NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 - SEKAR WANGI

"AAAAAAAAAH! Haahh! haahh! haahh! haahh!"

Aruni berteriak dan terperanjak dari tidurnya. Kali ini dirinya benar-benar terbangun di alam nyata, di dalam kamar rumah kakek dan neneknya. Nafasnya terasa sesak dan tak beraturan, keringat membasahi sebagian tubuhnya, dan kedua tangannya gemetar. Dan seketika itu juga kepalanya terasa sangat sakit. Sakit yang belum pernah dirinya rasakan.

Aruni memegangi kepalanya dengan tangan kanan, lalu matanya melihat tangan kiri, sambil menahan rasa sakit.

"Mimpi buruk macam apa barusan?" gumamnya.

Kali ini, mimpi itu bisa teringat dalam memorinya. Tapi yang teringat jelas adalah saat ia melihat tubuhnya lemas tak berdaya di pangkuan sesosok makhluk menyeramkan dan membelah perutnya. Dan Aruni kembali merasakan sakit di kepalanya saat kembali teringat mimpi dimana ia melihat Bella dan Caca mati di sampingnya dengan kondisi sangat mengenaskan.

"Ya Tuhan... Mimpi macam apa itu?" kembali ia bergumam pelan, masih memegangi kepalanya.

Aruni mencoba mengatur nafas, menarik masuk udara perlahan lalu mengeluarkannya. Saat nafasnya sudah kembali teratur, sakit di kepalanya berangsur menghilang. Sungguh sebuah kondisi yang tak pernah ia alami ketika bangun tidur, dan sungguh sebuah mimpi buruk yang baru pertama kali ia dapatkan dan itu amat terasa nyata bagi Aruni.

"Huft... Cuma mimpi... Cuma mimpi... Itu gak nyata... Cuma mimpi..." Aruni dengan logikanya mencoba menafikan apa yang datang dalam mimpinya.

Dan ketenangan dalam hati serta pikirannya mulai kembali saat ia menoleh ke arah jendela, sinar matahari pagi Desa Lanjani sudah menyelinap masuk perlahan. Seolah menjadi gerbang penutup dari alam mimpinya.

Tok tok tok tok....

Suara pintu kamar diketuk dari luar.

"Ya? Siapa?" tanya Aruni yang masih terduduk di kasurnya.

"Aruni, bangun... udah pagi nih..." suara Bella dari luar pintu.

Aruni kembali mencoba mengatur nafasnya agar benar-benar normal. "Iya Bella... Gue udah bangun..." jawab Aruni kemudian.

"Buruan mandi, mau ikut keliling desa gak? Enak loh jalan pagi, biar sehat." ucap Bella.

"Iya iya..." jawab Aruni.

"Gue tunggu di teras ya..." Bella berjalan meninggalkan Aruni yang masih di kamarnya.

Caca dan Bella menunggu Aruni di teras rumah sambil menikmati suasana damai Desa Lanjani ditemani teh hangat. Mereka berdua benar-benar merasa sangat rileks semenjak saat pertama kali sampai. Terkadang obrolan mereka pagi ini membandingkan kehidupan di kota dan di Desa Lanjani. Benar-benar terasa kontras bagi mereka berdua.

Sekitar 20 menit kemudian, Aruni keluar dari dalam rumah. Sudah siap untuk ikut bersama kedua sahabatnya berkeliling desa.

"Udah siap?" Tanya Bella. Aruni hanya mengangguk.

"Oke, yuk ah..." ajak Bella.

Mereka bertiga mulai keluar dari pagar halaman. Menikmati suasana yang begitu damai dan tenang di Desa Lanjani. Seperti biasa para warga mulai terlihat sibuk dengan aktifitas harian mereka. Ada yang sedang menyapu pekarangan rumah, ada yang mulai berangkat ke pasar, ada yang menggiring ternak mereka untuk merumput, dan lainnya.

Cahaya matahari pagi yang mulai hangat, semilir angin pagi yang sejuk, suara-suara burung, dan terkadang terdengar suara serangga hutan, ditambah ada aroma kayu bakar dari tungku rumah warga yang mulai memasak, membuat mereka sangat menikmati.

Terdengar oleh Aruni beberapa kali Bella dan Caca mengobrol lalu tertawa ringan. Sambil mereka menyapa beberapa anak kecil yang sedang bermain.

Bella dan Caca yang terlalu menikmati suasana Desa Lanjani pagi itu tak menyadari kondisi Aruni. Sampai-sampai mereka berdua berjalan lebih cepat di depan Aruni. Aruni beberapa kali teringat dengan mimpinya semalam, sambil menatap ke arah dua sahabatnya itu.

Ya, Aruni memang hanya bermimpi, tapi mimpi yang terasa seperti nyata. Beberapa kali teringat, beberapa kali juga Aruni mencoba menepisnya. Dirinya tak ingin juga bercerita tentang mimpinya kepada dua sahabatnya itu. Karena Aruni tahu, Bella akan sangat skeptis dan langsung menolak ceritanya dengan segudang respon logisnya. Sedangkan Caca akan merasakan takut jika mendengarnya. Sehingga Aruni hanya memilih untuk diam dan menyimpannya sendiri.

"Aduh!"

Aruni terkejut dari lamunan dalam langkahnya. Ada seorang anak perempuan yang tak sengaja terdorong sampai jatuh saat Aruni berjalan sambil melamun.

"Eh, aduh, Adek... Maaf, maafin Kakak ya... Kakak gak liat ada kamu..." ucap Aruni sambil mencoba membangunkan anak perempuan tersebut. Bella dan Caca yang berjalan di depan berbalik arah dan menghampiri Aruni serta anak perempuan itu.

