian. Masih ada cara lain untuk mengungkap kebenaran walau identitasmu sudah diketahui oleh pria tinggi itu. Ayo kembali pada hal penting yang harus dicari lagi.

“Setelah diautopsi, apa yang kau temukan tentang penyebab kematiannya?”

“Saya melihat terdapat gumpalan besar dan lengket serupa kiju yang merekat pada lambungnya hingga pencernaan korban terganggu. Diduga bahwa gadis itu sebelumnya mengonsumsi buah-buahan bersama dengan susu secara berlebihan, buah memang tidak baik jika disatukan dengan susu. Dugaan ini diperkuat dengan pengakuan dari keluarga korban yang mengatakan bahwa korban gemar sekali meminum Milkshake Strawberry dingin bercampur juga dengan makanan yang teramat pedas,” terang Ilan menyampaikan hasil autopsinya.

“Selain gumpalan lengket, saya juga menemukan iritasi yang cukup parah didalam perutnya seolah sering diisi dengan makanan yang teramat pedas. Makan pedas, buah, dicampur susu tambah parah lah kerusakan pada pencernaannya. Sayangnya keluarga korban tidak memahami akan cara mengatur pola makan sehat, hingga putrinya tercinta harus mengakhiri hidupnya saat sembarangan makan di kedai tersebut akibat luka pada pencernaannya yang sudah terlalu parah dan tak pernah mendapati tindakan pengobatan,” lanjutnya menyelesaikan penjelasannya.

“Jadi intinya korban wafat bukan karena racun, tapi perpaduan makanan yang berbahaya dan ia konsumsi secara rutin. Kebetulan korban itu mengalami sakit yang teramat parah hingga nyawanya tak terselamatkan ketika sedang sembarangan makan di kedai tersebut, begitu?” Tanyaku mencoba menyimpulkan seluruh penjelasan Ilan yang panjang lebar itu.

“Betul sekali!” Jawabnya yakin.

“Baik, terimakasih atas informasinya. Saya akan melanjutkan penyelidikan kasus ini pada rumah keluarga korban, apa kau punya alamat rumahnya?”

“Ada, namun saya tidak yakin bahwa keluarga korban masih tinggal di situ, mengingat kasus kepergian anaknya tercinta yang telah terjadi cukup lama yaitu satu bulan. Mereka mungkin sudah pindah rumah karena terpuruk kehilangan anaknya dan ingin nyepi,” jawab dokter yang bernama Ilan itu.

“Tak apa, berikan saja alamatnya. Tidak akan tahu jika belum mencoba datang ke sana,” jawabku dengan serius dan menggebu.

Ilan mulai mengambil secarik kertas dan sebuah alat tulis lalu menuliskan alamat keluarga korban tinggal, tak lama setelahnya ia memberikan kertas itu padaku sambil tersenyum ramah. Akupun pamit undur diri dan melanjutkan perjalananku menuju alamat yang tertulis sambil meminum bir yang belum sempat ku habiskan.

...***...

Setelah satu jam berjalan kaki dibawah langit yang mulai dipenuhi awan hitam, sampailah jua aku pada alamat yang ditulis oleh dokter Ilan tersebut. Ku tatap rumah yang cukup besar namun tidak lebih besar dari rumahku yang ada dihadapanku ini. Jika dibandingkan dengan rumahku, rumah ini besarnya lebih kearah samping, sedangkan rumahku besarnya ke atas karena lantai bertingkat.

Perlahan ku langkahkan kakiku mendekati rumah besar tingkat satu itu dengan degup jantung yang tak beraturan bercampur rasa harap jika keluarga korban masih ada di rumahnya. Mengapa aku jadi gugup seperti ini? Sejak kapan aku mudah gugup saat menjalani tugas penyelidikan? Apa karena kasus ini lebih rumit dari yang ku kira? Aku jadi harus menghabiskan banyak tenaga untuk memikirkan tentang kasus ini? Seketika kakiku menjadi lemas, namun tetap ku paksakan untuk melangkah.

Aku sempat menghela nafas untuk menenangkan diri sebelum mengangkat tangan gemetar ku ini mengetuk pintu. Belum sempat aku mengetuk, pintunya sudah dibuka oleh seseorang dari balik pintu dan itu cukup untuk membuatku sedikit terloncat karena terkejut. Nampak perempuan paruh baya yang wajahnya pucat tak berenergi, matanya juga sembab seperti menangis sepanjang hari, namun ia masih memaksan diri untuk tersenyum lemas.

“Maaf, cari siapa ya dek?” Tanya wanita yang wajahnya sudah dipenuhi kerutan itu.

“Perkenalkan, nama saya Arron. Saya adalah detektif yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus tewasnya pelanggan kedai berinisial R akibat keracunan makanan bulan lalu. Apakah benar ini rumah keluarga korban terkait?”

“Benar, nak Arron. Saya adalah ibu dari korban tersebut.”

“Maaf sebelumnya, boleh saya minta waktunya untuk mencari kesaksian akan kronologi tersebut?”

“Boleh, silahkan masuk dek. Kita bicara di dalam saja,” ibu itu menarik tanganku untuk masuk bersamanya.

Meski setiap ruangan pada rumah ini sangatlah gelap seolah telah lama tak dirawat dengan baik, mata elangku masih bisa melihat dengan jelas interior rumah ibu dari korban tersebut. Retinaku mengedar dan menangkap banyak bingkai foto yang terpajang di setiap sudut ruangan, foto gadis SMA yang cukup tinggi dan cantik dengan wajah riangnya.

Tak sedikit aku temui fotonya yang sedang makan bersama keluarga atau kawan sebayanya, dan dari setiap foto itu aku selalu menemukan Ice Milkshake Strawberry yang setia berada dihadapan gadis itu. Sepertinya dia memang pecandu minuman dingin berbahan susu dan buah, atau mungkin pecinta strawberry, atau yang lebih mengerikannya lagi adalah dia seorang yang fanatik dengan warna merah. Dilihat dari warna pakaiannya yang selalu merah, juga warna makanan yang ia pesan juga sering kali bernuansa merah.

“Itu anak anda?” Tanyaku pada ibu dari korban tersebut.

“Iya, dia anak yang manis ya? Dia juga sangat berprestasi dan cerdas, tak jarang ia mendapat nilai sempurna dan rangking tertinggi di sekolahnya. Dia pandai bergaul dan mampu menguasai setiap bidang academyc atau non-academyc, nilai pelajaran seni dan musiknya juga bagus. Tapi sayangnya dia… dia harus….”

“Saya mengerti, tak perlu dilanjutkan,” selaku menghentikan cerita ibu yang sedang membanggakan anaknya itu sebelum ia terbawa suasana hati pilunya.

“Maaf, saya jadi terbawa suasana. Silahkan duduk, biar saya buatkan minuman.”

“Tak perlu, saya hanya sebentar di sini.”

“Baiklah, apa yang ingin dek Arron tanyakan seputar kasus itu?”

“Apa anda ada di lokasi saat putri anda keracunan?”

“Iya, malam itu adalah hari ulang tahunnya dan dia meminta untuk merayakan hari bahagia tersebut di kedai langganannya,” jawab sang ibu.

“Menu apa yang terakhir ia pesan?”

“Ia selalu memesan makanan pedas dan Milkshake Strawberry, ia bilang makanan itu menambah seleranya. Malam itu dia memesan kebab pedas bersama minuman kesukaannya.”

“Sudah berapa lama ia mengonsumsi perpaduan makanan seperti itu?”

“Sudah cukup lama, mungkin sejak tiga tahun lalu,” jawabnya menerka-nerka.

“Apa pernah ada keluhan sakit di pencernaan sebelumnya?”

“Soal itu, dia tidak pernah cerita apapun jika ia sakit. Mungkin dia sempat sakit tapi saya tidak terlalu menyadarinya,” sang ibu mulai menyesal karena kurang memperhatikan putrinya.

“Mungkin ini akan menjadi pertanyaan yang terakhir. Bagaimana reaksinya saat terakhir kali makan di kedai tersebut?”

“Dia memegangi perutnya yang sakit, wajahnya pucat, dan sempat beberapa kali memuntahkan darah. Saya mencoba membawanya ke dokter, namun saat sudah sampai sana nyawanya sudah tak ada.”

“Begitu rupanya, baiklah terimakasih atas kesaksian anda. Informasi ini akan sangat membantu bagi saya. Saya pamit undur diri,” ucapku sebelum pulang. Semua kesaksian dari dokter Ilan juga dari ibu korban sudah kucatat di memo dalam gawaiku untuk nanti kukumpulkan menjadi data laporan.

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!