"Kenapa Ar?" tanya Caca.

"Em... Ini... Gue gak sengaja nabrak dia Ca..." jawab Aruni.

Anak perempuan itu berdiri, memegang boneka ditangannya, dan tampaknya dia baik-baik saja. Hanya bagian lututnya yang sedikit tergores kerikil jalanan desa.

"Adek manis, kamu gak apa-apa kan? Sini Kakak liat lututnya..." ucap Aruni kepada anak itu. Namun tanpa menjawab, anak itu mundur perlahan sambil memegangi bonekanya dan menatap Aruni dengan wajah seperti ketakutan.

"Em... Adek manis, gak apa-apa kok, Kakak cuma mau lihat lukanya..." tambah Aruni. Bella dan Caca yang melihat ekspresi anak itu, sedikit mengerutkan dahi karena heran. Sejurus kemudian anak perempuan itu berlari meninggalkan mereka bertiga.

"Eh, Adek, tunggu!" ucap Aruni saat melihat anak itu berlari.

Bella lantas mengajak Aruni dan Caca untuk mengikuti anak perempuan itu, khawatir jika sampai mengadu kepada orang tuanya dengan aduan yang berlebihan. Akhirnya mereka bertiga mengikuti anak itu.

Hingga sampai ke sebuah rumah bilik bambu, anak itu masuk ke dalam dapur dari arah sampingnya. Aruni, Bella, dan Caca, mengikutinya sampai ke depan pintu dapur di sisi rumah itu. Dan terlihat oleh mereka bertiga anak perempuan itu sudah dirangkul oleh seorang wanita paruh baya.

"Sekar, kamu kenapa Nduk? Jatuh di mana kamu?" ucap wanita itu sambil memeriksa luka kecil di lutut anak tersebut.

Bella dan Caca memberi kode kepada Aruni untuk bicara.

"Em... Permisi Bu..." ucap Aruni, dan wanita itu menatap mereka bertiga dengan senyuman hangat.

"Iya? Kalian siapa ya? Cari siapa?" tanya wanita itu.

"Em... Bu... Maaf... Tadi Adek manis itu ketabrak sama saya, pas saya lagi jalan. Tapi saya gak sengaja Bu, saya gak liat dia tadi." jelas Aruni sambil merasa tidak enak hati. "Saya minta maaf Bu..." tambah Aruni.

"Owalah... Gitu toh ceritanya... Ya sudah, Ndak apa-apa..." jawab wanita itu bijak. Seketika membuat hati Aruni lega.

"Ini... Anak saya, Sekar Wangi namanya... Anak satu-satunya..." tambah wanita itu yang ternyata adalah ibu kandung anak perempuan tersebut. Anak perempuan itu berdiri di samping kaki sang ibu, sambil memegangi kain batik sebagai rok sang ibu.

"Kalian, siapa ya? Dari mana?" tanya sang ibu kemudian.

"Em... Saya Aruni Bu, dan ini sahabat saya, Bella dan Caca." Aruni menjawab sambil memperkenalkan diri dan sahabatnya. Bella dan Caca mengangguk sebagai tanda salam dan hormat.

"Oh... Nak Aruni toh namanya..." respon sang ibu.

"Kami dari kota Bu, kebetulan datang ke sini untuk liburan di rumah kakek dan nenek saya..." tambah Aruni.

Sang ibu sambil membelai rambut anaknya, "Nduk, sudah, gak apa-apa. Itu... Ada Mbak Aruni cantik..." ucapnya bermaksud untuk anak perempuannya merasa lebih baik.

Namun, anak perempuan itu malah bergeser ke belakang sang ibu sambil memegang kuat roknya, sambil menatap Aruni masih dengan wajah yang seperti ketakutan.

"Loh, kenapa Nduk? Gak apa-apa... Mbak Aruni tadi gak sengaja kok..." jelas sang ibu kepada anaknya itu.

Tapi anak perempuan itu menatap ke wajah ibunya, sambil berkata...

"Sekar takut Bu, Mbak itu serem wajahnya..."

Sontak jawaban anak perempuan itu membuat Aruni sedikit terkejut, Bella dan Caca pun saling bertukar pandangan mendengarnya.

"Eeeh... Sekar... Ndak boleh ngomong begitu! Ndak sopan Nduk!" nasihat sang ibu kepada Sekar.

Sekar tetap saja berdiri di belakang rok sang ibu. Dan Aruni walau sudah dibuat terkejut oleh ucapan terakhir Sekar, mencoba menganggap maklum. "Gak apa-apa Bu. Sekali lagi saya minta maaf ya Bu... Saya gak sengaja..." ucap Aruni.

"Iya Ndak apa-apa Nak Aruni. Oh iya, karena kalian sudah sampai di sini, mari masuk dulu... Mampir..." tawaran sang ibu Sekar sangat ramah dan hangat.

"Gak perlu repot-repot Bu, kami izin pamit saja, masih ingin berkeliling desa Bu..." jawab Aruni dengan sopan.

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu..." jawab sang ibu.

Lalu Aruni, Bella dan Caca, izin pamit kemudian berjalan meninggalkan rumah Sekar. Agak jauh dari rumah itu, Aruni kembali menoleh ke belakang. Dan dirinya melihat Sekar yang mengintip wajahnya dari balik pintu dapur. Saat Aruni bertatapan dengannya, Sekar langsung masuk ke dalam.

"Kenapa... anak itu ketakutan liat gue ya?" gumam Aruni pelan.

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!